Diandra yang baru saja menyelesaikan tugas rumah kini memilih untuk membaringkan dirinya diatas Sofa, rasanya lelah sekali sudah saatnya dia untuk beristirahat.
Rayan kini baru saja memasuki rumahnya, dia sangat begitu kaget ketika melihat Diandra kini berbaring diatas sofa, dan segera menghampiri wanita yang kini sangat begitu berkeringat akibat cuaca yang begitu panas
"Woi, cabut lo" Ucap Rayan yang tidak terima Gadis itu mengambil ahli kekuasaannya.
"Rayan, kenapa harus teriak si" Ucap Diandra yang sangat begitu kaget dengan suara keras Rayan
"Ini Rumah gue, suka suka gue. Lo mending minggir deh, jangan pernah lo duduk di sofa ini!" Tegas Rayan. Diandra yang sakit hati akibat ucapan Pria memilih untuk tidak membalasnya sama sekali lalu beranjak dan meninggalkan Pria itu sendirian di sana.
Gadis itu menumpahkan air matanya, ia sungguh baru kali ini dapat bentakan, dan hal itu sangat menyakitinya sehingga membuat dirinya sangat begitu sakit hati. Diandra dengan air mata yang membasahi pipinya memilih untuk memasuki kamarnya, ia sama sekali tidak menyangka bahwa hidupnya akan berubah 100% begini.
"Kenapa aku harus mengalami hal seperti ini? Selama ini aku tidak pernah berbuat jahat pada orang lain" Ucapnya pada foto kedua orang tuanya yang baru saja dia ambil dari meja disamping kasurnya itu.
Diandra memilih untuk memejamkan matanya sambil memeluk foto kedua orang tuanya. Rasanya bukan hanya badannya saja yang lelah melainkan hati dan fikirannya juga sama lelahnya. Belum satu jam Diandra membaringkan tubuhnya pintunya sudah diketuk sangat begitu kasar, hal itu berhasil membangunkan Diandra.
"Rayan?" Tanya Diandra yang baru saja membuka pintu rumahnya dan melihat sepupunya itu berada didepannya
"Lo pande masakkan? Masakin gue telur dong sama sosis gue laper banget, mama bilang dia pulangnya sorean* Ucap Rayan tanpa ada rasa bersalah sedikitpun.
"Ta taaapi aku"
"Ingat ya lo cuma numpang disini. Jangan ada tapi tapian cepat!" Bentak Rayan sambil meninggalkan Diandra begitu saja. Diandra sama sekali tidak mengerti apa yang terjadi pada pria itu, padahal kemarin pria itu sangat begitu baik padanya, bahkan mengantarkan dan menawarkan dirinya untuk membantu Diandra jika dalam kesulitan.
Lagi lagi pria itu membuat Diandra sangat begitu sakit hati, namun dengan sekuat tenaga dirinya berusaha tetap tegar. Ia berjalan kearah dapur sesekali memperhatikan sepupunya itu yang tengah asik memainkan game di hp nya dan sesekali mengumpat kata kata kasar.
"Gimana mulainya ya?" Tanya Diandra pada dirinya sendiri, jujur ia sama sekali tidak tahu bagaimana cara memecahkan telur. Bahkan dirinya tidak pernah memegang peralatan dapur.
"Ini juga kompor gimana nyalainnya?" Tanya nya pada dirinya sendiri. Diandra berfikir keras dan akhirnya memilih untuk mengikuti tutorial yang ada di YouTube.
"Woi lama banget si!" Bentak Rayan dari ruang tengah, hal itu membuat Diandra gelagapan
"Iya iya sebentar lagi" Ucap Diandra masih berusaha tenang.
20 menit bergelut dengan dunia baru yang harus ia jalani sekarang, akhirnya gadis cantik itu selesai dengan masakan sederhana miliknya itu.
"Dari tampilannya si not bad, tapi gak tau deh rasanya. Yang penting usaha ya Dian" Ucap Diandra meyakinkan dirinya sendiri.
Diandra berjalan kearah meja makan meletakkan makanan yang baru saja selesai ia masak itu.
"Rayan ini udah selesai" Ucapnya sedikit berteriak agar pria yang dari tadi menunggunya itu segera datang.
Rayan yang mendengar teriakan gadis itu segera menghampirinya, tanpa menjawab sepatah katapun. Rayan sudah sangat begitu kelaparan, biasanya ibunya akan menyediakan makanan namun, tadi ibunya mengabari bahwa harus kesalon terlebih dahulu.
"Ambilin nasi gue dong" Ucap Rayan pada Diandra. Namun, matanya sama sekali tidak menoleh gadis itu.
"Nih" Ucap Diandra sambil memberikan piring yang sudah berisikan nasi sosis dan telur
Rayan yang sangat begitu berselera menyantap makanannya, sementara Diandra dengan penuh keyakinan menunggu reaksi pria yang ada di hadapannya itu
"Hueeekkk" Rayan memuntahkan makannya
"Kenapa Rayan?" tanya Diandra begitu panik
"Lo gila ya?! Ini asin banget" Bentak Rayan, seketika nafsu makannya berkurang
"Ha?"
"Lo cobain deh, lo rasain" Ucap Rayan lalu segera berdiri dari duduknya dan menyuapi Diandra sangat begitu kasar. Diandra yang tidak tahan lagi dengan perlakuan Rayan yang begitu kasar padanya menjatuhkan air matanya.
"Maa maaaf Rayan" Ucap Diandra terbata bata, kini mulutnya penuh dengan telur yang dimasaknya tadi.
"Jangan lo buang, makan sampai abis!" Ucap Rayan lalu meninggalkan Diandra begitu saja. Dirinya sangat begitu kesal pada wanita itu.
"Gak bisa diandalkan!"
Diandra yang merasa sangat takut kini memilih untuk menuruti permintaan sepupunya itu, untuk menghabiskan makanan yang berada diatas meja makan itu. Diandra sama sekali tidak dapat membendung air matanya, lukanya yang sudah robek kini makin dirobek lagi, entah apa yang membuat gadis itu mengalami karma buruk seperti ini.
"Diandra!" Panggil Rayan dengan teriakan yang membuat Diandra kembali merasa ketakutan. Ia segera bangkit dari duduknya menghampiri pria itu dengan sedikit berlari
"Iya Rayan?" Tanya Diandra sambil menundukkan pandangannya, karena masih merasa begitu ketakutan
"Udah makanan tadi lo buang aja, Setelah itu Lo kerjain tugas gue yang ada dimeja ini. Gue mau tidur, pokoknya setelah gue bangun semua tugas sekolah gue harus udah kelar!" Tegas Rayan. Tanpa menunggu jawaban dari gadis itu, Rayan memilih untuk segera menaiki anak tangga rumahnya itu, meninggalkan gadis itu seorang diri disana.
Diandra tersenyum melihat punggung Rayan yang kini menjauh darinya, setidaknya pria itu masih mempunyai sisi kebaikannya. Buktinya ia berkata bahwa makanan tadi dibuang saja.
Diandra memilih untuk ke dapur terlebih dahulu membereskan masakan dan makanan yang tadi ia siapkan. Lalu segera berjalan kembali kearah ruang tengah untuk mengerjakan tugas Rayan. Setidaknya mengerjakan tugas sekolah tidak hal buruk untuk Diandra, dirinya sangat begitu senang dengan pekerjaan sekolah. Itu sebabnya ia menjadi murid pintar disekolahnya.
"Easy" Ucap Diandra sambil memandangi soal soal yang berada pada buku Rayan. Diandra memilih untuk segera mengerjakannya takut jika sepupunya itu. Bangun lebih cepat dan akan memarahinya lagi, biarpun Diandra bisa menebak bahwa sepupunya itu adalah anak yang malas dan suka tidur, mungkin sulit baginya untuk bangun lebih cepat.
Setelah 20 menit berkutat dengan soal soal yang berada pada buku Rayan, akhirnya Diandra bisa bernafas lega karena berhasil menyelesaikannya sebelum Rayan bangun.
"Proud Of You Dian. Congrats!" Ucap Diandra pada dirinya sendiri. Ia sangat begitu bangga pada dirinya sendiri ditengah luka dan ketakutan yang menghantuinya, namun ia masih bisa menyelesaikan soal soal itu dengan sangat sempurna, tanpa merasakan kesulitan sekalipun