Reygan sudah menghabiskan makanannya, namun ia enggan untuk segera meninggalkan restoran itu. Dari tempat duduknya ia dapat mengamati gerak-gerik Alisa.
Ya, lelaki yang membuntuti dan mengamati gerak-gerik Alisa sejak di dalam kampus adalah Reygan. Dia tidak pernah menyangka sebelumnya kalau gadis itu juga bekerja sambilan di restoran sepulang dari kuliah.
Bukannya dari data mahasiswi dia adalah anak seorang pengusaha sukses? Mengapa ia harus bekerja sambilan? Sejak kapan ia bekerja? Pertanyaan yang saat ini bergelut di kepala Reygan membuatnya makin enggan meninggalkan mejanya dan tetap mengamati Alisa yang sendari tadi sibuk melayani pesanan para pelanggan dengan senyum ramahnya.
Waktu menunjukkan pukul enam sore, restoran sudah mulai sepi dari sebelumnya. Alisa melihat ada beberapa meja yang belum dibersihkan, ia mulai melangkahkan kakinya untuk membantu rekannya membereskan beberapa sisa makanan yang ditinggalkan pelanggan.
Namun, betapa terkejutnya dia saat melihat Reygan yang masih sibuk dengan laptopnya masih berada di restoran ini.
Saat mata mereka bertemu, mau tidak mau Alisa menyapa dengan menundukkan kepalanya sambil tersenyum pada Dosen tampannya itu.
Reygan hanya bergeming tidak membalasnya.
Kemudian ia menutup laptop dan pergi begitu saja meninggalkan restoran dan Alisa yang menghembuskan nafasnya pasrah dengan perlakuan dosen itu padanya.
Sesampainya di parkiran resto, Reygan memasuki dan menyalakan mesin mobilnya, tapi tidak ada tanda-tanda dia akan menjalankannya.
Posisi mobilnya yang pas berada di depan kaca besar resto itupun memudahkan dirinya melihat gerak-gerik Alisa yang semakin membuatnya semakin penasaran untuk membuntuti gadis itu.
Hingga malam tiba, Reygan masih betah di dalam mobilnya sambil mengoperasikan laptop mengerjakan beberapa pekerjaan yang harus diselesaikan, dan sesekali mengedarkan matanya ke dalam restoran.
Kali ini dilihatnya Alisa sudah berganti pakaian dan mulai melangkahkan kakinya menuju keluar restoran dengan membawa bungkusan. Namun, gadis itu bukannya berjalan menuju parkiran motor, tapi berjalan menuju belakang restoran.
Dengan cepat Reygan mematikan mesin mobil dan bergegas keluar mengikuti gadis itu menuju bagian belakang restoran, melewati pintu kecil dan sekarang dia sudah berada di gang kecil dengan Alisa yang sedang berjalan sambil sesekali menyapa warga sekitar berada 10 m di depannya.
Reygan terus mengamati Alisa yang terus berjalan hingga sampai di ujung gang yang merupakan jalan besar dan…. tunggu! Beberapa bangunan disamping pintu masuk gang adalah cafenya!
Dia baru tahu kalo jalan kecil itu bisa mempersingkat waktunya ke daerah restoran cepat saji tanpa harus memutar jauh mobilnya.
Tatapannya masih saja terpatri pada Alisa yang mulai menyebrang. Dan seperti dugaan Reygan, gadis itu memasuki area pelataran Diskotik di depan cafenya. Reygan tersenyum sinis.
Ternyata dia berkerja sambilan untuk bersenang-senang sepertinya? Tentusaja, mungkin orang tuanya sudah tau kelakuan buruk anaknya dan tidak memberikan dana berlebih untuk bersenang-senang, hingga ia harus bekerja untuk mendapatkan uang tambahan. Pikir Reygan sambil mulai menyebrang jalan membuntuti Alisa memasuki Diskotik.
Namun, saat ia hendak memasuki pintu utama diskotik, Reygan terkejut karena Alisa malah melanjutkan langkah kakinya menuju pintu area samping diskotik yang dijaga oleh satu sekuriti dan dua orang bodyguard berbadan besar.
Saat melihat Alisa berada di depan pintu, mereka langsung membungkukkan badannya dan mempersilahkan Alisa Masuk.
Dilihatnya pintu bertuliskan "VIP Management" membuat Reygan enggan melangkahkan kakinya mengikuti Alisa masuk dan memilih untuk bersembunyi di balik salah satu mobil yang terparkir untuk menunggu Alisa keluar dari pintu itu.
Satu jam sudah dia bersembunyi, tapi sayangnya belum ada tanda-tanda Alisa akan keluar. Seketika Reygan menrutuki diri, mengapa ia segitu bodihnya sampai menunggu gadis itu keluar yang sudah jelas dia bersenang-senang di dalam Diskotik.
Namun, saat ia hendak melangkahkan kaki dari tempat persembunyiannya, Reygan mendengar suara gadis yang dibuntutinya itu sedang berbincang dengan seorang pria bule. Terlihat mereka tertawa dengan kemudian pria bule itu menjulurkan tangannya mengusap rambut Alisa sambil tersenyum gemas. Setelahnya Alisa memohon pamit dan melambaikan tangannya pada Pria bule itu, dan ditanggapi oleh senyuman Pria itu sambil mengangkat tangannya yang membawa bungkusan plastik berlogo resto tempat dimana Alisa berkerja.
Reygan mengerutkan dahi, dan ia mulai melangkahkan kakinya mengikuti Alisa kembali menuju Resto.
Dilihatnya jam tangan menunjukkan pukul 12 malam, Sesampainya di resto, Reygan segera masuk ke dalam mobilnya dengan tetap mengawasi gerak-gerik Alisa yang akan siap menjalankan motornya.
Diikutinya gadis itu hingga tanpa ia sadari, mobilnya sudah mamasuki area parkir sebuah rumah sakit.
Reygan makin mengerutkan keningnya, dan secepat mungkin mencari tempat kosong untuk memarkir mobilnya.
Setelah menemukan tempat, ia segera memarkir mobil dan bergegas keluar menuju arah lobbi rumah sakit. Dilihatnya Alisa baru saja memasuki lobbi. Dengan cepat Reygan mengikutinya.
Sesampainya Alisa di lift, Reygan menyembunyikan tubuhnya di balik pilar besar rumah sakit. Dan menunggu terhentinya Angka yang tertera di atas pintu lift yang menunjukkan lantai yang dituju Alisa. Setelah mengetahui Lift berhenti di lantai 5, Reygan langsung menekan tombol lift untuk menuju ke lantai tempat di mana gadis itu berada.
Namun sayang, saat pintu lift terbuka di lantai 5, Reygan tidak menemukan sosok gadis itu yang sudah pasti sudah masuk ke salah satu ruangan. Reygan segera menghampiri nurse station, dan bertanya tentang Alisa. Terlihat Reygan sedang berbincang dengan salah satu suster sambil menyodorkan foto di ponselnya, beberapa saat kemudian suster itu menujuk salah satu lorong sambil menjelaskan dimana letak kamar rawat inap dimana Alisa berada.
Dengan cepat Reygan mengucapkan terimakasih kepada perawat yang membantunya dan langsung menuju lorong tersebut dan mencari nomor kamar yang disebutkan yang ternyata berada di pojok lorong.
Dengan pelan, Reygan menghentikan langkah kakinya, dan melihat isi kamar melalui kaca kecil yang terpasang di pintu. Dilihatnya sosok Alisa uang duduk memunggunginya, dengan telaten ia mengambilkan minuman untuk seorang Laki-laki paruh baya yang tergeletak lemas di ruangan berisi 4 pasien itu. Siapa lelaki itu? Apakah itu Ayahnya? Tanya Reygan dalam hati. Kemudian ia melihat Alisa mengelus dahi lelaki itu hingga tertidur, dan setelahnya Alisa membuka laptop dan mengeluarkan buku dari dalam tasnya.
Reygan tertegun.
Dia berusaha menyusun puzzle temuannya hari ini tentang Alisa.
Restoran-Kerja sambilan-Diskotik-Pria Bule-Rumah sakit-Orang yang kemungkinan Ayahnya sedang sakit. Reygan menyerah menggabungkan temuannya hari ini.
Apakah dugaannya terhadap Alisa selama ini salah?
Lalu bagaimana dengan diskotik dan Pria Bule yang sepertinya sangat dekat dengan gadis itu? Apa hubungan mereka sehingga hampir tiap malam ia melihat Alisa memasuki diskotik di sebrang cafenya? "Aaarrgh" Reygan mengeram pelan sambil menjambak lembut rambutnya sampai akhirnya ia memutuskan untuk pulang karena isi kepalanya terlalu penuh dengan pertanyaan seputar Alisa yang diselidikinya hari ini.