"Tok tok tok" terdengar suara ketukan pintu dari luar.
"Masuk!" Ucap Seseorang yang berada di dalam ruangannya tanpa mengalihkan pandangan dari Laptop miliknya.
Alisa pun, membuka pintu dan masuk ke dalamnya.
"Selamat siang pak, maaf mengganggu."
Mendengar suara yang sangat familiar di telinganya, dosen tampan itupun menghentikan aktivitasnya dan memandang si sumber suara dengan tatapan tajamnya.
Hening, tanpa suara. Si Dosenpun langsung melanjutkan kegiatan yang sebelumnya terhenti tanpa menanyakan apapun tujuan Alisa berada di ruangannya.
Sedangkan Alisa masih berdiri mematung dan berfikir keras untuk memulai percakapan.
"Maaf pak, saya menganggu waktu bapak. Kedatangan saya ke sini untuk meminta maaf karena beberapa kali terlambat dan tidak mengikuti perkuliahan. Dan saya berjanji untuk tidak mengulanginya lagi, jika bapak berkenan untuk memberikan saya kesempatan untuk melanjutkan kelas." Ucapnya halus
Tampak dosen muda itu menghentikan aktivitas mengetiknya. "Apa jaminan kalo kamu tidak akan terlambat lagi?" Ucapnya dingin tanpa menatap Alisa.
Alisa tampak berfikir sambil menunduk. "Saya tidak tidak berani menjaminkan apa-apa pak, tapi saya akan terus berusaha untuk memperbaiki diri dan mengejar ketinggalan saya di perkuliahan bapak."
Dosen muda itupun lalu menatap Alisa tepat di manik matanya sambil tersenyum meremehkan.
"Apa pentingnya buatmu tetap melanjutkan kelas atau tidak. Toh mahasiswa sepertimu ini kuliah cuma untuk main-main saja bukan? Ucapnya Dingin.
Alisa mengatupkan bibirnya sambil menahan amarah yang sudah mulai terpancing. Ditariknya nafas dalam-dalam mencoba untuk tenang. "Maaf pak, mungkin dimata bapak saya seperti itu, tapi bagi saya, ini adalah yang penting, menyangkut hidup dan keinginan saya dan juga orang tua saya untuk dapat menyelesaikan perkuliahan."
"Hahaha. Dapat kata-kata dari mana kamu? Daripada kamu susah-susah meyakinkan saya seperti ini, kenapa kamu tidak mencoba untuk merubah kebiasaanmu dugem sampai pagi dan tiap hari ke diskotik. Jika kamu ingin orang tua kamu bangga kamu tidak akan skip berkali kali bimbingan dan juga akan mengumpulkan dengan tepat waktu." Tandas dosen itu. "Saya tidak mau ada mahasiswa yang tidak ada niatan untuk menuntut ilmu di kelas saya." Jadi saya harap, saya tidak melihat kamu lagi di kelas saya."
Kali ini Alisa mengatupkan bibirnya untuk menahan air mata yang sebentar lagi akan mengaliri pipi mulusnya yang syok sekaligus sedih akibat perkataan dari sang Dosen.
"Maaf, saya bukannya ingin membantah perkataan bapak, tapi, sungguh saya berani berjanji kalau apa yang bapak lihat dan bapak tuduhkan itu tidak seperti yang bapak kira." Ucapnya penuh dengan keberanian, entah apa yang merasuki Alisa hingga timbul keberanian seperti sekarang ini.
"Jadi secara gak langsung kamu bilang saya salah lihat dan memfitnah kamu?" Ucap dosen muda itu penuh dengan penekanan dan tatapanya yang makin dingin dan tidak bersahabat. "Saya melihat beberapa kali kamu keluar masuk diskotik di sebrang cafe saya. Dini Hari dan beberapa kali berpelukan dengan Pria!" Tegasnya "Apa itu yang dikatakan tidak main-main dan serius ingin melanjutkan kuliah?"
Alisa terdiam, dia mulai bingung bagaimana menjelaskan alasan kenapa dia mengunjungi diskotik setiap hari, yang pasti akan disangkal oleh dosennya ini. Percuma baginya menjelaskan sesuatu untuk untuk orang sudah kepalang membenci bukan? Karena seribu kebaikan akan tertutup dengan satu keburukan.
"Ya benar, saya hampir setiap hari mengunjungi diskotik itu, tapi apakah bapak percaya jika saya mengungkapkan alasan kenapa saya mengunjungi tempat tersebut?" Tandasnya berani. "Karena saya rasa percuma saya panjang lebar menjelaskan fakta yang sebenarnya. saya jamin bapak pasti tidak akan percaya karena dari awal bapak memang sudah membeci saya tanpa saya tahu apa penyebabnya." Ucapnya dengan penuh percaya diri.
"Permisi." Lanjutnya lagi sebelum melangkah meninggalkan ruang dosen.
Dosen dingin yang tidak mau dibantah tersebut bagaikan disambar petir di siang bolong mendengar penuturan salah satu mahasiswi yang memang sudah dibencinya sejak pertama kali bertemu di kampus. Rahangnya mengeras dengan tatapan dinginnya yang seperti ingin mencabik-cabik mahasiswi cantik yang sedang berjalan keluar dari ruangannya.
***
Sesampainya di luar ruang Dosen kiler itu, Alisa tertegun karena ada beberapa mahasiswa dan juga dosen yang mencuri dengar pembicaraan di dalam.
Alisa mendengus kesal dan berjalan cepat menyusuri Lorong Dosen tersebut. Dadanya terasa sesak seperti terhimpit ribuan kilo batu. Dia merutuki dirinya sendiri, menyesal telah berkata seberani itu terhadap dosen yang entah kena angin apa sangat membencinya. Dan bisa dipastikan hidupnya di kampus tidak akan semulus perkiraannya. Dan harapannya untuk lulus dengan cepat dan memuaskan sepertinya juga akan pupus. Karena mata kuliah teori Arsitektur yang dibawahi oleh dosen muda itu merupakan mata kuliah wajib yang harus diselesaikan untuk meraih gelas sarjana.
"Duh Alisa,, harus gimana lagi sekarang?" Ucapnya lirih sambil menggosok wajahnya dengan sedikit kasar.