Sepulangnya dari kampus, Alisa bergegas menuju restoran tempatnya bekerja untuk meminta izin libur karena ada suatu urusan mendesak. Setelah meminta maaf berkali-kali pada managernya ia segera pergi meninggalkan restoran menuju rumah sakit tempat Papanya dirawat. Hari ini Alisa juga menghubungi David untuk memberitahunya jika hari ini dia tidak bisa mengantarkan pesanan seperti biasa karena akan menyiapkan administrasi rumah sakit ayahnya. Saat itu juga David memaksa untuk ikut dengannya dan membantu menyelesaikan semua pengobatan, namun Alisa menolaknya dengan halus.
Alisa cukup kaget saat menerima telpon dari Ibu Ambar siang ini. Putranya meminta agar pertemuan mereka yang semula direncanakan pada akhir pekan terpaksa dimajukan sore nanti di rumah sakit. Bu Ambar bilang bahwa putranya juga ingin mengenal dan menjenguk Yuhan, papanya.
Sesampainya di rumah sakit, Alisa mematut dirinya.
Di pintu kaca lobbi yang memperlihatkan sekelebat penampilannya yang luar biasa sederhana. Celana jeans, kemeja oversize, sepatu kets dan rambut berponi dengan satu ekor kuda tinggi yang sedikit berantakan. Sangat jauh dari penampilan seorang gadis yang akan bertemu dengan calon suaminya.
"Calon Suami? Astaga kenapa tiba-tiba wajahku panas memikirkan akan bertemu orang yang akan jadi calon suamiku? Tunggu dulu, bukannya berlebihan menyebutnya calon suami. Belum tentu juga dia mau menerimaku. Pasti disekelilingnya banyak yang lebih cantik dan lebih segalanya dari aku bukan?" Ucap Alisa dalam hati.
Waktu menunjukkan pukul tujuh malam, ia segera bergegas menuju kamar rawat Papanya. Namun, sesampainya di sana ia hanya menemukan Papanya yang terlihat lemah dengan posisi bersandar pada bed rumah sakit dengan posisi setengah duduk.
Rupanya mereka belum datang pikirnya.
Setelah menutup pintu kamar rawat inap, Alisa langsung menghampiri Papanya. "Hai pa, gimana keadaan papa hari ini?"
Yuhan hanya tersenyum memandangi anaknya sambil menganggukan kepala.
Alisa tersenyum membalas tatapan Papanya. "Oh ya, sebentar lagi Tante Ambar akan datang kemari menjenguk papa.
Beliau berkunjung bersama putranya. Apa papa kebal dengan putranya?" Tanya Alisa yang langsung terjawab dengan gelengan kepala Yohan.
Tak lama kemudian terdengar pintu diketuk dan tampaklah sosok Ibu Ambar yang setelah beliu membuka langsung pintunya.
"Selamat malam Alisa, Yuhan." Sapanya ramah.
"Bagaimana keadaanmu hari ini?" Tanya Ambar pada Yohan setelah dia berada di samping bed pasien.
Yohan hanya tersenyum lemah.
"Selamat malam tante, Kondisi papa hari ini sedikit lemah, karena pengaruh obat dosis tinggi yang diberikan dokternya. Tapi besok akan mulai membaik. Semoga saja. Jadi hari ini Papa mungkin tidak bisa berbincang-bincang dulu karena kondisinya yang lemah." Jelas Alisa pada Ambar.
Tak lama kemudian, Alisa mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan dan berakhir di pintu.
"Dia sedang memarkir mobilnya, hari ini dia menolak menggunakan supir untuk mengantar kami kemari." Ucap Ambar saat tahu Alisa sedang mencari 'tamu' spesial yang hari ini akan dikenalkannya.
Alisa hanya tersenyum ia tersipu Bu Ambar mengerti maksudnya mengedarkan pandangannya seolah mencari seseorang barusan.l, dan tidak dipungkiri jantungnya berdebar, antara rasa penasaran, bagaimana sosok anak bu Ambar, dan yang membuat nyali Alisa ciut adalah bagaimana kesan pertama anak bu Ambar padanya. Mengingat Bu Ambar adalah salah satu Orang terpandang dan bergelimang harta, ia merasa tidak pantas jika harus menikah dengan anaknya.
Seperti biasanya, suasana langsung menjadi hangat saat bu Ambar sedang bersama mereka. Obrolan yang santai dan menyenangkan selalu terlontar seakan tidak ingin mengakhirinya segera. Sampai pintu kamar diketuk kembali dari luar dan terdengar handle pintu terbuka. Jantung Alisa langsung berdetak dengan kencang, ia bahkan tidak berani melihat ke arah pintu.
"Selamat malam semua." Tiba-tiba semuanya menjadi gerakan slow motion bagi Alisa sampai ia terkejut saat mendengar sapaan selamat malam dari suara berat yang familiar di pendengarannya menyapa mereka.
"Nah ini dia sudah datang. Alisa, ini anak tante yang akan tante kenalkan padamu." Alisa mendengar suara ceria bu Ambar
Alisa dengan jantung yang berdetak keras seperti genderang mau perang itupun akhirnya mulai mengangkat kepalanya dan memberanikan diri untuk membalikkan diri menatap wajah sang pemilik suara berat itu.
Tanpa dikomando, mata gadis itu melebar, lutut dan kaki Alisa seperti kehilangan kekuatan untuk menopang tubuhnya saat ia melihat wajah pemilik suara yang samgat dikenalnya itu. Alisa langsung menutup mulutnya dengan kedua tangan.
"Tante yakin kamu pasti sudah mengenalnya buka Alisa? Tapi kali ini tante akan mengenalkan sekali lagi. Alisa, Yohan, kenalkan ini Reygan putaku satu-satunya dengan Joni." Ucapnya sambil tersenyum sumringah.
Reygan meraih tamgan Yohan untuk menjabatnya. Kemudian ia beralih ke Alisa, mengulurkan tangannya dengan tatapan dingin.
Alisa yang masih syok tetepa bergeming, akhirnya mau tidak mau ia menjabat uluran tangan yang disodorkan oleh Dosennya itu.
"A…Alisa." Ucapnya terbata sambil menundukkan kepalanya.
"Kamu pasti terkejut ya ternyata anak tante ini adalah dosen kamu di kampus?" Tanya Ambar dengan ramah. "Yohan, apa mungkin ini yang dinamakan takdir? Mereka ternyata adalah dosen dan Mahasiswi di Kampus. Bagaimana jika kita jodohkan saja mereka berdua. Kalo kamu setuju aku akan segera menyiapkan pernikahan untuk mereka." Ucap Ambar berbinar dan hanya dijawab dengan senyuman Lemah Yohan.
Sementara Alisa mulai kehilangan nyalinya menatap laki-laki yang saat ini tetap dengan ekspresi dinginnya yang sendari tadi mengamati gerak-gerik Alisa bak ingin mengulitinya.
"Ma, sepertinya aku akan mengajak Alisa untuk berbicara berdua. Apa mama tidak keberatan?"
Ucap Reygan tiba-tiba.
Ambar lansung tersenyum sumringah mendengar penuturan anaknya tersebut. "Tentusaja boleh, kalian memang harus saling mengenal satu sama lain bukan? Pergilah dengan Rey Alisa, tante akan menjaga Papamu di sini."
"Baiklah Ma, Om, saya ijin mengajak Alisa keluar dan kami akan segera kembali." Ucap Reygan.
Alisa hanya bisa bergeming, lalu mengangguk dan kemudian mengikuti Reygan yang mulai meninggalkan kakinya keluar ruangan.
"Bagaiman Yo? Mereka cocok bukan? Andai Joni masih hidup, dia pasti akan sangat senang melihat ini." Ucap ambar yang hanya direspon sebuah anggukan oleh Yohan.