Reygan mulai bosan menunggu Alisa yang lama sekali berada di kamar mandi, bukan karena tidak sabar melakukan ritual malam pertama, tetapi dia juga ingin mandi karena merasakan gerah yang luar biasa akibat acara mereka yang padat hari ini.
"Ngapain sih dia lama banget mandinya?" Ucap Reygan mulai senewen. Tanpa babibu lagi dia segera menuju wardrobenya, mengambil piyama tidur, dan keluar menuju kamar mandi di kamar sebelah.
Sedangkan Alisa yang sudah menyelesaikan mandinya sejak 20 menit yang lalu menempelkan teliganya ke daun pintu. Mencoba mendengar sura dari luar. Sungguh ia bingung harus apa dan bagaimana saat berdua bersama dosen sekaligus suaminya itu.
"Oke Lis, tenang, dia bukan tipe mesum yang memanfaatkan kesempatan, dia juga benci Lo, jadi gak perlu kuatir karna dia gak bakal ngapa-ngapain lo. Stay Calm, Ok!" Batinnya dalam hati meyakinkan dirinya sendiri.
Lisa mulai membuka pintu kamar mandi, memperhatikan sekeliling. Alisa bernafas lega ketika ia tak melihat keberadaan suaminya. Direbahkan tubuh lelahnya ke sofa dan mulai membuka ponselnya. Ada beberapa panggilan tak terjawab dari David dan juga Dimas. Alisa menghembuskan nafasnya lelah, "maafkan aku Dimas, maafkan aku kak David." Gumamnya lirih.
Tak lama kemudian, Alisa mendengar suara pintu kamar terbuka yang langsung menampilkan sosok suaminya.
"A.. aku akan pergi ke rumah sakit setelah ini." Ijinnya pada Reygan.
"Gak perlu, Papamu sudah ditangani dan mendapatkan penjagaan dengan baik. Istirahatlah." Uhar Reygan dingin.
Alisa menganggukan kepalanya. "Baiklah kalau begitu aku akan tidur dulu." Ia lalu membaringkan tubuhnya di sofa.
Reygan diam seribu bahasa melihat gadis itu meringkukkan dirinya di sofa kecil.
Ia diam, tak tahu harus bagaimana menghadapi situasi yang canggung ini. "Tau ah" pikirnya, sambil lalu ia mulai merebahkan tubuh lelahnya di atas ranjang king sizenya.
Semenit, lima menit, sepuluh menit, tiga puluh menit berlalu. Reygan tak kunjung bisa tidur walau sendari tadi berusaha memejamkan matanya. Pikirannya entah kemana. Diangkatnya tubuh atletisnya dari ranjang dan pandangannya tertuju pada sofa di ujung ruang. Dilihatnya gadis yang sudah menjadi istrinya itu sudah terlelap. Dengan hati-hati Reygan menghampiri sofa diujung ruang, memastikan lebih dekat istrinya yang sedang tertidur. Namun, betapa kagetnya ia saat gadis itu tiba-tiba membalikkan badan yang semula memunggunginya berbalik arah menghadapnya dengan kondisi masih tertidur. Dilihatnya istrinya itu tidak nyaman meringkuk kedinginan di sofa. Diamatinya lekat-lekat wajah istrinya. "Bahkan dia bisa tidur pulas di situasi dan sofa sekecil ini." Batin Reygan sambil menggelengkan kepalanya.
"Manis" Lirihnya kemudian tatkala melihat Alisa tersenyum dalam mimpinya.
"Astaga, apa-apaan sih gue." Ucapnya kemudian setelah memuji Alisa tanpa sadar.
Diangkatnya tubuh istrinya dari sofa menuju ranjang. Diselimutinya tubuh ramping itu. Lalu meninggalkannya keluar kamar.
***
Tubuh ramping Alisa mulai bergerak-gerak dari tidurnya. Tak lama kemudian ia membuka matanya secara perlahan, sontak dia bangun dan terkejut melihat sekitar ruangan. Seketika dia tersadar kalau memang dia tertidur di kamar suaminya.
Tunggu, bukannya semalam dia tidur di sofa? Kenapa sekarang ada di ranjang?
Alisa langsung menutup mulutnya takut terjadi sesuatu antara dia dan Reygan. Namun, ia dapat bernafas lega saat Dilihatnya pakaian masih lengkap dan tidak merasakan sesuatu yang ganjil. Dilihatnya jam dinding di kamar menunjukkan pukul 3 pagi. Kemana perginya Dosen itu? Pikirnya. "Keman dia pergi? Biarlah bukan urusanku" batin Alisa
Tak lama kemudian Alisa melangkahkan kakinya menuju kamar mandi, mencuci wajah cantiknya, dan menuju meja dimana tasnya berada.
Alis mulai menyalakan laptopnya, mulai mengerjakan tugas yang beberapa hari inj tidak disentuhnya sama sekali. "Matilah gue, tugas dari pak Reygan sama sekali belum gue sentuh. "Oke fokus, lanjutnya, kita kerjakan ini dulu, lalu ini, ini," gumamnya.
Tak terasa satu persatu tugas kuliahnya sudah diselesaikan. sambil menguap, Alisa melihat jam dinding yang menunjukkan pukul 7 pagi.
Dibukanya pintu kamar, dilihatnya sekelilingnya yang sepi. Alisa memutuskan untuk mandi, berganti pakaian dan turun ke bawah.
***
Sesampainya dia di 3 anak tangga terakhir, dilihatnya bu Ambar sedang membemarkan letak bunga-bunga segarnya di atas meja makan.
"Morning Sayang….!" Teriaknya senang melihat Alisa yang menghampirinya. "Mana suamimu? Apa belum bangun?" Tanya bu Ambar.
"Eh.." Alisa menggaruk tengkuknya berfikir jawaban apa yang pas untuk pertanyaan mertuanya itu.
"Apa semalam terjadi sesuatu?" Tanya bu Ambar dengan kerlingan genitnya.
"Em, itu…"
"Sudahlah ma, jangan membuatnya tidak nyaman dengan pertanyaan konyol mama." Suara Reygan memotong kebingungan Alisa.
"Mama kan cuma penasaran apa yang dilakukan oleh pengantin baru." Ucap bu Ambar sambil tersenyum sumringah. Sementara Alisa berusaha untuk bersikap wajar walau dalam hati dia ingin sekali segera pergi dari situasi itu.
"Hari ini kamu pulang jam berapa sayang?" Tanya bu Ambar pada menantu kesayangannya.
"Hari ini ada 2 kelas, mungkin sekitar pukul 1 siang Tan.. eh Mama."
"Kalo kamu Rey?" Tanya bu Ambar ke anaknya.
"Aku selesai kelas jam 10." Jawabnya singkat sambil mulai menyendok sarapannya.
"Kalau begitu nanti mama jemput kalian di kampus, setelah itu kita akan belanja untuk keperluan Alisa.
Mama lihat Alisa hanya membawa sekoper baju." Lanjutnya.
"Tidak usah Ma, Alisa sudah membawa semua barang Alisa, kurasa cukup untuk keperluan Alisa." Jawab Alisa
"No Sayang, Mama akan memberikanmu hadiah atas semua kebaikanmu selama ini. Ok, nanti pukul 1 siang mama sudah ada di kampus." Tegasnya Final.
Alisa mengalihkan pandangannya pada Reygan yang hanya menaikkan bahunya sambil lalu, tetap dengan ekspresi dinginnya.
Benar, tidak mudah menolak keinginan mertua satu-satunya itu. Batin Alisa.
"Oh ya, beberapa hari lagi kami akan pindah ke rumahku, aku harap mama mengijinkan." Ucap Reygan tiba-tiba.
"Kok cepat sekali? Mama masih pengen berlama-lama sama menantu mama." Ucap bu Ambar sambil sedikit mengerucutkan bibirnya. "Apa kamu tidak berencana mengundurnya Rey?"
"No Mama. Aku harap mama mengerti dengan situasi dan kondisi kami sebagai pasangan yang baru menikah."
"Baiklah, kalau begitu, kalian harus segera memberikan mama Cucu" lanjut bu Ambar yang sukses membuat Alisa batuk tersedak makanannya.
Susah payah Alisa menepuk-nepuk dadanya yang mulai sesak kehabisa nafas, sedangkan bu Ambar mulai berteriak panik. Menyadari gadis disampingnya mulai kesusahan bernafas, Reygan langsung berdiri, menarik pelan tubuh Alisa, memeluknya degan satu tangan dan menepuk punggung gadis itu. Seketika daging yang jadi tersangka utama tragedi pagi inipun keluar dari mulut Alisa.
"Alisa, kamu tidak apa-apa sayang?" Ucap bu Ambar panik sambil meminumkan air putih pada menantunya.
"Hah, hah, uhuk, uhuk." Alisa langsung bernafas lega, dan seketika langsung tersentak saat sadar tubuhnya masih didalam pelukan Reygan. tangan lelaki melingkar tepat di bawah dadanya dan sedikit menyentuhnya. Alisa langsung menjauhkan tubuhnya dari Suaminya.
"Maafkan aku, aku tidak sengaja." Ucapnya. "Terimakasih Pak Reygan sudah membantu." Ucapnya kemudian yang hanya ditanggapi dingin oleh suaminya.
"Alisa, mulai hari biasakan jangan memanggil suamimu dengan sebutan Pak ya." Goda Bu Ambar yang langsung dibalas gelengan oleh Reygan. Mamanya ini emang gak peka atau gak mau tau sih?
"Iya Ma." Jawab Alisa Ragu-ragu.
"Ya Sudah, kita lanjtkan lagi makannya." Ucap bu Ambar sambil mengambilkan potongan lauk baru untuk menantunya.
"Pelan-pelan sayang makannya." Ucapnya lagi.