Cinta, sebuah rasa yang datang dan pergi begitu saja. Ikatan takdir yang sudah becampur dengan cinta, akan melahirkan perasaan abadi yang tak bisa kau hindari begitu saja.
Pasti akan ada rasa yang kembali, saat kau sudah jatuh cinta pada orang kau yang pilih. Hal itu, merupakan hukum alam yang tak bisa dipungkiri begitu saja.
Kalaupun kau sudah berpikir dan meyakinkan dirimu sendiri bahwa kau sudah melupakan orang itu, namun, hatimu akan tahu dan sadar dengan perasaan yang pernah kau rasakan itu, kemudian, kembali pada pemilik sesungguhnya.
***
Tak lama kemudian, pria yang tadinya ingin pergi untuk mengambil kotak P3K telah kembali dan membawa minuman bersamanya.
Tap!
Dia menaruh minuman itu beserta kotak P3K di atas meja.
"Dekatkan kepalamu!"
Annchi menatapnya bingung, dia pun menggunakan tangannya untuk membuat isyarat. "Aku?"
"Astaga, apakah kau tuli? Dekatkan kepalamu padaku!" tangan Fengying sudah tak bisa menahan kebingungan yang Annchi tampilkan pada raut wajahnya kala itu. Dia pun langsung menarik wajah wanita itu mendekat padanya pada saat itu juga.
"Hhh!!?"
Deg!
Jantung Annchi seperti mau meledak kala itu. Pria yang biasanya selalu marah-marah padanya, sekarang malah sedang mengobatinya seakan dia adalah orang yang berharga baginya.
Annchi tak bisa memungkiri bahwa penampilan dari pria yang sedang mengibati kepalanya dengan lembut itu, mendapat nilai sempurna bahkan melewati sempurna baginya. "Kenapa saat ini juga dia harus terlihat tampan? Cih, sangat menjengkelkan. Aku ingin memukul wajahnya itu, tapi ..." Annchi pun menjeda pemikirannya kala itu. Dia sudah tahu kalau dia tak berhenti memikirkan pria yang ada di depannya itu, pasti dia tak akan pernah bisa berhenti lagi. "Oke, aku akan berhenti. Sebaiknya aku-" Annchi pun melihat ke atas, dan bertemulah tatapan mereka berdua pada saat yang sama.
Kala itu, bibir mereka terasa sangat dekat, bahkan nafas Annchi bisa dirasakan Fengying dengan jelas.
Nafas yang memburu dan juga matanya yang sama sekali tak bisa Fengying lupakan, mata yang sama dengan wanita yang dia cintai, mata yang sudah membuat Fengying jatuh cinta padanya, mata yang melahirkan tatapan sehangat pelukan surya.
"F-Fengying. A-aku ...." Pria yang mempunyai mata tajam itu tak bisa menunggu lagi untuk merasakan bibir manis Annchi itu.
Tanpa aba-aba, dia pun langsung melahap bibir Annchi dengan lembut. "Mmmmm, mmmmfff. Feng ... Nnghh ... Aku!" Annchi benar-benar sudah tak bisa menghindar lagi saat itu. Dia seperti ditarik dalam lubang hitam dalam hasrat pria itu.
Padahal tadi mereka sedang mengobati luka yang ada di kepala Annchi, kenapa sekarang mereka malah berakhir dengan berciuman mesra seperti itu?
"Wanita ini, apakah dia sama sekali tak bisa menjadi wanita yang baik? Aku benar-benar tak tahan kenapa dirinya yang ada di depanku. Bahkan aroma tubuhnya yang lembut, membuat diriku pusing, seakan aku sedang menghirup racun yang membuat kecanduan. Aroma tubuhmu membuatku candu, Annchi. Siapakah kau sebenarnya? Kenapa, kenapa aku selalu saja tak bisa menang jika itu menyangkut dirimu. Kalau kau, seandainya kau adalah Annchi, Annchi-ku yang manis itu, pasti semuanya akan lebih mudah." Hati Fengying tak bisa berhenti berpikir demikian.
Apalagi saat dia melihat kesamaan yang selalu saja ditemukannya dari wanita yang sekarang menjadi Sekretaris priabadinya itu, dia tak bisa menahannya lagi.
"Annchi, aku sudah tak tahan lagi, aku akan melakukan hal itu sekarang juga," ujar Fengying dengan tangannya yang sudah tak bisa diam lagi.
Dia mulai membuka kancing baju Annchi saat itu, dan langsung mencoba menaklukkan wanita itu.
Annchi terbelalak. Bukan seperti ini hal yang dia mau saat dia datang ke sisi Fengying sekali lagi, dia hanya ingin balas dendam terhadap apa yang sudah dilakukan pria itu padanya.
"Ini salah! Aku Harus menghindar dari pria ini. Semua yang dia lakukan sangat berbahaya," pikir Annchi, yang kemudian mulai meronta setelah itu, untuk melepaskan dirinya dari Fengying.
"Fengying, Lepaskan aku! Aku rasa kita tidak pantas melakukan semua ini. Aku rasa-" Fengying pun menahan tangan Annchi dan diangkat ke atas, sehingga wanita itu sama sekali tak bisa berkutik.
"Kau tenang saja, aku hanya akan melakukan hal itu dengan cepat. Kau hanya harus menerima semua yang sudah aku lakukan ini. Kau tak perlu menahan rasa yang ada di dalam hatimu itu, kau pasti juga senang kan, aku perlakuan seperti ini. Seperti yang sudah dilakukan pria yang ada di dalam Bar itu." Dia pun mendekatkan bibirnya pada telinga Annchi, sambil menyermik disana. "Aku akan melakukannha dengan lembut, dan kau pasti akan memikatinya. Kau paham, kan?"
Diperlakukan seperti wanita murahan, Itu adalah hal yang sedang Annchi rasakan kala itu. Dia tak pernah mengira bahwa Fengying adalah keparat brengsek seperti itu.
Annchi pun terdiam dengan aura gelap yang menyelimutinya. "Apa yang kau katakan?"
"Hahaha, kenapa kau terlihat seperti itu? Apakah yang aku katakan itu salah? Terus, bagaimana kau bisa menjelaskan sampai kau bisa ada disana?" Terlihat Fengying seperti sedang berpikir kala itu. "AHA! Atau jangan-jangan kau sudah bersama dengan Jianying terlebih dahulu makanya sekarang kau sudah tahu bahwa dia itu adalah-"
PLAKK!
Satu tamparan yang sangat kencang dan juga penuh emosi yang Annchi berikan pada pria yang sudah berbicara sembarang kala itu, seketika membuat Fengying memegang bibirnya yang terkena kuku Annchi dan berdarah sambil tersenyum bagaikan psychopath gila. "Pfft, apa yang sudah kau lakukan?" Tiba-tiba saja, Fengying pun memelototi Annchi, sampai-sampai matanya itu seperti akan keluar dari kelopak matanya. "Kau berani menamparku?" Dia kembali tersenyum. "Sungguh luar biasa nyalimu, Annchi!"
Plak!
Plak!
Dia tamparan lanjutan pun dia hadiahkan pada pipi Fengying setelah itu. Sambil menitikkan air matanya, dia pun mulai mengeluarkan semua isi hatinya pada pria gila itu.
"Kau keparat kurang ajar. Aku sungguh bisa mati kalau dekat denganmu. Aku sudah muak dengan sikapmu yang selalu berubah. Kenapa? Kenapa kau melakukan hal ini padaku? HAH?! Dosa apa yang sudah kuperbuat? HAHAHAHAHA. Jangan-jangan kau itu memang benar, memang benar kalau kau itu gila, kan? Kau orang gila kan, makanya kau meminum obat seperti itu."
Mendengar hal itu, sontak darah Fengying mendidih. Seakan seluruh pembuluh darah yang ada di dalam tubuhnya itu meledak pada saat yang sama.
Pria yang tadinya sedang duduk di depan Annchi, langsung berdiri dengan refleks.
"Keluar! KELUAR!" teriaknya, dengan jari telunjuk yang mengarah ke pintu keluar apartemennya itu.
Tanpa basa-basi lagi Annchi pun langsung merapikan semua barangnya dan langsung keluar dari sana.
Brak!
"Aaagggggggrrh! Sial! SHIT, SHIIIT!"