"BUNDA AWAS!!!!!" Teriak ketiga orang itu secara bersamaan.
Audrey langsung memutar tubuhnya ke sebelah kiri, dan melihat sebuah mobil sedan putih yang sedang melaju dengan kecangnya ke arah tempat Audrey berdiri saat ini, dan akhirnya....
brakkkkk.....
Tubuh Audrey langsung melayang beberapa meter karena benturan keras dari mobil yang baru saja menabrak tubuhnya.
Melden, Steven dan Cleo langsung keluar dari dalam mobil untuk melihat kondisi bunda dan istri mereka.
Cleo langsung menangis histeris saat melihat tubuh bundanya yang kini sudah berlumuran darah.
"TOLONG!!!!! SAYANG BANGUN SAYANG!!! SAYANG, BUKA MATA KAMU SEKARANG, KAMU NGAK BISA KAYAK GINI, BUKA MATA KAMU." Teriak Melden sambil terus menggoyang goyangkan tubuh istrinya berharap istrinya itu akan bangun kembali.
"BUNDA!!! BUNDA BANGUN, CLEO DI SINI BUNDA! CLEO DI SINI." Ucap Cleo yang sama histerisnya dengan Melden.
Steven yang melihat mobil yang baru saja menabrak bundanya langsung mengejar mobil itu, namun saat Steven mengejarnya tiba tiba mobil itu malah melaju dengan kencang dan meninggalkan Steven dan yang lainnya di sana.
Steven langsung kembali ke arah bundanya.
"BUNDA!!! INI STEVEN BUNDA, AKU DI SINI." Ucap Steven yang terus menitikkan air matanya.
"Kita ngak mungkin nunggu ambulance sampai datang ke sini yah. Kita ngak boleh terlambat, lebih baik kita bawa bunda langsung ke rumah sakit." Ucap Steven pada Melden.
Melden langsung mengangguk.
Melden langsung mengangkat tubuh Audrey dan membawanya masuk ke dalam mobil.
"Stev kamu yang nyetir, dan Cleo kamu duduk di depan ya sayang. Ayah jaga bunda di belakang." Ucap Melden.
"Iya yah." Jawab Steven dan Cleo bersamaan.
Sepanjang perjalanan, perasaan Cleo, Melden dan Stev sama sama tidak aman.
Mereka sangat mencemaskan keadaan sang istri dan bunda mereka.
"Stev, bisa lebih cepat ngak. Kasian bunda kamu." Ucap Melden.
"Iya yah, Stev juga pengen cepet nyempe rumah sakit, cuman di depan lagi macet yah."
Stev terus terusan membunyikan klakson mobilnya agar bisa lewat dan sampai lebih cepat di rumah sakit.
Dalam perjalanan, tiba tiba tangan Audrey bergerak dan membalas genggaman tangan Melden.
Melden langsung menatap ke arah Audrey dan tersenyum tipis kepada sang istri.
"Sayang!!! kamu udah bangun? Kamu kesakitan ya?" ucap Melden sambil terus menggengam tangan sang istri.
Cleo dan Stev langsung mengalihkan pandangan mereka pada sang ayah.
Cleo dan Stev yang melihat mulai ada pergerakan dari sang bunda langsung tersenyum kecil.
"Bunda!!!!!" Panggil Stev dan Cleo bersamaan.
Audrey mengukir senyuman tipis di wajahnya saat mendengar kedua anaknya yang baru saja memanggil dirinya.
"Mas!!! A... aku titip anak anak ya. A... aku mohon jaga mereka, jangan pernah tinggalin mereka sendiri, a.... aku..."
Melden langsung menutup mulut sang istri dengan meletakkan jari telunjuknya di antara kedua bibir Audrey.
"Nga... kamu ngak akan kemana mana sayang, kamu nga boleh ngomong gitu. Kita bakal jaga mereka sama sama, kamu jangan takut, bentar lagi kita akan sampai di rumah sakit dan dokter akan sembuhin kamu sayang."
Audrey kembali menunjukkan senyum tipisnya.
"Perjuangan ku sebagai istri dan bunda untuk anak anak kita hanya sampai di sini mas. A... Aku udah ngak kuat lagi."
"Nga... kamu ngak boleh pergi. Kamu harus selalu ada buat aku Audrey. Kamu ngak boleh kemana mana. Cleo masih terlalu kecil sayang, kami bertiga masih butuh kamu."
"Maaf mas, maafin aku.. maa....." Ucapan Audrey langsung berhenti di ikuti dengan gerakan tangannya yang tiba tiba terjatuh seperti tidak ada tenaga.
Tangisan Cleo, Steven dan Melden semakin pecah saat melihat kondisi istri dan bunsa mereka yang semakin melemah.
"Ayah!!! kita udah sampai di rumah sakit yah." Ucap Steven lalu menghentikan mobilnya tepat di depan rumah sakit
Melden langsung menggendong tubuh sang istri untuk segera masuk ke dalam ruang ICU di ikuti oleh Steven dan Cleo yang masih bercucuran air mata.
Melden dan Steven sejak tadi hanya mondar mandir menunggu dokter yang menangani Audrey keluar.
Sedangkan Cleo masih terus menangis sesenggukan membayangkan tubuh bundanya yang tadi di penuhi oleh darah.
Kurang lebih tiga puluh menit mereka bertiga menunggu, akhirnya dokter dan salah satu perawat yang tadi menangani Audrey akhirnya keluar dari ruang ICU.
Melden, Steven dan Cleo langsung menghampiri dokter tersebut untuk menanyakan kondisi Audrey.
"Gimana keadaan istri saya dok? Dia baik baik aja kan? Apa kami sudah bisa menjeguk dia ke dalam?" Tanya Melden dengan antusias.
Dokter dan perawat itu hanya saling pandang tak memberi jawaban sama sekali hingga membuat Melden emosi.
"Jawab dok, kenapa kalian malah diam saja? Istri saya baik baik aja kan di dalam?" Tanya Melden yang mulai menaikkan suaranya.
"Maaf kan kami pak, kami sudah berusaha semaksimal mungkin untuk menyelamatkan nyawa istri bapak, tapi..."
"Tapi apa dok? Tapi apa? Jawab pertanyaan saya."
"Tapi Tuhan berkehendak lain pak. Nyawa istri bapak sudah tidak bisa tertolong lagi, semoga bapak dan keluarga yang di tinggalkan iklahs dengan semua ini." Ucap dokter itu.
Dunia Melden, Steven dan Cleo seakan akan runtuh ketika mendengar ucapan dokter tersebut.
Mereka sama sekali tidak percaya dengan apa yang terjadi pada istri dan bunda mereka.
"Ngak, ini ngak mungkin terjadi dok. Dokter tolong jangan berbohong pada kami, istri saya nga mungkin meninggalkan kami seperti itu. Tolong periksa istri saya sekali lagi dok, mungkin ada alat yang rusak di sana. Tolong periksa sekali lagi dok." Ucap Melden memaksa dokter tersebut.
"Maaf kan kami pak, tapi ini memang sudah takdir. Istri bapak benar benar sudah tidak tertolong lagi. Saya harap bapak bisa menerima ini semua. Saya permisi pak." Ucap dokter tersebut dan meninggalkan Melden, Stev dan Cleo di tempat itu.
Cleo langsung berlari masuk ke dalam ruangan itu untuk menemui bundanya.
Langkah kaki Cleo langsung terhenti saat melihat tubuh bundanya yang sudah terbaring lemas di atas brangkar itu.
"BUNDA!!!!!!" Teriak Cleo dan langsung beralari ke arah Audrey dan memeluk wanita itu.
Steven dan Melden menyusul Cleo masuk ke dalam ruangan itu.
Perasaan mereka sama hancurnya dengan perasaan Cleo saat melihat tubuh Audrey yang sudah berbaring lemas di sana.
"Bunda!!!! bangun yuk, kita pergi dari sini ya bun. Anak anak udah di sini bunda. Stev juga baru pulang ke Indonesia. Sekarang kita pulang ya, kita pulang ke rumah kita." Ucap Melden.
"Bunda!!! Stev udah pulang ke Indonesia. Bunda seneng kan Stev balik ke sini lagi. Bunda bangun ya. Stev pengen makan masakan bunda lagi, Stev kangen masakan bunda. Stev mohon, bunda bangun ya, Stev mohon bunda"
"Bunda, bunda bangun dong. Bentar lagi Cleo mau masuk SMP bunda. Cleo mau bunda yang pilihin sekolah buat Cleo. Nanti siapa yang anterin Cleo ke sekolah lagi? Siapa yang bakal jemput Cleo kalau pulang sekolah? Maafin Cleo karena udah pernah bilang kalau Cleo ngak suka di jemput sama bunda. Maafin Cleo bunda."
Ketiga orang itu terus menerus berusaha untuk mengeluarkan apa yang ada di dalam perasaan mereka dan berharap istri dan bunda mereka bisa mendengar ucapan mereka.