Dengan langkah gontai Alisa berjalan menyusuri selasar kampus menuju kantin, tempat Diana menunggunya. Tidak jarang juga dia melihat dari ekor matanya beberapa orang berbisik-bisik sambil menatapnya. Ah pasti karna gosip itu pikirnya.
Diana melambaikan tangannya saat melihat Alisa dari kejauhan, seketika senyumnya hilang saat melihat Alisa berjalan seperti orang tanpa harapan.
"Lo mau makan apa?" Kata-kata itu yang keluar dari mulut seorang Diana saat Alisa sudah duduk di depannya dan langsung merebahkan kepalanya di meja.
"Apa ajalah Di, yang penting gue kenyang" Jawabnya singkat.
Diana menghela nafas pelan tanpa sepengetahuan Sahabatnya yang tetap merebahkan kepalanya di meja kantin, bahkan sekarang tangannya pun terlipat sebagai sandaran kepala.
Tidak berlama-lama Diana langsung menuju stan salah satu penjual makanan di kantin untuk memesankan makanan favorit sahabatnya.
"Aw!" Pekik Diana kaget saat dia hendak kembali duduk di bangkunya tanpa sengaja dia menabrak seseorang saking fokusnya dia memandangi gerak-gerik Alisa dari kejauhan, sehingga dia tidak melihat samping kiri-kanannya.
"Sorry…" ucapnya pada korban tabrak tanpa sengaja tersebut yang sedang sibuk mengibaskan makanan yang jatuh berhamburan saat insiden penabrakan terjadi.
"Lo sengaja?!" Teriak Shely, mahasiswi dengan make up tebal yang baru saja bertabrakan dengan Diana.
"Sorry, gue gak sengaja, baju Lo kotor semua, tunggu ya gue ambilin baju, gue bawa baju ganti di mobil." Sahut Diana.
"Gue ga butuh! Minggir!" Bentak Shely. "Awas aja ya lo udah permaluin gue di depan banyak orang. Jangan harap lo bisa seneng-seneng abis ini."
Ucapnya lagi.
Diana melotot mendengar perkataan Shely yang memang terkenal dengan miss Seenaknya sendiri.
"Hello nona selebgram, gue uda minta maaf tadi karna gue gak sengaja, dan gue uda nawarin kebaikan gue buat pinjemin lo baju! Jadi jangan seenaknya lo ngancem-ngancem gak mutu gitu!" Ucap Diana tenang dengan penuh penekanan.
"Berani ya lo ama gue, lit aja gue gak bakal sungkan buat perhitungan ama Lo, dan temen Lo si cewek 'Nakal' itu." Bentak Shely sambil melirik Alisa di mejanya.
"Emang gak punya etika lo ya? Heran gue kenapa lo bisa jadi publik figur di sosial media" Ucap Diana menantang
"Elo tuh yang gak punya mata! Gak punya malu lagi! Bentak Shely.
Tragedi tabrakan Diana dengan Shely sang selebram yang dilanjutkan dengan cek cok mulutpun berhasil mengundang kerumunan dan menjadi tontonan seru bagi mereka yang ada di kantin. Hal itu juga yang berhasil membuat Alisa mengangkat kepalanya yang sendari tadi terkelungkup di atas meja.
Diana yang sadar Alisa memandanginya segera menghampiri sahabatnya dan meninggalkan Shely begitu saja yang diikuti oleh teriakan Shely yang melengking kesal karena merasa dibaikan. "Awas aja lo berdua, gue pasti bikin bikin perhitungan!"
"Lo kenapa sih Lis? Lo sakit? Tanya Diana sambil memegang kening Alisa.
Alisa dengan cepat menggelengkan kepalanya, dan akhirnya dia menceritakan sikap dingin dosennya yang membuatnya tampak mengenaskan hari ini.
"Alisa, Lo kan tau kalo dia sensi banget ama Lo, trus ngapain Lo telat?" Samber Diana
Alisa mendengus "Iya, iya gue tau gue yang salah, tapi masa iya gue gak dikasih kesempatan gitu. Tauk ah, Lo nih bantu gue napa. Ucapnya dengan bibir mengerucut.
Mau gak mau Diana tertawa melihat temannya yang kesal karna keisengannya. "Sorry, lagian sih. Emang kenapa sih Lo sering telat akhir-akhir ini? Coba deh lo cerita ke gue ada masalah apa sampe gue ngerasa kalo beberapa bulan ini lo berubah."
"Haha, berubah gimana sih Di? Gue y tetep Alisa yang dulu kok" sahutnya sambil tertawa.
Kali ini Diana yang mendengus sebal "Gue kenal lo tuh bukan baru kemaren sore Lis! Sekarang tiap hari kerjaan lo bermuram durja, gak ada semangat kayak dulu, mana serung bgaret lagi sekarang. Padahal dulu kako gue telat semenit aja lo uda ceramah panjang kalo lebar sama dengan luas." Jawab Diana sambil merebahkan punggunya di kursi dan melipat kedua tangannya di depan dada.
Alisa menggingit bibir bawahnya dengan tatapan kosong sebelum akhirnya dia menghembuskan nafasnya. "Sebenernya banyak banget yang mau gue ceritain ke Lo, tapi maafin gue Di,kayaknya kurang tepat waktu dan suasananya kalo gue cerita sekarang. Suatu saat nanti gue janji bakal ceritain ini semua ke Lo."
"Ok, take your time Lis. Gue gak maksa lo harus cerita ke gue. Tapi gue akan tetep selalu ada dan jadi garda terdepan kapanpun dan dimanapun buat tempat lo berbagi dan di saat lo butuh bantuan." Ucap Diana bertepatan dengan datangnya makan siang yang mereka pesan di kantin.
***
Dari kejauhan tampak dua orang Dosen muda sedang berjalan beriringan di selasar ruang dosen sambil berbincang satu sama lain.
Setelah sampai di depan salah satu pintu ruangan, mereka berhenti melangkah namun terepa melanjutkan obrolan mereka.
Nampak pula para mahasiswi yang berhenti di dekat mereka sambil memandang penuh kagum pada dua dosen muda yang tinggi dan tampan itu.
Setelah sadar banyak mata memperhatikan mereka, akhirnya kedua dosen muda itu berpisah dan memasuki ruangan masing-masing.
"Lo yakin mau masuk kandang macan Lis?" Tanya Diana pada gadis bermuka tegang disampingnya. Mereka berdua bersembunyi di balik tembok di ujung selasar ruang Dosen, memperhatikan gerak gerik dosen muda itu.
"Doain gue Di, biar gue selamet tanpa kekurangan apapun saat keluar dari kandang macan itu." Sahut Alisa dan disambut dengan cengiran Diana.
"Semangat deh Lis. Walopun gue yakin tuh dosen gak bakal ngabulin permintaan Lo biar bisa nerusin mata kuliahnya." Ucap Diana.
"Ok, this is show time!" Ucap Alisa mulai percaya diri dan melangkahkan kakinya menuju pintu bertuliskan 'Reygan Adijaya' dosen tampan mengagumkan bagi para mahasiswi, namun bagaikan Dementor yang siap kapan saja dan dimana saja menyerap energi bahagia seorang Alisa.
Sesampainya di depan pintu ruang Dosen, Alisa nampak mengatur nafas, dan menetralkan detak jantungnya yang dari tadi seperti berontak ingin melompat keluar dari tempatnya. Dengan ragu dia mulai mencari tau kegiatan sang dosen di dalamnya dengan mengintip dari kaca berukuran kecil yang tersemat pada pintu.
Terlihat sang Dosen sibuk dengan laptop dan beberapa berkas di tangannya.
"Tenang Lis, tenang. All be fine, ok!" Ucap Alisa dalam hati sebelum dia memutuskan untuk mengetuk pintu.