Salah satu restoran cepat saji tempat Alisa bekerja sambilan terlihat sangat ramai malam ini. Tampak Alisa sedang sibuk mempersiapkan tepung bumbu yang sudah dikemas sesuai resep dan menuangnya ke sebuah wadah berukuran cukup besar, kemudian dia memasukkan sejumlah ayam dan diberikannya kepada rekannya untuk proses deep fry si ayam tepung
Waktu menunjukkan pukul sepuluh malam, saatnya Alisa bersiap berganti shift dengan teman lainnya karena restoran mereka buka 24 jam. Setelah mengganti seragam kerjanya, Alisa memeriksa kembali lokernya untuk memastikan tidak ada yang tertinggal. Alisa duduk sejenak dan meminum air dari tumblernya menghilangkan dahaga. Sungguh hari yang melelahkan bagi seorang Alisa.
Jika yang lain bisa beristirahat setelah kuliah dan kerja, maka tidak untuk Alisa, dia harus pergi menemani Papanya di Rumah Sakit, dan bergulat dengan tugas-tugas kuliah yang aduhai banyaknya.
Waktu satu atau dua jam cukup untuk seorang Alisa mengistirahatkan mata dan tubuhnya. Tentu saja hal itu tidak membuatnya segar dan bugar kembali layaknya orang yang beristirahat cukup
***
Seorang lelaki berperawakan kurus menghampiri Alisa sambil menyerahkan satu bungkusan yang sudah jelas terlihat makanan dari restoran mereka.
"Lis,, biasa minta dianterin." ucapnya pada Alisa.
Tomi, salah satu rekan Alisa di resto tempatnya bekerja menyerahkan bungkusan tersebut pada Alisa, yang langsung disambut dengan jawaban Oke.
Setelah mengambil bungkusan tersebut, Alisa keluar dari pintu belakang restoran dan berjalan menuju pagar berukuran satu meter yang tertutup. Dibukanya pagar yang ternyata salah satu akses langsung restoran dengan jalan kecil yang merupakan jalan pintas menuju Diskotik yang selama ini dibicarakan oleh orang sekampus karena diduga Alisa sering mengunjunginya.
Alisa menyusuri jalan pintas yang merupakan perkampungan warga. Dilihatnya masih banyak bapak-bapak berkumpul di Pos Ronda sambil bermain Catur. Disapanya mereka oleh Alisa yang langsung mendapat respon baik dan mengingatkan Alisa untuk berhati-hati. Hampir setiap hari Alisa melewati jalan ini sepulang kerja.
Hingga sampai ujung dari jalan pintas, Alisa menunggu lampu hijau untuk pejalan kaki agar dia bisa segera menyebrang jalanan Jakarta yang masih ramai, hingga dia sampai pada salah satu sisi jalan lainnya.
Saat hendak memasuki halaman diskotik, Alisa berhenti sejenak sambil menatap bangunan disebrang yang tadi baru saja dilewatinya sebelum menyebrang.
"Ternyata cafe itu miliknya. Pantas aja dia tau kalo aku hampir setiap hari ke sini" ucap Alisa lirih sambil terus ditatapnya bangunan cafe dengan gaya minimalis yang tampak didalamnya para pegawai bersiap-siap untuk menutupnya.
Setelah puas mengamati cafe yang selama ini tidak pernah menarik perhatiannya, Alisa kembali melangkahkan kakinya memasuki halaman parkir diskotik. Hingga sebuah mobil mengagetkannya dengan membunyikan klakson.
Alisa berhenti tepat disaat Kaca bagian penumpang mobil sport berwarna kuning tersebut terbuka lebar dan menampakkan pemiliknya yang merupakan Pria tampan berparas Blesteran Eropa
"Hai Lis, lama gak jumpa!" Ucap Pria blesteran tersebut dengan senyum cerahnya saat melihat Alisa.
"Hai kak David" sahut Alisa sampil tersenyum sopan.
"Masuk yuk, udah lama gak ngobrol denganmu. Nanti aku antar pulang." Sahut David yang langsung mendapat anggukan sopan dari Alisa. Tanpa berpikir lama lagi mobil sport tersebut langsung dijalankan pemiliknya menuju tempat parkir khusus yang bertuliskan plat nomernya.
Alisa langsung menuju pintu bagian samping dari diskotik tersebut, sesampainya di sana ia menunggu Pria bule tersebut.
Tak lama kemudian David keluar dari mobil dan berlari pelan menuju Alisa yang menunggunya di pintu samping diskotik.
Para security yang berjaga di samping Alisa langsung menunduk hormat begitu David datang.
Dan mempersilahkan mereka masuk.
Tanpa mereka sadari, ada sepasang mata yang mengamati mereka dengan ponsel satu di satu tangan sambil merekam video yang menunjukkan Alisa memasuki Diskotik bersama Pria Bule.
***
Alisa dan David menyusuri lorong sepi yang yang merupakan satu akses khusus dengan pencahayaan minim dan juga bunyi musik yang memekakkan telinga.
Sesampainya di ujung lorong terdapat suatu ruangan privat yang cukup elegan, bernuansa hitam dan silver.
David membukakan pintu dan mempersilahkan Alisa masuk ke terlebih dahulu.
Setelah pintu ruangan tertutup, David mempersilahkan Alisa duduk di sofa hitam berbalut kulit.
Mata Alisa mengitari seisi ruangan tersebut dan terkagum dengan perubahannya. Dulu cuma ada satu set meja kursi kerja yang cukup besar dan nyaman, satu set televisi berlayar besar lengkap home teater, rak buku dan juga sofa yang ia duduki sekarang. Namun sekarang ada tambahan lagi sisi pojok ruangan itu berupa mini bar dengan empat kursi tinggi.
"Hehe, gimana menurutmu, aku baru saja merenovasi ruanganku dengan menambahkan minibar khusus untuk tamuku." Suara lembut David yang duduk disebelahnya cukup mengagetkan Alisa. Walau diluar suara sangat bising karena musik yang diputar keras, lain halnya di ruangan ini yang sama sekali tidak terdengar apapun dari luar karena adanya peredam.
"Bagus" jawabnya sambil tersenyum. "Sudah lama ya aku tidak main ke sini." Lanjut Alisa sambil menatap David.
"Kamu terlalu sibuk akhir-akhir ini sampe melupakanku, bahkan kamu hanya menitipkan pesananku ke security tanpa mau mengunjungiku."
Ucap David sambil menampakkan ekspresi sedihnya.
"Haha maafkan aku kak, akhir-akhir ini aku harus pulang cepat setelah bekerja." Jawab Alisa.
"Oh ya, itu pesananku bukan? Kebetulan aku lapar banget. Kamu sudah makan?" Tanya David sambil menunjuk tas kertas restoran cepat saji yang dari tadi dibawa Alisa.
"Oh iya, aku sampe lupa karna saking takjubnya dengan perubahan ruangan ini." Jawab Alisa sambil menyerahkan bungkusan ditangannya pada David.
David tertawa melihat ekspresi Alisa yang sangat menggemaskan di matanya. "Yuk makan bareng kebetulan aku tadi pesan dua." Ajak David.
"Aku udah makan tadi sore kak, dan sekarang masih belum lapar lagi, hehe. Kak David makan aja dulu keburu dingin ayamnya." Ucap Alisa.
Merekapun melanjutkan obrolan dan sesekali tertawa disela-sela David menyantap ayam goreng dari resto Alisa bekerja. Setelah jam menunjukkan pukul setengah dua belas malam, Alisa pamit pada David untuk pulang karena dia harus segera menemani ayahnya.
"Ok, kapan-kapan mampir lah Lis kalo ke sini. Aku seneng banget kedatengan cewek cantik ditengah kesibukanku." Ucap Davis sambil mengedipkan satu matanya untuk Alisa
"Haha, bukannya tiap hari wanita-wanita cantik gak pernah absen di dekat kak David?" Sahut Alisa sambil tertawa.
"Mereka cantik, tapi tidak spesial seperti kamu." Sahut David.
"Oke, tunggu aku minum setelah itu kuantar kamu." Lanjut David sambil melengkahkan kakinya menuju dispeser di pojok ruangan.
"Hehe, gak perlu repot kak, kak David lanjutin dulu makannya, kebetulan aku bawa motor, dan tau sendiri kan bakal menghawatirkan kalo kutinggal di parkiran resto. Hehe." Sahut Alisa sopan.
"Oke, tapi lain kali ijinkan aku anterin kamu lagi ya." Ucap David sambil tersenyum.
Alisa mengangguk sambil tersenyum. Setelah berpamitan dengan David, Alisa keluar dari ruangan dan berjalan kembali menyusuri lorong untuk kembali Resto dan bersiap menuju rumah sakit tentunya.
***
Sepeninggal Alisa, David tersenyum hangat sambil memegang foto yang baru saja dikeluarkan dari laci meja kerjanya. Tampak dua anak saling berpelukan dalam foto itu yang tidak lain dan tidak bukan adalah David dan Alisa.
David Lewis, adalah seorang pengusaha sukses di usianya yang masih muda. Perusahaannya memiliki banyak cabang dan salah dan diskotik inipun juga adalah miliknya.
Pria blesteran Belanda tersebut adalah tetangga sekaligus teman masa kecil Alisa.
Saat remaja, David dan keluarganya pindah ke kampung halaman sang Daddy di Belanda, hingga setelah menyelesaikan kuliah bisnisnya, David kembali lagi merintis bisnisnya di Indonesia. Salah satu alasan utamanya kembali ke tanah kelahirnnya adalah demi Alisa.
Dengan kekuasaanya, David dengan mudah mengetahui seluk beluk dan semua masalah yang dihadapi Oleh kelurga Alisa. Berkali-kali David menawarkan bantuan, namun selalu saja ditolak oleh Alisa. Tanpa David tahu, Alisa menganggap keluarganya sudah sangat banyak berhutang budi pada keluarga David, sehingga mereka sangat tidak pantas jika terus-terusan menerima bantuan dari mereka.
Sedangkan David tidak berani memaksa Alisa karena takut membuat Alisa tidak nyaman dengan dirinya lalu menjauh. Dia tidak akan bisa menerima kenyataan kalau sampai Alisa menjauhi dirinya.
Yap, David sudah lama memendam perasaan pada Alisa, saat tahu Alisa bekerja di restoran capat saji di dekat diskotik miliknya, hampir tiap malam dia memesan ayam di sana dengan permintaan Alisa yang mengantar, Walaupun tidak setiap hari dimakannya fast food tersebut.
Tentu saja David berharap akan sering bertemu Alisa saat dia mengantarkan pesanannya. Namun sayangnya beberapa waktu ini Alisa harus segera menemani Papanya di rumah sakit sehingga ia harus menitipkan pada security.
Itulah alasan kenapa setiap hari Alisa menginjakkan kakinya di Diskotik. Tidak ada yang tahu kecuali dia, David dan Tuhan tentu saja.