Chapter 23 - KERAS KEPALA

"Katakan padaku, apa yang kau lakukan dengan pria ini, hah!" Teriakan Fengying yang kala itu begitu keras, membuat semua yang ada di dalam perusahaan itu berbalik dan menatap ke arah mereka berdua yang bagaikan anjing dan kucing yang sedang berkelahi.

Annchi sama sekali tak peduli dengan apa yang dia katakan. Dia masih kesal dengan kejadian semalam. "Apa urusannya dengan anda Tuan Muda? Terserah saya mau pergi dengan siapa!" Annchi membalas tatapan mata yang dilemparkan pria di depannya itu, dengan tatapan kesal sekaligus tersenyum tipis yang membuat darah Fengying semakin naik tinggi.

"Kau-" tiba-tiba saja, pria itu pun tertawa. "Hahaha, inilah yang aku katakan. Kau itu memang sangat murahan. Kau bahkan baru saja selamat dan saat itu, kau sudah pergi dengan pria lainnya lagi yang baru? Sungguh aku benar-benar tak habis pikir-"

Plak!

"Dengarkan aku, Tuan Ji, YANG TER-HOR-MAT!" Annchi menunjuk wajah Fengying, seakan-akan dia akan menelan pria itu hidup-hidup. "Pasang telinga dan juga matamu baik-baik. Tuan tidak perlu peduli dengan apa yang saya lakukan. Saya bahkan bukan siapa-siapa anda, jadi, kalau anda mau ikut campur dalam urusan pribadi saya, saya sarankan anda-"

"Kalau begitu, jadilah kekasihku!"

"What the-" Annchi-wanita yang kala itu sedang marah-marah, bahkan hampir menelan pria yang selalu saja membuatnya kesal itu, benar-benar tidak percaya dengan apa yang baru saja dia dengar. "Kau! Kau sudah gila? Aku tidak akan mau menjadi kekasih pria psikopat sepertimu. Lebih baik aku mati daripada menjadi kekasihmu, kau paham?"

"Pssst, pssst, pssst, iya kan?"

"Iya, benar sekali. Ini sungguh luar biasa."

Semua karyawan yang kala itu ada di sana, bisa mendengarkan dengan jelas apa yang dikatakan Fengying. Mereka pun mulai bergosip dengan suara yang bisa Annchi dengar dengan jelas.

"Kau, semua ini karena kau. Kau sungguh memalukan. Aku benar-benar akan membunuhmu kalau kau tak menghentikan omong kosong ini sekarang juga." Wanita yang terus saja menarik garis pada hubungannya dan juga pria yang ada di depannya itu, hanya bisa pergi dari sana dengan perasaan kesal yang terus saja meluap di dalam hatinya.

Padahal, seharusnya, Fengying tak mengatakan hal seperti itu padanya. "Apakah keputusanku untuk membalas dendam ini, adalah kesalahan besar? Aku sungguh tak menyangka bahwa aku akan tenggelam dalam bayangan pria gila itu. Semuanya sungguh rumit." Dia hanya bisa mendesah kesal di sana.

***

Sementara itu, Fengying yang baru saja mendapat penolakan dari wanita yang seharusnya selalu mengatakan 'YA' padanya itu, hanya bisa menggertakkan giginya kesal, sampai gerahamnya berderik. "Kurang ajar wanita itu. Apakah dia pikir dia adalah perempuan yang luar biasa? Berani-beraninya dia menolak untuk menjadi kekasihku? Padahal banyak sekali wanita yang naik ke atas kasurku, hanya untuk sekedar tidur dan menadapatkam tubuhku saja. Tapi dia? Bahkan dia bisa mendapatkan status yang tak pernah dimiliki wanita lain ..." Tiba-tiba saja dia pun terdiam sejenak. "Ya, tidak ada yang pernah mendapatkan status itu, kecuali dia!"

Rasa sakit yang kala itu telah dia kubur, terbuka kembali saat dia memikirkan hubungan yang gagal antara dirinya dan juga Annchi di masa lalu.

Seperti baru terjadi kemarin, rasa senang bercampurkan bahagia yang bisa dia ingat dengan jelas saat dia bersama Annchi saat SMA dulu.

Namun sekarang, yang dia ingat hanyalah sakit hati, saat semua yang dia miliki direnggut darinya, bahkan wanita itu juga tak ada di sisinya dan malah pergi meninggalkan dia tanpa sepatah kata pun.

Kalau mau berkata jujur, Fengying-yang sekarang menderita gangguan mental paranoid dan gangguan kecemasan, sama sekali tak mampu untuk melupakan wanita itu.

Apalagi saat dia melihat sosok dari wanita yang dia cintai dalam Sekretaris barunya, yang mempunyai nama yang sama dengan mantan kekasihnya itu.

"Hahaha, aku pasti sudah gila sekarang. Dia hanyalah luka, penyesalan terbesar yang harus aku lupakan. Dia adalah duri yang harus aku buang sejauh-jauhnya dari hidupku. Aku sudah tak bisa lagi seperti ini, aku ..." Tiba-tiba saja, pria yang kala itu sedang tertawa dengan hebatnya sampai menarik perhatian karyawan yang masih saja mengintip dengan seksama apa yang telah terjadi, merasakan sekujur tubuhnya kaku dan mulai merasakan ketakutan.

Ketakutan yang dia rasakan itu benar-benar luar biasa, bahkan sampai membuat dia keringat dingin. "Obat, obat, dimana obatku?" Pria itu pun berlari masuk ke dalam ruangannya dan mengambil obat yang ada di dalam laci.

Dia menumpahkan semua obat yang ada di dalam botol itu dan menelannya, bahkan tanpa air sekalipun sampai dia pun tersedak.

Pada saat yang sama, kepala Sekretaris yang sangat disiplin dan juga penuh ketegasan itu, mendatangi Annchi dan mengatakan padanya bahwa saat itu dia harus mendapatkan tanda tangan Fengying.

"Cih, kenapa juga aku yang harus datang ke ruangannya? Padahal aku baru saja mengutuknya tadi. Apakah dia akan memberikan tanda tangannya? Haiss!"

Wanita yang kala itu masuk dengan ragu-ragu ke dalam ruangan Fengying, tiba-tiba saja mendengar suara orang batuk di dalam. "Siapa yang batuk di dalam sampai seperti itu? Jangan-jangan-" sontak berkas-berkas yang dia bawa di tangannya kala itu, berhamburan saat dia melihat Fengying yang kesakitan dengan batuk yang sama sekali tak kunjung berhenti.

"Hei, ada apa?" Annchi berlari ke sana dengan perasaan khawatir yang tak bisa dia tutupi. Dia mengangkat tangan pria yang kala itu mencekik lehernya sendiri dengan sekuat tenaga.

"Ohok, ohok, ohok, ohok!" Batuk yang tak kunjung berhenti, membuat Annchi panik. Dia pun berlari mencari air dengan tangannya yang gemetar.

"Dimana? Dimana air? Apakah di ruangan ini sama sekali tak ada air?" Dia pun berlari ke arah meja di pojok ruangan itu, ternyata di sana ada air yang bisa dia gunakan.

Dia pun langsung mengambil air itu dan membawanya pada Fengying. "Hei, ini! Kau tak apa-apa?"

"Ohok, ohok, ohok." Kala itu, Fengying seperti orang yang sudah kehilangan akalnya. Mungkin itu adalah pengaruh obat yang dia minum dengan dosis berlebihan. "Oho, ohok, ohok."

Annchi pun membantu Fengying menumpahkan air ke dalam mulutnya, tapi, pria itu menepis tangan Annchi, hingga air yang dia bawa akhirnya sisa setengah.

Dia masih terus batuk, dengan tatapan kosong seakan dia tengah menanti ajal kala itu.

"Hei, apakah kau bisa mendengarku? Fengying? HEI? FENGYING?" Dia meninggikan suaranya, tapi sama sekali tak ada respon.

"Kau benar-benar membuatku gila ... Uummmbt!" Annchi pun langsung meminum air yang dia pegang itu, dan memberikannya pada Fengying dari mulut ke mulut.

Glug, glug, glug!

Annchi menutu matanya, sambil menahan wajah Fengying agar dia tak menumpahkan air yang sedang dia berikan itu.

Glug, glug!

Suara air yang kala itu sudah Fengying telan, perlahan membuat Annchi lega.

Wanita yang kala itu masih menahan wajah pria di depannya, perlahan melepaskan tangannya dengan lega. "Apakah kau ... Baik-baik saja?" Tatapnya, dengan ekspresi khawatir.

Tanpa mengatakan sepatah katapun, tiba-tiba saja Fengying langsung menarik wajah Annchi dan mengecup bibirnya dengan ganas.