Melden memarkirkan mobilnya di parkiran sebuah restoran megah yang berada di salah satu daerah di Jakarta.
"Bunda sama adek kamu katanya udah ada di dalem, kalau kamu mau duluan duluan aja, nanti ayah nyusul, biar ayah parkirin mobil dulu." Ucap Melden pada Steven.
"Kita bareng aja yah, masa gue jalan sendiri. Nanti kalau ayah kesasar gimana?"
Melden hampir saja menggetok kepalanya anak sulungnya itu.
"Yang ada lo kali yang kesasar, lo kan pendatang di sini." Ucap Melden pada anaknya.
"Ehhh walaupun sekarang gue pendatang, tapi kan gue lahirnya di sini."
"Lo lahir di parkiran? Pantesan kelakuan lo kayak gitu."
"Ehhhh maksud gue di Indonesia ayah, ya kali gue lahir di parkiran orang gue gantengnya kebangetan kayak gini."
"Apa hubungannya lo ganteng sama lahir di parkiran?"
"Ya kalau orang ganteng mah, lahirnya pasti di tempat yang bagus minimal di rumah sakit bintang 4. Lagian kalau sampai gua lahirnya di parkiran yang pantes di salahin ayah dong." Ucap Steven yang langsung membuat Melden manarik keningnya bingung.
"Hubungannya sama gue apa?"
"Lah, kan anda ayah saya, kalau bunda lahirin gue di parkiran berarti kan ayah yang salah karena ngak sediain tempat buat bunda."
"Ohhh iya ya, gue lupa kalo lo itu anak gue." Ucap Melden yang langsung membuat Steven melotot tajam ke arah ayahnya.
"Emang dasar ya, umur ngak bisa bohong. Makin tua, daya ingat juga makin tua."
"Ehhh kualat banget lo. Masa sama bapak lo, lo berani bahas bahas umur, bener bener lo ya."
"Trus ayah maunya kita bahas apa? Mau bahas duit aja? Emang ayah mau nambahin uang jajan gue?"
"Ogah, karena lo udah kualat sama gue tadi, uang jajan lo bulan ini gue potong 50 persen."
"Ehhh , kok ayah gitu sih. Aku kan cuman bercanda yah, aku kan mau bawa cewek aku jalan jalan, mumpung lagi di Indonesia yah." Ucap Steven berusaha membujuk ayahnya.
"Kenapa kamu jadi pake panggilan aku kamu lagi? Geli ayah denger kamu ngomong gitu."
"Lah ayah juga pake panggilan itu kok barusan."
"Ehhhhh iya juga ya. Udah lah, kok bahasannya jadi aneh aneh sih, ngak nyambung banget kamu. Udah sana turun, bunda sama adek kamu udah nunggu lama tuh."
"Aku masuk bareng ayah aja deh, kan jadi anak harus berbakti sama orang tua."
"Ehhhh apa apaan nih, kok kamu tiba tiba kayak anak cewek yang pengen di manja? Geli ayah liat kamu gini."
"Aku kan lagi berusaha buat jadi anak yang baik buat ayah, makanya aku gini."
"Udah udah, anak baik anak baik, baik kepala mu. Bilang aja kamu gini biar uang jajannya ngak di potong kan?"
Mendengar ucapan ayahnya, membuat Steven langsung menunjukkan senyum pepsodentnya kepada sang ayah.
"Hehheheh ayah tau aja. Ya udah yuk yah, kasian bunda sama Cleo kelamaan nunggu di dalam."
"Hemmmmm udah turun kamu sana."
"Siap ayah ganteng." Ucap Steven dan mulai keluar dari dalam mobil yang di ikuti oleh Melden.
Melden dan Steven mulai bergerak masuk ke dalam restoran elit itu.
Saat mereka sudah berada di dalam restoran, Melden dan Steven mengarahkan pandangannya untuk melihat tempat sekitar mereka untuk mencari keberadaan Cleo dan juga Audrey.
"Ehhhh itu bunda sama adek kamu." Ucap Melden.
"Mana yah?" Tanya Steven sambil mengikuti arah pandangan sang ayah.
"Ohhh itu, yuk samperin mereka." Ucap Steven dan langsung meninggalkan Melden yang masih di belakangnya untuk menghampiri bunda dan adik kesayangannya itu setelah tau keberadaan mereka.
Saat Steven sudah dekat ke meja di mana bunda dan adiknya sedang sibuk dengan perbincangan mereka, Steven mulai memperlahan langakahnya agar Cleo tidak menoleh ke arahnya.
Sedangkan Audrey yang sudah melihat keberadaan Steven hampir menyahut nama anaknya itu, untung saja Steven dengan cepat menempelkan jari telunjuknya di bibirnya untuk memberi aba aba kepada sang bunda agar tidak beraksi berlebihan.
Steven kini sudah berada tepat di belang Cleo.
Tangan Steven perlahan menyentuh bahu sang adik dengan perlahan hingga membuat Cleo tersentak kaget dan hampir saja melemparkan garpu yang ada di tangannya ke orang yang berani beraninya menyentuh bahunya sembarangan.
"Ehhhhh stop stop, ini gua kali. Kakak lo." Ucap Steven kaget saat melihat Cleo yang hampir melemparkan garpu di tangannya ke arah dirinya.
Cleo langsung berhenti sejenak saat melihat seseorang yang sudah beberapa tahun ini tidak bertemu dengannya.
"Mangap dek, ntar lalat masuk baru tau rasa lo." Ucap Steven saat melihat sang adik yang masih melongo karena tidak percaya dengan kedatangnnya.
"Kak Steven!!!!" Ucap Cleo begitu tersadar dari lamunannya.
Steven langsung mengangguk kecil sambil menunjukkan senyum manis kepada sang adik.
Cleo langsung melompat ke dalam pelukan sang kakak.
Steven dengan sigap langsung memeluk adik kesayangannya itu dan menariknya ke dalam pelukannya.
"Kak steven kenapa pulangnya lama banget, Cleo kangen sama kakak." Ucap Cleo sambil menangis di pelukan sang kakak.
Steven melepaskan pelukannya pada sang adik dan tangannya langsung beralih untuk mengusap air mata sang adik yang kini sudah membasahi pipi chuby sang adik.
"Maafin kakak ya sayang, kakak kemarin sibuk banget di sana dan baru sekarang ada waktu buat pulang ke Indo lagi."
"Trus kenapa kak Steven pulang ngak ngasih tau Cleo? Ayah juga kenapa ngak ngasih tau Cleo? Cleo juga kan pengen ikut ayah buat jemput kak Steven ke bandara." Ucap Cleo yang kini beralih menyalahkan sang ayah.
"Ehhhh kok ayah jadi ikut ikutan, ini semua rencana kakak kamu. Dia yang minta supaya ayah dan bunda rahasiain ini semua dari kamu. Ayah ngak tau apa apa kok." Ucap Melden membela diri.
"Jadi ini semua rencana kakak buat ngak ngasih tau sama Cleo! Kak Steven udah ngak sayang lagi ya sama Cleo? Kak Steven udah dapet adek baru ya di sana." Ucap gadis kecil itu yang membuat Cleo, Melden dan Audrey tersenyum melihat tingkah gadis kecil mereka itu.
Steven mulai menurunkan badannya untuk menyesuaikan tinggi tubuhnya dengan Cleo.
Tangan Steven beralih ke kedua bahu adik kecilnya itu.
"Cleo sayang, kakak minta ayah sama bunda buat ngak ngasih tau kamu karena kakak pengen ngasih surprise sama kamu. Kalau kamu udah tau kak Stev bakal pulang kan jadinya ngak seru." Ucap Steven berusaha membujuk sang adik.
"Serius kan kak Stev ngak ngasih tau Cleo karena mau ngasih surprise sama Cleo, bukan karena kak Stev udah punya adik yang lain kan di sana?"
Mendengar penuturan dari Cleo barusan, langsun mengundang tawa dari Melden, Audrey termasuk Steven.
Steven langsung menarik tubuh Cleo untuk masuk ke dalam pelukannya, lalu mengusap puncak kepala gadis kecil itu dengan lembut.
"Kak Stev ngak punya adik lain kok. Kak Stev kan cuman kakak nya Cleo, masa kak Stev punya adik lagi hehehhe."
Mendengar jawaban dari Steven, Cleo langsung membalas pelukan dari sang kakak.
"Udah udah, kalian baru ketemu kenapa malah sedih sedih gitu. Udah sini duduk kalian berdua." Ucap Melden kepada kedua anaknya itu Steven dan Cleo.
"Dihhhhh iri ya ngak di peluk sama Cleo?" Ledek Steven sambil menggendong Cleo agar duduk di kursi di sampingnya.
"Ehhh lebih sering ayah yang peluk Cleo kali dari pada kamu. Kamu mah masih baru, Cleo udah sama ayah dari dulu."
"Hai bunda, bunda sehat kan?" Steven langsung beralih kepada sang bunda tanpa menghiraukan sang ayah.
"Anak siapa sih ini astagaaaa, ayahnya ngomong malah di cuekin."
"Anak kamu lah mas, anak siapa lagi." Ucap Audrey langsung membalas ucapan
"Nahhh kan, udah kena amuk tuh." Kembali Melden harus mendapat ledekan dari Steven yang hanya bisa di diamkan oleh laki laki itu.
"Omong omong, kabar bunda baik kok sayang. Kamu gimana? Baik kan? Studi sama kerjaannya lancar lancar aja kan di sana? Atau ada kendala?"
Steven langsung terlihat bingung dengan semua pertanyaan yang di keluarkan oleh sang bunda yang membuat Melden tersenyum licik.
"Jawab Stev, kamu kok sombong sama bunda kamu.' Ucap Melden menyudutkan sang anak.
Steven langsung menatap Melden tajam.
"Emmmm satu satu dulu ya bun, Steven ngak hafal semua pertanyaan bunda hehhhe."
"Ehhh maaf maaf, bunda ngak sadar tadi. Jawab yang kamu inget aja."
"Emmm kabar aku baik kok bun, studi sama kerjaan aku juga sejauh ini baik baik aja kok, belum ada problem sejauh ini."
"Emmmm syukur deh kalau gitu, bunda seneng dengernya."
"Makasih bun."
Begitulah obrolan keluarga kecil itu berlanjut, suasa berkumpul seperti ini sudah lama tidak mereka rasakan semenjak anak sulu keluarga itu, Steven memutuskan untuk kuliah dan meneruskan bisnis sang ayah di luar negeri dan ketika dia kembali lagi, dia tak ingin melepaskan moment indah ini lagi.