Sepanjang perjalan menuju rumah sakit Ibu Ambar tidak berhenti bercerita apa saja pas Alisa, mulai dari keinginannya memiliki anak perempuan, sampai kekonyolan saat arisan. Alisa menyimak cerita bu Ambar dengan serius dan sesekali tertawa mendengar cerita lucu Ibu Ambar. Sesekali pula dia menjawab pertanyaan tentang dirinya yang dilontarkan oleh ibu Cantik disebelahnya. Baru kali ini dia merasa nyaman dengan orang yang umurnya lebih tua terpaut jauh darinya.
Baru disadari juga oleh Alisa kalau selama ini dia tidak pernah mengobrol sehangat ini dengan Mama kandungnya.
Sekilas terbesit dalam benak Alisa, betapa beruntungnya jika memili ibu sehangat Bu Ambar.
"Oya Alisa, kalo diijinkan, boleh tidak nanti tante sekalian menjenguk Ayahmu? Tante ingin berterimakasih telah mendidik gadis sebaik kamu." Ucap Ibu Ambar.
Alisa tersenyum, tidak mengira ada orang sebaik ibu Ambar. "Silahkan tante. Papa pasti senang karena Alisa mengenal wanita sebaik tante." Ucapnya sambil tersenyum.
***
Pintu kaca berukuran besar itu terbelah menjadi dua saat Alisa dan Bu Ambar berada di depannya dan akan melewatinya yang lngsung disambut oleh bau khas rumah sakit.
Alisa menekan angka 5 saat memasuki Lift, dan langsung melangkahkan kakinya menuju kamar rawat inap sang Papa.
Bu Ambar yang mengikuti langkah Alisa tiba-tiba berhenti karena ponselnya berdering. Seketika dia memberikan isyarat kepada Alisa bahwa dia akan mengangkat teleponnya terlebih dahulu. Alisa mengangguk, dan memberi tahu sambil menunjuk dimana kamar Papanya berada yang tidak jauh dari tempatnya dan bu Ambar berhenti. Sebelum menekan layar terima, bu Ambar mempersilahkan Alisa untuk masuk ke dalam kamar terlebih dahulu sementara ia akan menyusul setelah menerima telefon.
"Alisa. Kami sudah pulang kuliah?" Ucapa Yuhan kegirangan anak kesayangannya datang lebih cepat dari biasanya.
"Iya pa, kebetulan hari ini cuma ada satu mata kuliah, jadi Alisa bisa ke sini cepet. Oh ya pa, Alisa datang kemari bersama orang baik yang baru Alisa kenal." Ucap Alisa
"Oh ya? Dimana orang itu? Bagaimana kamu bisa kenal?" Tanya Yuhan penasaran pada putrinya yang selama ini diketahui jarang bosa langsung akrab dengan orang yang baru dikenalnya.
Alisa memberitahu papanya bahwa orang yang dimasud sedang menerima telpon dan akan menyusul setelahnya. Alisa juga menceritakan bagaimana dia bisa bertemu dengan Ibu Ambar.
Yuhan tersenyum bangga pada pada putrinya. Dia sangat terharu Alisanya tumbuh menjadi gadis yang baik dan tangguh menghadapi semua masalah yang ditimbulkan olehnya.
Tak lama kemudian terdengar langkah kakil seseorang sambil memanggil-manggi nama Alisa dengan pelan. Alisa yang duduk dibalik tirai rumah sakit langsung mengenali suara bu Ambar dan bangkit untuk menampakkan dirinya agar bu Ambar tidak bingung mencarinya.
Saat melihat bu Ambar, Alisa langsung mempersilahkan memasuki bilik ayahnya dengan membuka sedikit tirai pembatas agar memudahkan akses bu Ambar masuk ke bilik ayahnya. "Pa. Kenalkan ini bu Ambar yang Alisa ceritakan tadi."
Bukan jawaban dari Yuhan yang di dapat melainkan suasana hening yang kemudian dipecahkan oleh pekikan kaget kedua orang itu.
"AMBAR"
"YUHAN"
Teriak mereka bersamaan.
Alisa kaget dan tidak menyangka kalau ternyata Papanya dan Bu Ambar saling mengenal.
Setelah beberapa detik, bu Ambar memberitahu Alisa bahwa Papanya ada sahabat bu Ambar dari sekolah dasar hingga SMP, namun sayang saat SMA bu Ambar harus meninggalkan Indonesia untuk mengikuti orang tuanya yang bertugas sebagai konsulat di London sehingga mereka kehilangan kontak hingga sekarang.
Setelah mengetahui hal tersebut, Alisa ijin pamit ke kantin memberikan kesempatan mereka berdua untuk berbincang-bincang. Dua orang sahabat tidak bertemu selama puluhan tahun pasti banyak yang akan diceritakan bukan?
Sepeninggal Alisa, bu Ambar mulai menceritakan resume kehidupannya dan juga menanyakan kehidupan sahabat lamanya ini. Dan mau tidak mau Yuhan pun bercerita tentang kehidupan yamg dijalani dan juga masalah yang tengah dihadapi sampai dia harus terbaring lama di rumah sakit.
"Jangan sungkan untuk Hubungi aku jika kau butuh bantuan. Aku berhutang budi pada putrimu yang telah menolongku." Ucap bu Ambar.
"Alisa,,, dia anak baik, dia kuat dan tangguh menghadapi semua ini di usianya. Bahkan sekarang dia menjadi tulang punggung keluarga yang sudah hancur perekonomiannya di usianya yang masih 20 tahun." Yuhan mengatakannya sambil menangis. "Aku merasa tidak berguna dan malu menjadi ayahnya."
"Jangan berkata seperti itu, kalau Alisa mendengar dia bisa sedih." Ucap Ambar. "Benar dia anak yang kuat dan mandiri. Aku salut pada istrimu karena telah melahirkan dan mendidik gadis seperti Alisa."
Yuhan hanya tersenyum getir mendengar kalimat yang dilontarkan Ambar.
"Oya, mana istrimu? Kau tidak berniat mengenalkanku padanya?" Tanya Ambar lagi.
"Nanti akan kuundang kau kerumah kami saat aku sembuh." Sahut Yuhan.
Hampir dua jam mereka asyik mengobrol. Alisa yang sudah bosan berjalan-jalan di taman rumah sakitpun akhirnya kembali ke kamar sang Papa.
Mendengar Alisa datang, bu Ambar bangkit dari duduknya. setelah berbasa basi beliu pamit pada Alisa dan Yuhan. Dia meminta Alisa memasukkan kontak Alisa di ponselnya. Dan berjanji akan mengunjungi mereka lagi di rumah sakit.
***
Bu Ambar menekan ponselnya untuk menghubungi seseorang saat sudah berada di Lobby. Tak lama kemudian, mobil mewah miliknya sudah tersedia di drop off area lobby. Dengan Anggun bu Ambar memasuki mobilnya, dan tak lama kemudian mobil itu melesat meninggalkan rumah sakit.
"Alisa, gadis yang baik dan menarik. Seandainya saja aku mempunyai menantu seperti Alisa." Ucapnya lirih sambil melihat kontak Alisa yang sudah tersimpan di ponselnya.