Chereads / Kuhidup Dengan Siapa? / Chapter 27 - Rencana Pernikahan

Chapter 27 - Rencana Pernikahan

Alisa berjalan menuju sebuah Bed King Size yang ada di kamar tamu milik keluarga Adijaya. Direbahkannya tubuhnya yang sangat lelah namun matanya tidak bisa terpejam sempurna. Dipandanginya ceiling indah nan elegan di kamar tamu yang cukup mewah itu. Gadis itu melamun, apakah pilihannya saat ini tepat? Menikah dengan Dosennya untuk mendapatkan sejumlah uang? Apakah ini sama saja dengan menjual dirinya? No, dia akan menikah secara sah dimata agama dan hukum, dan dia tidak akan melakukan hubungan layaknya suami istri dengan dosennya itu. Cukup bersandiwara jika ada Ibu Ambar di hadapan mereka. Tapi, bukankah ia akan menipu Ibu Ambar jika seperti itu? Ah bodohlah pikir Alisa. Tidak ada pilihan lain, kecuali memang ia sudah tidak punya malu lagi meminta bantuan dari kelurga David.

"Yah, just do it Lis, sampai papa sembuh. Dan setelah itu pak Reygan akan menceraikanmu, dan kamu bisa hidup seperti sedia kala. Bodoamat dengan status janda." Ucap Alisa dalam hati sambil membayangkan ending bahagia dari pernikahan kontraknya.

***

Tok tok tok…

Sudah tiga kali ini Ketukan pintu kamar hanya disambut oleh kesunyian, ternyata ketukan-ketukan lembut itu tidak membangunkan Gadis yang ada di dalamnya. Tanpa basa basi lagi, wanita cantik paruh baya itupun membuka handle pintu dan masuk ke dalamnya. Dilihatnya Gadis cantik berambut panjang dengan poni memenuhi dahinya sedang tertidur sangat lelap. Didekatinya gadis itu sambil ditatapnya lekat-lekat. Senyuman merekah bahagia dari bibir wanita paruh baya yang tak lain dan tak bukan adalah Ibu Ambar.

Diusapnya kepala Alisa saat beliau sudah mendudukkam tubuhnya di ranjang king size itu. Menerima belaian pada kepalanya, Alisa akhirnya mulai terusik dan mengerjapkan matanya yang sungguh masih mengantuk sekali. Dikihatnya sosok Ibu Ambar, membuat Alisa langsung terkejut dan segera bangun dari posisi tidurnya sambil mengusap-usap wajah mungilnya, takut jika ada sesuatu yang membuatnya malu.

"Tante, maafkan aku ketiduran." Ucapnya singkat kemudian meraih tangan ibu Ambar untuk dicium.

Ibu Ambar tidak berhenti menyunggingkan senyuman pada gadis cantik yang salah tingkah didepannya yang sebentar lagi akan menjadi anak menantunya. "Istirahatlah dulu Lis, tante hanya kangen sekali ingin melihat calon menantu tante."

Wajah Alisa memerah dan ia tersenyum malu. "Apa tante baru saja sampai?" Tanya gadis itu.

"Tante sudah sampai dari jam 11 tadi." Jawab Ibu Ambar sambil menahan tawa melihat ekspresi kaget Alisa saat mendengar jawabannya dan kemudian gadis itu menengok ke arah jam dinding yang sudah menunjukkan pukul tiga sore.

"Yaampun tante, maafkan Alisa sudah tidur selama ini dari pagi." Alisa menyesali ia bisa tertidur selama hampir 8 jam dari pagi hingga sore. Oh ya, bagaimana dengan papanya? Ia harus segera pamit kepada keluarga Adijaya untuk pergi ke rumah sakit.

"Tinggallah dulu di sini, dan beristirahatlah sejenak. Yohan sudah mendapatkan penanganan terbaik di rumah sakit. Orang kepercayaan Reygan sudah mengurus semua keperluan operasi dan perawatan pasca operasi untuk Papamu. Lusa, papamu sudah dijadwalkan untuk tindakan. Dan baru saja tante mendapatkan informasi dari bank, bahwa semua hutang keluargamu dalam proses pelunasan, dan segala jaminannya akan diproses lusa setelah kamu menandatangani surat-surat penting terkait hutang mewakili papamu." Seperti tahu kegelisahan Alisa, Ibu Ambar langsung menjelaskan panjang lebar bahwa semua masalah gadis itu sudah ditangani dengan cepat olehnya. Sedangkan Alisa hanya mendengarnya dengan ekspresi yang sulit dijelaskan. Antara tertegun, kagum, dan juga ada kesedihan di rautnya.

"Sekarang kita makan dulu, oke! Kamu udah melewatkan makan siang lho. Dan Reygan sudah menunggu di bawah." Ajak tante Ambar sambil menarik lembut tangan gadis calon menantunya itu.

Alisa hanya mengikuti kemana langkah bu Ambar menggandengnya. Dituruninya tangga besar dan luas itu menuju meja makan yang sudah penuh oleh berbagai macam makanan dan sesosok pria tampan yang sangat dikenalnya sedang berkutat denga ponsel layar sentuhnya.

Alisa menuruti bu Ambar yang menariknya lembut dan memintanya duduk di samping kursi anak semata wayangnya yang tampan. Sedangkan ia berjalan dan duduk di kursi seberang mereka.

Alisa kikuk, kemuadian tanpa diaba-aba ia mengambil tempat nasi berikut sendok dan kemudian menuang beberapa sendok nasi ke piring Reygan, dan juga bu Ambar. Kemudian ia mulai menawarkan kepada mereka lauk yang ingin diambilkan. Reygan masih tertegun dengan perlakuan gadis itu

"Terimakasih Alisa, kami bisa mengambilnya sendiri." Jawab bu Ambar sambil tersenyum.

"Makanlah, kamu pasti sangat lapar."

"Ba baik, tante." Ucap Alisa dan kemudian ia mulai mengisi piringnya sendiri yang masih kosong.

"Selamat makan." Ucapnya riang.

Dinikmatinya makanan yang ada di piringnya, sampai ia merasa diperhatikan oleh orang disebelahnya. Reygan, masih tertegun dengan tingkah gadis disebelahnya. Gadis itu sangat lahap menikmati makanannya seperti tanpa ada beban, dan dengan porsi yang lumayan banyak untuk ukuran seoran gadis.

Tidak enak karena diperhatikan oleh dosennya, Alisa mencoba menawarkan lauk untuk ia bagikan kepada sang dosen. "Mm, pak Reygan tidak makan? Atau bapak mau saya ambilkan rolade ini? Enak sekali rasanya?" Tanya Alisa.

"Hey Alisa sayang, mulai sekarang jangan panggil calon suamimu dengan sebutan Pak, coba panggil dia Mas." Sela Bu Ambar sambil tertawa. Yang tentusaja membuat Alisa syok hingga tanpa sengaja menjatuhkan garpunya.

"Ma… Maaf Tante, pak Reygan saya tidak sengaja." Ucapnya sambil cepat memungut garpu yang terjun dengan indahnya ke lantai.

"Hahha Alisa, kamu lucu sekali. Mulai sekarang PR kamu adalah memanggil calon suamimu Mas, dan panggil Aku Mama. Okay!" Perintah bu Ambar sambil tersenyum.

"Mmm Baik Tan.. eh Mama." Ucap Alisa terbata yang diiringi oleh tawa lebar bu Ambar dan ekspresi datar sang Dosen Muda yang dilanjutkan oleh kegiatan makan bersama yang sempat terhenti sejenak.

Bu Ambar tak henti hentinya berceloteh dan ditanggapi oleh Alisa. Suasana istana yang biasanya begitu sunyi, kini berbalik 180 derajat karena kedatangan gadis itu yang selalu nyambung dengan obrolan yang dilontarkan oleh bu Ambar. Canda tawa terlontar begitu saja oleh perempuan beda generasi itu seolah mereka sudah saling lama mengenal. Reygan mengamati binar di mata Alisa saat mendengar cerita mamanya yang menurutnya selama ini sangat absurd dan gak penting. Begitupun dengan Bu Ambar, wajah bahagianya tidak bisa disembunyikan oleh apapun. Beliau begitu senang dengan keberadaan Alisa. Sangat berbeda jika yang di hadapan mamanya itu adalah kekasihnya, Carina. Keadaan dan mamanya akan berbeda 180 derajat. Jangankan celoteh-celoteh absurd nan ceria mamanya, yang ada hanyalah atmosfir dingin dan wajah kaku mamanya bak kanebo kering kerontang.

"Akad nikah kalian akan dilaksanakan di rumah sakit, sebelum Yuhan masuk ruang operasi." Ucap ibu Ambar kepada sepasang manusia di hadapannya.

"Bagaimana dengan Mama dan adikmu Alisa?" Lanjutnya.

"Saya akan segera memberi tahu Mama malam ini tante."

"Mama!" ibu ambar memotong dengan cepat perkataan Alisa.

"Eh iya Mama." Ucapnya sambik nyengir

"Kalau begitu, biarkan Reygan menemanimu dan menjelaskan kepadama Mamamu."

"Tapi…" ucap Alisa ragu.

"Bagaimana jika Mama tidak setuju Tan.. Eh Ma." Tanya Alisa ragu

"Tenang saja, mamamu pasti setuju. Aku tau pasti bagaimana dia." Ucap ibu Ambar meyakinkan.

"Baik Ma." Benar kata Reygan, ibu Ambar adalah orang yang susah untuk dinego keinginannya.

"Bagaimana kalau aku dan Alisa menemui Ibu Alisa sekarang? Aku rasa ini saat yang tepat, sebelum beliau terkejut atas pernikahan putrinya yang super mendadak." Ucap Reygan, semakin cepat ia menikah dengan Alisa, semakin cepat pula mendapatkan hak penuh atas perusahaan papanya, dan semakin cepat pula akan menceraikan Alisa. Batin Reygan.

"Baiklah." Ucap Ambar.

Alisa hanya pasrah