Akhirnya mereka berdua pun tidur di tempat yang terpisah hingga tengah malam.
Fengying terus memutar tubuhnya ke kanan dan juga ke kiri secara bergantian, seakan dia merasakan sesuatu yang aneh pada tubuhnya karena tidak ada bantal peluk karena dia telah memberikan bantal peluk itu pada Annchi.
Pria tampan itu kemudian menatap wanita yang tidur di bawahnya. "Annchi, wanita ini. Kenapa dia harus tidur di bawah sana, sedangkan tempat tidur diatas ini begitu luas?" Pria tampan ini terlihat sangat kesal, akan tetapi diapun terpikirkan sesuatu dan kemudian melangkahkan kakinya turun dari atas kasur, sambil tersenyum penuh maksud.
"Haha, ayo kita buktikan apa yang akan kamu lakukan jika aku memaksamu seperti ini." Pria tampan itu kemudian memainkan rambut wanita yang sedang tertidur pulas di depannya. Sesekali dia juga mengusap pipi wanita itu, dan mengusap lehernya dengan lembut sehingga Annchi mengeluarkan suara yang indah.
"Ahh, astaga. Dasar brengsek!"
Buk!
Suatu pukulan pun begitu saja mendarat pada dada Fengying dengan keras.
"Oww, kenapa wanita dengan tubuh yang sekecil ini memiliki kekuatan yang sangat besar?" Fengying amat terkejut karena hasil dari pukulan Annchi, benar-benar bisa dia rasakan saat itu. "Tunggu kau!" Pria itu kemudian menggigit leher Annchi dengan satu gigitan yang pada akhirnya membentuk cupang merah delima disana.
"Awww," lirih wanita cantik itu, saat merasakan ada sesuatu yang menggigit lehernya.
"Hahaha, sangat manis. Kita lihat besok pagi," gumam Fengying yang puas, melihat hasil dari cupang yang merona buatannya itu.
***
KEESOKAN HARINYA.
"Hoam~"
Annchi terbangun dengan muka bantalnya yang masih terlihat cantik seperti biasa.
Gadis manis itu kemudian melihat pria yang ada di atas tempat tidur, dan sedikit memperhatikannya selama beberapa menit hingga pada akhirnya dia pun memutuskan untuk pergi mandi terlebih dahulu.
"Sudahlah, aku akan pergi mandi terlebih dahulu sebelum pria itu bangun." Annchi kemudian mengambil handuk dan pergi ke kamar mandi.
Beberapa saat kemudian dia pun selesai mandi dan berganti pakaian langsung di kamar mandi.
Krieet!
"Hey, apa yang sedang kau lakukan?" Tanya Fengying yang secara tiba-tiba langsung menghalangi langkah Annchi yang ingin keluar dari dalam kamar mandi.
"Ada apa? Apakah kau juga mau mandi?" tanya Annchi, sambil mengeringkan rambutnya dengan handuk yang saat itu ia kenakan.
Fengying pun tersenyum. Pagi hari yang cerah itu terlihat suasana hatinya sangat bahagia.
Bagaimana tidak? Mata indah pria itu hanya tertuju pada cupang yang masih memerah di leher mulus Annchi—wanita yang saat itu baru saja selesai mandi.
"Kenapa?" Annchi bertanya sekali lagi, karena pria yang ada di hadapannya sama sekali tidak menjawab apa yang baru saja ia tanyakan.
"Ah, iya. Kalau begitu berikan handukmu itu padaku!" Fengying kemudian menyodorkan tangannya pada Annchi, guna mendapatkan handuk yang telah ia kenakan.
"Kenapa kau harus mengenakan handuk yang sudah aku pakai? Ini sudah basah."
"Berikan saja! Aku tidak ingin mengenakan handuk yang lainnya. Cepat!" Tegas pria tampan itu sekali lagi, sambil menyandarkan tubuhnya pada sudut pintu kamar mandi.
Dengan kesal, Annchi pun memberikan handuk yang telah basah oleh rambutnya itu pada Fengying. "Ini! Cih, dasar. Padahal handuk ada banyak-banyak di dalam lemari akan tetapi dia sama sekali tidak ingin menggunakannya. Ada apa dengan pria ini? Menyebalkan!" gerutu wanita itu, yang tentu saja bisa didengarkan Fengying dengan jelas.
Setelah mendapatkan handuk yang ia inginkan, pria tampan itu kemudian masuk ke dalam kamar mandi dan segera mandi.
Sementara menunggu bosnya sedang mandi, Annchi pun mulai berperilaku sebagai sekretaris yang berkompeten dengan membaca berkas-berkas yang sebentar lagi akan ia gunakan sebagai bahan untuk meeting bersama klien.
"Aku rasa, yang ini sangat bagus. Mungkin aku harus menambah sedikit bahan lagi untuk daya tarik. Hmm? Baiklah!" Wanita cantik itu kemudian membaca sekali lagi berkas yang telah ia siapkan, dan mulai menyisipkan beberapa bahan agar berkas yang ia telah siapkan itu terlihat lebih menarik dan bisa memiliki nilai jual yang tinggi.
Namun, saat wanita itu sedang fokus membaca di depan kaca, tiba-tiba saja matanya pun terbelalak saat dia melihat tanda merah yang terpampang nyata pada leher jenjangnya itu.
"Astaga. Sebenarnya apa yang telah terjadi?" Annchi benar-benar kesal. Wanita cantik itu kemudian menatap sekali lagi sambil menggosok-gosok apa yang ada di lehernya itu. "Ternyata benar. Ini sama sekali tidak bisa hilang. Pasti pria psikopat gila itu yang sudah melakukan hal ini. FENGYIIIIINGGG!" teriaknya yang bisa didengarkan oleh pria yang saat itu sedang berdopok air di kamar mandi sambil menyanyi dengan bahagia.
Brak! Brak! Brak!
"Fengying, buka pintunya! Aku tahu kau telah melakukan sesuatu padaku tadi malam, kan? Sekarang juga ke keluar dari dalam sana! Fengying! Heyyyy!"
Annchi-wanita yang saat itu benar-benar sangat emosi setelah dia mengetahui apa yang telah dilakukan oleh Fengying padanya itu, terus menggedor pintu kamar mandi, yang sama sekali tidak dihiraukan oleh Tuan muda paranoid nan angkuh yang sedang mandi dengan senangnya di dalam sana.
"Hahahah, aku bisa bertaruh pasti dia sangat kesal saat ini. Hahaha, pasti wajahnya benar-benar sangat lucu," kata Fengying, masih dalam posisinya di dalam kamar mandi sambil tersenyum bahagia.
Entah kenapa pria itu sangat menyukai mengganggu sekretaris pribadinya itu. "Hahahaha, aku akan menunggu 5 menit lagi baru aku keluar."
Sementara pria itu sengaja untuk membuat Annchi merasa kesal di luar sana, tiba-tiba saja dia pun mendapatkan telepon dari seseorang.
Tring. Tring. Tring.
Annchi sontak mengalihkan pandangannya kearah ponsel dari bos durjana nya itu yang ada tepat di atas meja rias.
"Ada apa? Siapa yang meneleponnya pagi-pagi seperti ini?" Annchi kemudian melihat ke arah layar teleponnya, akan tetapi di sana sama sekali tidak tertulis nama siapapun.
Karena dia merasa telepon itu pasti sangat penting karena terus saja berdering, Maka dari itu dia memutuskan untuk mengangkat teleponnya.
"Halo," kaya Annchi, saat pertama kali mengangkat telepon Fengying.
["Oh, ini siapa? Dimana Fengying?"] Tanya seorang wanita dengan suara yang sangat merdu.
Dalam hatinya, Annchi sama sekali tidak bisa menebak siapa yang baru saja menelepon Fengying ini.
"Oh, Tuan Fengying sedang mandi sekarang. Saya adalah sekretaris pribadinya. Bai Annchi," Annchi memperkenalkan namanya dengan marga yang ia gunakan untuk memperdaya Fengying itu.
Tiba-tiba saja gadis itu pun berkata kepada Annchi bahwa dia telah membuat janji dengan Fengying, dan beberapa saat lagi, mereka berdua akan bertemu di sebuah restoran yang berada dekat dari lokasi hotel yang saat itu sedang mereka tinggali.
"Oh, seperti itu. Iya, saya pasti akan mengatakannya kepada Tuan muda."
["Terima kasih kalau begitu. Kalau begitu, aku akan segera mematikan panggilan ini,"] kata si wanita sambil tersenyum.
Annchi pun menutup panggilan telepon itu dengan perasaan yang sama sekali tidak terasa enak. "Siapa wanita itu?" Hati kecilnya bertanya, sambil menatap panggilan telepon yang telah dimatikan itu.