Chereads / Kuhidup Dengan Siapa? / Chapter 5 - Alina

Chapter 5 - Alina

Sepulangnya dari kampus, Alisa langsung mengendarai motornya menuju rumah, tentu saja dengan hati dan pikirannya tak karuan.

Sahabatnya Diana yang khawatir akan keadaan Alisa setelah berbincang empat mata dengan dosen muda itu menawarkan untuk mengantarnya pulang dan menitipkan kendaraannya di kampus, namun ditolak halus oleh Alisa yang memang tidak ingin merepotkan karena rumahnya dengan Diana bagai perjalanan Timur ke barat mencari kitab suci, Jauh!

***

Sesampainya di rumah, dia menemui Alina, Adik satu-satunya yang sedang memainkan ponsel sambil tiduran di sofa lengkap dengan seragam SMA menempel di tubuhnya.

"Eh kakak uda pulang" Alina berhasil mengagetkan Alisa yang akan melangkah menaiki tangga menuju kamarnya. Alisa merasakan sesuatu yang aneh ketika sang adik melontarkan senyum padanya.

Pasti dia bakal minta yang aneh-aneh lagi, pikirnya.

Alisa bersandar pada railing tangga saat Alina berjalan menghampirinya.

"Ini." Ucap Alina sambil menyodorkan selembar kertas.

Mata Alisa langsung membulat sempurna saat membaca satu persatu angka yang tertera pada kertas tersebut.

"Alinaaa!!" Teriaknya sambil memelototi sang Adik.

"Sudah berapa kali sih kakak bilang jangan bawa mobil ke sekolah!, sekarang gimana kita bayar biaya pengobatan orang yang kamu tabrak?! Tabungan kita sudah menipis dan itu semua untuk pengobatan papa!" Teriak Alisa kesal sambil memengang kepalanya yang terasa hampir meledak.

"Yaelah kak, cuma segitu aja gak banyak kan? Aku gak sengaja nabrak orang yang sedang nyebrang, lagian itu orang nyebrang gak liat-liat sih." Balas Alina santai.

"Makanya Alina!! Kakak bilang apa? Jangan bawa mobil ke sekolah! Kamu baru belajar mengendarai Mobil! Belum bisa terbiasa dengan haluan yang pas. Mulai besok naik angkot, oke!" Ucap Alisa menahan amarah.

"Duh kak! Temenku tuh kebanyakan bawa mobil. Masa aku naik angkot? Apa kata mereka? Pasti pada nyinyir, ih lo bangkrut yah? Ih miskin lo ya?" Ucap Alina sambil merengut.

"Whaaat??" Pekik Alisa sambim memijit keningnya.

"Terserah kamu lah, sekarang kamu pikirin sendiri gimana caranya bayar tagihan rumah sakit ini biar korban yang kamu tabrak bisa segera keluar dari rumah sakit. Kakak gak mau tau dan gak peduli lagi!" Ucap Alisa sambil meninggalkan adiknya yang menganga lebar.

"Ih nyebelin banget sih! Aku bakal lapor ke Mama nanti!" Teriak Alina dari bawah.

Alisa hanya menggeleng-gelengkan kepalanya dan bergegas menuju kamar. "Gue harus segera berangkat kerja sebelum mama datang dan mendengar ocehannya akibat pengaduan dari Alina." Batin Alisa

***

Alisa dan Alina. Dua bersaudara yang usianya terpaut 4 tahun ini memiliki sifat dan kepribadian yang samgat amat bertolak belakang karena pengasuhan yang berbeda.

Alisa, si gadis tangguh, mandiri, ceria dan terbiasa hidup sederhana dan tidak mudah menyerah ini lebih dekat dengan Yohan, sang Papa.

Sejak bayi, Alisa diasuh oleh seorang asisten rumah tangga dan Papanya yang saat itu lebih banyak menghabiskan waktu di rumah karena harus menyelesaikan gelar master sekaligus merintis bisnisnya. Dan Mia, sang Mama lebih banyak menghabiskan waktu dengan kesibukannya sebagai sekertaris utama dari seorang Direktur perusahaan swasta bonafit di kotanya demi menyambung hidup, sehingga sampai sekarangpun tidak begitu dekat dengan Alisa karena sifat mereka yang tidak bisa disatukan.

Lain halnya saat Alina datang ke dunia.

Bisnis dan perusahaan yang dirintis dari nol oleh Yohan berkembang dengan pesat dan disegani oleh para pesaingnya, sehingga perekonomian keluarga kecil mereka berbalik 180 derajat. Saat itu Mia dengan gaya hidup hedonisnya mengundurkan diri dari perusahaan karena dia sudah bisa memenuhi semua keinginannya yang serba mewah dari bisnis Suaminya tanpa haris bersusah payah bekerja, sehingga Alina lebih banyak menghabiskan waktu denga sang mama karena Yuhan mulai sibuk dengan segala hal tentang bisnisnya yang sudah meroket. Tidak salah jika Alina menjadi gadis yang manja, egois bergantung dengan orang lain, semaunya sendiri dan gaya hidupnya yang 'Wah' karena dari kecil dia sudah dimanja oleh sang Mama dengan menuruti segala keinginannya.

***

Jam dinding menunjukkan pukul empat sore. Alisa mengambil tas dan jaketnya untuk segera berangkat kerja setelah sempat merendam dirinya di bath up dengan air hangat untuk menyegarkan kembali suasana hatinya yang suram.

Sesampainya di bawah, dikeluarkannya motor yang dibeli dengan sisa uang penjualan mobil kesayangan hadiah dari sang Papa untuk menutup sebagian hutang perusahaan.

Sesampainya di pagar mewah rumahnya, dia melihat sepucuk amplop yang diletakkan di loket pos security rumah mewah itu yang tak berpenghuni karena harus diPHK karena keluarganya sudah tidak mampu membayar gaji pegawainya lagi.

Alisa sudah mengetahui pasti apa isi surat itu hanya dengan melihat desain amplopnya.

Pasti itu adalah surat peringatan keterlambatan pembayaran hutang dari bank.

Diambilnya surat itu dan dibacanya.

Betapa terkejutnya Alisa karena ternyata surat ini bukan peringatan seperti biasanya, karena ini adalah peringatan untuk segera mengosongkan rumah karena rumah dan seluruh aset mereka yang dijaminkan ke bank tersebut akan disita katena sudah jatuh tempo dan keringananpun sudah diberikan oleh pihak Bank

Lutut Alisa langsung lemas dan terjatuh depan pos security rumahnya. Apalagi ini Tuhan? Batin Alisa sambil menangis sesenggukan. Dia sudah mengira kalau seluruh aset Papanya akan habis untuk disita oleh bank, tetapi dia baru tahu kalo ternyata rumah inipun juga menjadi jaminan dari seluruh hutang Papanya untuk memulihkan kembali saat perusahaan hampir bangkrut.

Tak lama kemudian Alisa langsung bangkit berdiri dan menghembuskan nafasnya kuat.

"Oke Alisa, saatnya bangkit..

It's just a bad day. Not a bad Life!" Serunya pelan.