Suara dari heels yang dipakai Annchi, benar-benar sangat berisik saat itu.
Dia sudah mereset kakinya sejak keluar dari kamar Tuan muda yang sombong dan juga pemarah itu.
"Cih, apa yang sedang aku lakukan? Bodohnya aku sudah khawatir kepada pria sombong itu. Aku benar-benar sudah muak kepadanya!" Annchi yang sedang naik tensi, kemudian melihat ke kanan dan juga ke kiri, berusaha menemukan taxi yang bisa digunakan untuk pulang ke rumah.
Namun setelah setengah jam berdiri di pinggir jalan, dia sama sekali tidak bisa menemukan taksi yang dia inginkan.
"Aggrhh! Ingin rasanya aku mengutuk orang-orang, tapi yang lebih parah adalah pria itu." Wanita itu kemudian melihat kembali ke lantai atas rumah sakit, yang di mana di sana ada salah satu dari ruangan tempat Fengying dirawat. "Lihat, lihat, ini semua dora gara-gara dia. Lihat saja kalau dia berani macam-macam di kantor, aku benar-benar akan melemparkan kopi ke wajahnya. Eh tapi ..." wanita itu kemudian kembali berpikir. "Jangan kopi, nanti kalau di cacat bagaimana? Cih, dasar pria berwajah ganteng. Aisshh, sudahlah aku sama sekali tidak-"
Pip. Pip!
Tiba-tiba saja, suara klakson mobil mengagetkan wanita yang saat itu sedang mengutuk Fengying sana-sini.
"Ya ampun siapa?" Wanita itu kemudian menatap ke arah kaca mobil yang langsung diturunkan ke bawah.
Seorang pria tampan yang sangat dikenal kemudian mengeluarkan kepalanya sambil tersenyum kepada Annchi. "Hei, manis! Apakah kau butuh tumpangan? Aku bisa mengantarmu ke mana saja," ujarnya.
"Cih, apa? Hahahaha, dasar kau Gong Fai!" Setelah marah-marah dari tadi, kedatangan dan juga lawakan dari Gong Fai, seakan membuat hati wanita itu tenteram dan juga langsung tersenyum riang.
"Hahaha, apa yang sedang kau lakukan disini?" Pria itu bertanya sambil melihat ke sana dan kemari.
Annchi yang amarahnya sudah mereda itu, tersenyum kepada pria yang baru saja ditemui di depan sana. "Iya, aku sedang mengantar bosku. Dia tadi pingsan."
"Terus? Apakah bosmu itu sama sekali tidak ingin mengantarmu pulang? Atau menyuruh sopirnya mungkin?" Gong Fai menaikkan alisnya, menyelidik.
Mendengar apa yang ditanyakan oleh sahabatnya itu, membuat Annchi tertawa geli hingga memegang perutnya. "A-apa? Apa yang kau katakan? Preett! Dia tidak akan pernah melakukan hal seperti itu padaku. Dia adalah bos sombong yang gila! Ingin rasanya aku menjambak rambutnya hingga botak, pfft, hahaha, hahahaha." Annchi tiba-tiba saja membayangkan kepala Fengying yang botak, kemudian datang ke kantor dan sedang presentasi meeting. "Oh, astaga, itu sangat luar biasa. Sudahlah, aku sudah tak tahan lagi! Hahahaha."
Gong Fai bisa menyaksikan ekspresi yang selama ini tidak pernah dia saksikan sebelumnya.
Betapa wanita yang ada di hadapannya itu sangat senang dan juga tertawa terbahak-bahak saat membicarakan bos yang sangat dia benci itu.
Dia sudah tahu, kalau sebenarnya bos yang dibicarakan oleh wanita yang selama ini menjadi wanita yang dia sukai, adalah pria yang menjadi cinta pertamanya.
Namun dia sama sekali tidak bisa berbuat apa-apa, dia hanya bisa menolong wanita itu dan pura-pura tidak tahu, hingga tiba saatnya dia siap untuk menyatakan perasaannya kepada wanita itu.
Walaupun begitu, dia tidak bisa memungkiri perasaan kesal dan juga cemburu yang ada di dalam hatinya. Namun tentu saja, dia tidak akan melakukan hal yang akan membuat wanita itu sedih ataupun terluka. "Ya, untuk sekarang ini, kau hanya perlu tersenyum saja. Karena itu saja sudah cukup bagiku," pikirnya dalam hati.
Setelah itu, entah kenapa tiba-tiba saja Sekretaris Bai datang ke tempat itu kemudian menawarkan untuk mengantar Ancchi pulang.
Tap. Tap. Tap.
"Sekretaris Annchi, tadi Tuan Muda mengatakan bahwa sebaiknya saya mengantar Sekretaris Annchi pulang, karena ini sudah malam. Makanya-" tiba-tiba saja dia pun tidak bisa berkata apa-apa lagi saat matanya menatap ada pria yang ada di dalam mobil. "Apakah ... Sudah ada jemputan?" Lanjutnya bertanya pada wanita yang ada di hadapannya itu.
"Oh, ini? Iya, aku akan pulang bersamanya. Kalau begitu selamat malam!" Annchi pun bergegas masuk ke dalam mobil Gong Fai, kemudian menyuruh pria itu untuk cepat-cepat pergi dari situ.
"Cepat! Aku sama sekali tidak ingin diantar olehnya. Persetan dengan dia! Aku sama sekali tidak butuh bantuannya dan juga niat baiknya itu yang setengah-setengah." Setelah mengatakan itu, dia pun tersenyum tipis kepada Sekretaris Bai dan langsung menutup kaca mobilnya begitu saja.
Sementara Bai Jiming, benar-benar merasa khawatir karena tiba-tiba saja ada pria lain yang sudah mengantar Annchi pulang.
"Oh astaga, pasti ini akan menjadi drama lagi saat aku mengatakan kepada Fengying."
Pria itu sudah tahu bahwa, jika dia mengatakan semua yang dia lihat ini kepada sahabatnya yang suka berprasangka buruk itu, pasti dia akan langsung marah-marah dan juga akan berpikiran yang bukan-bukan.
Dia kemudian kembali ke dalam kamar rawat Fengying untuk melihat kembali keadaan dari pria yang sedang dirawat itu.
***
Kriiet!
Suara pintu yang tiba-tiba saja terbuka, membuat Fengying yang sedang memainkan ponselnya itu terkejut.
Dia kemudian langsung menatap ke arah pintu dan menduga-duga, siapa yang akan keluar dari sana.
"Jiming? Kenapa kau datang kembali ke sini? Bukankah tadi aku memintamu untuk mengantar Annchi pulang?" Pria itu menyipitkan matanya, menanti jawaban apa yang akan diberikan oleh sahabatnya itu kepadanya.
Dengan perasaan ragu-ragu, Bai Jiming kemudian berusaha untuk mengatur kata-kata yang akan dia keluarkan, demi menjaga situasi dan kondisi yang ada di sana tetap kondusif. "Eerr, itu. Ternyata Sekretaris Annchi sudah ada yang menjemput di bawah."
Brak!
"Apa!? Siapa dia?" Tanyanya, menyelidiki.
"Itu, dia adalah pria. Tapi, aku sama sekali tidak tahu pria itu siapa. Dia mungkin saja saudaranya," jawabnya ragu-ragu. Dia berusaha mencari alasan yang terbaik, agar pria yang ada di hadapannya ini tidak berpikiran macam-macam dan juga tidak akan terjadi konflik berkepanjangan nantinya.
Namun tidak semudah itu, Fengying sudah terlanjur berpikir macam-macam tanpa disuruh lagi.
Otaknya yang selalu saja berpikiran sesuai dengan apa yang dia inginkan itu, mulai membayangkan bahwa pria yang menjemput Annchi, pasti adalah pria yang disukai.
"Jadi, karena itu dia sama sekali tidak ingin menerima cintaku? Kurang ajar, dia benar-benar kurang ajar!" Pria itu kemudian kembali menatap tajam kepada Bai Jiming yang tak berdosa.
"Kau, mulai besok keluarkan peraturan terbaru. Bahwa bagi semua karyawan khususnya Sekretaris pribadiku, tidak ada satupun yang boleh memiliki hubungan karena akan mengganggu pekerjaan!"
"Ha!?" Pernyataan yang keluar dari sahabatnya itu, benar-benar membuat Jiming sakit kepala. "Apakah bisa seperti itu? Tidak ada perusahaan yang memiliki peraturan seperti itu!" Dia berusaha dengan keras untuk mengubah pemikiran sahabatnya itu.
"Hah, sudahlah jangan banyak bicara lagi. Keputusanku sudah bulat! Ingat besok langsung keluar kan perintah tertulis dan juga kabarkan secara online!" Tegasnya sekali lagi sambil tersenyum.
"Kita lihat saja Annchi, mau sampai di mana kau akan bertahan? Ha-ha-ha." Pikirnya sambil menyeringai puas.