Chereads / Kuhidup Dengan Siapa? / Chapter 24 - Kepergian David

Chapter 24 - Kepergian David

Diana merengut sebal tatkala Alisa malah mengerjainya saat ia menanyakan tentang Bule tampan sahabat Alisa.

"Seriusan Lis,, Gue baru ini ngerasain jatuh cinta pada pandangan pertama." Ucap Diana sambil bergelayut manja lagi di lengan Alisa.

"Hahaha, sejak kapan Lo ngomongin cinta?" Alisa tertawa terbahak, dia tahu sahabatnya ini betah menjomblo karena menganggap jatuh cinta itu merepotkan dan lain sebagainya.

"Sejak Gue liat kakak-kakakan Lo itu." Sahut Diana dengan mata berbinar, kalau digambarkan, emoticon yang paling pas adalah emoticon dengan dua mata berbentuk love.

Alisa tak kuasa menahan tawanya melihat perilaku sahabatnya yang seperti mabuk kepayang setelah melihat David pagi ini. "Nanti deh, Gue kenalin Lo kalo kak David uda balik lagi ke Indo."

"Ha? Emangnya dia mau kemana?" Tanya Diana kecewa?

"Hari ini Kak David mau pulang ke rumah orang tuanya di Belanda, Ayahnya sedang sakit, jadi dia harus mengambil alih sementara perusahaan keluarganya di sana." Jawab Alisa sambil menahan senyum saat melihat bibir Diana yang maju beberapa senti karena kecewa. "Mungkin sebulan kalau keadaan Ayahnya sudah membaik."

***

Dosen Muda itu melangkahkan kaki jenjangnya menuju parkiran.

Dilihatnya Lamborghini berwarna kuning yang pagi ini membuat heboh kampusnya, terparkir tak jauh dari mobilnya.

Reygan menghentikan langkahnya sejenak saat melihat pintu mobil sport itu terbuka keatas dan menampakkan sang pemilik keluar dari mobilnya dengan senyuman yang membuat para mahasiswi yang ada di area tersebut luluh lantak tak bisa menahan pesona Bule tampan itu.

Seketika Reygan langsung mengarahkan pandangannya pada objek yang sendari tadi menjadi pusat tatapan Si Bule.

Dilihatnya Alisa dari kejauhan sedang berlari kecil sambil tersenyum tanpa henti ke arah mobil sport yang letaknya tak jauh dari mobilnya.

Dia masih penasaran sedekat apa hubungan Alisa dengan Pria berparas bule yang berhasil mengalihkan tatapan kagum para mahasiswi darinya.

Tepat sekali, karena kali ini pusat perhatian yang biasanya tertuju pada dirinya, sekarang berpaling seperti menemukan pusat semesta yang baru.

Diamatinya lekat-lekat sepasang manusia yang berada tak jauh dari hadapannya. Mulai dari Lelaki itu yg memandang Alisa dengan tatapan spesialnya, David yang mengacak lembut rambut Alisa, Davida yang membukakan pintu mobil untuk Alisa, dan Alisa yang tersenyum dan seakan sangat nyaman bersama lelaki itu menurutnya.

Siapa dia? Apakah benar mereka sepasang kekasih? Tapi kenapa Alisa sepertinya tertarik dengan penawaran mamanya jika ia sendiri mempunyai kekasih seorang crazy rich muda? Tinggal sebut berapapun nominalnya pasti kekasihnya itu akan langung menuliskannya pada selmbar chek bukan? Karena ia tahu seluruh hutang dan biaya pengobatan ayah Alisa adalah remahan bagi seorang David Lewis. Apa mungkin juga ini alasan gadis itu tidak langsung menerima tawarannya? Ah entahlah, Reygan tidak mengira dia akan penasaran sampai sejauh ini pada gadis itu. Toh yang ia inginkan sebenarnya cuma ingin gadis itu setuju dengan kesepakatan darinya, menikah sesuai perjanjian, dan menjalani hidup masing-masing sampai ia mendapatkan penuh perusahaan Almarhum Ayahnya.

Reygan masih bergulat dengan pikirannya sendiri.

"Baiklah aku akan menyelidikimulagi Alisa." Ucapnya penasaran sambil memandang dari kejauhan mobil sport yang perlahan pergi meninggalkan area kampus.

***

"Bagaimana? Kamu suka?" Tak disangka, David mengajak Alisa pergi ke pinggir Danau buatan di dekat bandara. Saat kecil, mereka suka sekali menghabiskan waktu bersama bermain di sini setelah mengantarkan Ayah David ke Bandara.

"Aku kangen banget sama asinan depan taman ini." Ucap Alisa berbinar saat menerima semangkuk Asinan yang baru saja dibeli David.

David kembali mengusap pucuk kepala Alisa gemas. "Udah abisin, nanti aku beliin lagi kao kurang." Ucap David sambil terkikik geli melihat Alisa yang memakan asinannya dengan sedikit rakus. Bukannya jijik atau apa, David malah senang melihat Alisa yang apa adanya, tidak seperti para wanita yang selama ini disekitarnya yang selalu dibuat-buat untuk menjadi anggun didepannya.

Seketika, nafsu makannya membuncah melihat Alisa yang lahap.

"Enak banget astaga! Makasih ya, kak David emang selalu tau apa yang aku pengenin. Dari kemaren aku pengen banget makan asinan." Ucapnya.

Haha, Lis, Lis. Kamu tuh yah dikasi asinan aja uda seneng banget. Enak nih Dimas gak perlu susah-susah nyenengin kamu." Ucap David disela tawanya sambil menggeleng-gelengkan kepalanya."

Mendengarnya, Alisa langsung tersenyum kecut sambil lanjut memakan asinannya. "Oh ya, Kak David kira-kira berapa lama di Belanda?"

"Sekitar sebulan, semoga saja kondisi Papi lekas membaik, sehingga aku bisa kembali ke sini secepatnya." Jawab David sambil menyendok makanannya.

"Aamiin.." sahut Alisa.

"Kenapa? Kamu takut kangen banget ama aku? Apa takut kesepian gak ada aku?" Goda David pada gadis itu sambil mengerlingkan matanya nakal.

Alisa hanya menganga mendengar pertanyaan David. "Tuhan, kenapa sih Kak David bisa narsis banget?" Ucapnya yang dibalas David dengan cubitan di Pipi sambil tertawa.

Namun, Ekspresi David tiba-tiba menjadi serius, dipandanginya Alisa yang sudah menghabiskan semangkuk asinan. Diambilnya telapak tangan gadis itu " Lis, kalau ada apa-apa denganmu ataupun Om Yohan berjanjilah kalau aku adalah orang pertama yang kamu hubungi.! Ucapnya sedikit memerintah namun dengan kelembutan.

Alisa nampak berfikir sejenak sebelum ia menganggukkan kepalanya.

David tersenyum lebar, lega walau hanya melihat Alisa menganggukkan kepalanya tanda setuju.

Entah mengapa Kali ini David merasa sangat berat maninggalkan Alisa. firasatnya mengatakan kalau akan terjadi sesuatu pada Gadis ini saat ia tidak ada di sisinya. Oleh karena itu, sebelum kepergiannya, ia meminta Larry, sekertaris pribadi sekaligus asisten kepercayaannya untuk selalu menjaga Alisa dan segera melaporkan padanya jika sesuatu terjadi pada gadis itu.

"Boleh aku peluk kamu?" Tanya David tiba-tiba.

Alisa sedikit terkejut dengan pernyataan Pria di depannya. Namun, tak lama kemudian ia merentangkan kedua lengannya ke arah David yang langsung disambut oleh pria itu.

Hangat dan nyaman, itulah yang dirasakan Alisa. Pelukan sayang yang selalu dirindukannha dari sosok David, Pria yang sudah dianggapnya sebagai kakak.

Sedangkan David menenggelamkan kepalanya pada kumpulan rambut gadis itu yang tergerai indah. Menyesap aromanya sebelum ia harus meninggalkan gadis yang dicintainya. Entah sejak kapan rasa sayang dan kagumnya pada Alisa berubah menjadi cinta dan tentusaja ada hasrat lebih untuk memiliki gadis itu sepenuhnya. Namun, sayang, Alisa hanya menganggapnya sebagai seorang Kakak. Tidak lebih.

Drrrttt Drrrrrt.. tiba-tiba getaran ponsel di saku jaket David bergetar, seketika Pria itu melepaskankan pelukannya dengan sangat terpaksa. Diambilnya pinsel dan segera dilihatnya layar pada benda itu. "Aku harus segera pergi, kamu ikutlah ke Bandara, di sana ada Larry yang akan mengantar mobilku kembali ke rumah. Pulanglah bersamanya." Perintah David dengan penuh kelembutan.

Alisa hanya mengangguk dan tiba-tiba saja ia merasakan kesedihan menghampirinya. Bukan hanya sekali-dua kalo ia David pergi meninggalkannya, namun kenapa sampai saat inipun ia masih merasa akan sangat kesepian jika pria yang dianggap Kakaknya itu pergi jauh darinya. Dan, Alisa mengakui, kalo ia akan segera merindukan David dalam hitungan hari. Merindukan candaannya, merindukan sikapnya yang selalu memanjakan Alisa.