"Apa maksud mu tuan?" Tanya Diandra dengan begitu kaget
"Kau harus membantu aku, aku sangat perlu bantuan mu. Tolong aku" Ucapnya yang kemudian menggenggam tangan wanita yang ada di hadapannya itu.
"Tolong pak, jangan lakukan hal seperti ini, aku tidak faham apa yang kau maksud, Bisa kah kau menjelaskannya?"
"Jadi begini, ibuku sedang sakit sakitan. Dan ia memintaku untuk membawa calon istriku bertemu dengannya, dan aku sama sekali tidak memiliki teman perempuan apalagi seorang kekasih, dan jika aku tidak membawa wanita itu sekarang bisa bisa ibuku akan menjodohkan aku, pada wanita yang sama sekali tidak aku sukai. Dan hal yang lebih parah kemungkinan ibuku akan kembali pada keadaan kritisnya, Aku berjanji akan menyekolahkanmu sampai pendidikan tinggi tapi kau harus mau menuruti permintaan ku kali ini" Pinta pria itu memohon pada Diandra.
"Hm, pak aku menolong mu hanya demi ibumu." Ucap Dian dirinya merasa iba pada pria itu dan juga ibunya yang tengah sakit. Dian merasa ini adalah hal yang konyol tapi ia rela.
"Terimakasih terimakasih banyak, kalau begitu ayo kita pergi sekarang" Ucap Pria itu dengan penuh kegembiraan
"Ta - Tapi paman dan bibi ku, aku belum meminta izin pada mereka" Ucap Dian
"Aku akan mengabari mereka nanti"
"Baiklah."
Dian mengikuti langkah kaki pria yang berada dihadapannya itu, tentu saja Diandra hanya mengenalnya tadi pagi, namun karena begitu iba ia rela menolong pria yang baru dikenalnya. Hal itu semua hanya demi ibu pria itu.
"Silahkan naik" Ucap Pria itu sambil membukakan pintu mobilnya untuk Diandra. Diandra begitu kaget karena ternyata pria itu mempunyai kunci untuk membuka pagar rumah yang sekarang menjadi tempatnya untuk pulang.
"Sebelumnya boleh kah aku tau siapa namamu?" Tanya Pria itu membuka percakapan diantara mereka.
"Aku Diandra Bagaskara" Ucap Diandra sambil tersenyum manis kearah pria itu.
Deg, entah mengapa hati pria yang berada disamping Diandra itu. Kini tak bisa mengontrol detak jantungnya senyuman wanita ini berhasil membuat dirinya untuk pertama kali, merasakan getaran yang sudah lama ia rasakan.
"Jika kau, tidak mau memberitahu aku siapa namamu?" Tanya Diandra, namun pria itu masih tidak menjawab pertanyaannya.
"Pak? Kau baik baik saja?" Ucap Diandra mengulang kembali pertanyaannya
"Ah, iya apa tadi?" Tanya Pria itu, yang terkaget karena ucapan Diandra
"Kau baik baik saja?" Ulang Diandra memastikan, bahwa pria ini tengah dalam keadaan yang baik baik saja
"Iya. Tentu saja aku baik baik saja" Ucap pria itu sambil menampakkan senyum kikuknya.
"Jadi aku tidak boleh mengetahui siapa namamu ya?" Ucap Diandra mengulang kembali pertanyaannya.
"Oh iya, astaga. Kenalkan aku Dion Krasivaya, kau bisa memanggil ku Dion" Ucap El sambil menampakkan senyum tulusnya.
"Sepertinya namamu tidak asing" Ucap Diandra yang mencoba mengingat ngingat, dimana pertama kali ia mendengar nama yang baru saja disebutkan pria ini.
"Namamu juga tidak asing bagiku. Bagaskara, apakah aku boleh mengetahui asal usul mu?" Tanya Dion to the point
"Ha, tentu saja boleh"
"Tapi sepertinya sekarang bukanlah waktu yang tepat. Lain kali saja" Ucap Dion yang kemudian mendapat anggukan dari Diandra
20 menit dalam perjalanan akhirnya, mereka tiba disebuah rumah sakit. Dion segera menuruni mobillnya lalu membukakan pintu untuk Gadis yang sedari tadi bersama dirinya.
"Silahkan turun" Ucap Dion kemudian mendapatkan anggukan dan senyuman dari Diandra, ini pertama kalinya dirinya pergi bersama laki laki kecuali ayah dan supirnya dahulu.
"Ibuku ada dilantai 4 kita menggunakan lift saja agar lebih cepat" Ucap Dion sambil memegang tangan wanita itu, dirinya berjalan lebih cepat lagi sehingga membuat Diandra susah mengikuti langkah kaki pria itu.
"Ini ruangannya" Ucap Dion setelah hampir beberapa menit, berjalan bersama dengan Diandra yang sedari tadi masih setia dalam genggamannya.
"Ma" Panggil Dion begitu lembut. Takut menggangu jam istirahat ibunya
"Dion, kau dari mana saja nak?" Ucap wanita tua itu dengan begitu lemah, terlihat jelas wajahnya yang begitu pucat dan selang yang berada diantara hidungnya.
"Ma, aku bawa Diandra dia adalah kekasih hatiku" Ucap Dion sambil menunjukkan Diandra pada sang ibundanya.
"Benarkah?"
Diandra yang begitu malang melihat wanita tua itu, hanya bisa tersenyum dirinya sangat tidak enak karena membohongi wanita itu. Diandra teringat ibunya, apakah waktu bisa diulang kembali?. Tanpa gadis itu sadari kini air matanya turun tanpa disengaja.
"Hei, jangan menangis sayaang" Ucap Wanita tua itu, berusaha mengelus pipi indah milik Diandra, namun gadis itu langsung mengambil tangan wanita tua itu, dan duduk disamping kasurnya
"Tante cepat sembu ya" Ucap Diandra dengan begitu tulus
"kamu cantik sekali sayaang, siapa nama kamu?"
"Diandra Bagaskara, Tante panggil Dian saja ya" Ucap Diandra sambil tersenyum manis, lagi lagi wanita itu berhasil membuat ibu dan anak itu terkesima karena kelembutan hatinya.
"Dian, kamu jaga Dion ya. Nanti kalau Tante udah gak ada kamu harus gantiin Tante, kamu harus ngatur hidupnya Dion yang berantakan. Dari mulai jam makan, sampai tidur. Dion sama sekali tidak bisa mengontrolnya" Ucap Wanita itu tua itu
Deg, Diandra terdiam. Hatinya sangat begitu sakit karena telah membohongi wanita yang berada dihadapannya itu.
"Hal konyol macam apa ini" Batin Diandra
"Oh iya, kenalain. Nama Tante Selinia Krasivaya, kamu bisa panggil Tante Nia" Ucap wanita tua yang sudah tidak sanggup gerak begitu banyak tersebut.
"Senang berkenalan dengan Tante Nia" Ucap Diandra.
"Jadi kapan, kalian akan melangsungkan pernikahan?"
Hal itu sontak membuat Diandra dan Dion sangat begitu kaget, manik mata indah milik keduanya bertemu. Diandra sama sekali tidak percaya dengan apa yang diucapkan oleh Nia.
"Hei, kenapa kalian diam saja. Diandra kamu masih canggung ya sama Tante?" Ucap Nia berusaha, mencairkan suasana. Nia sangat yakin hubungan yang dijalin keduanya masih sangat begitu baru, maka dari itu mereka masih malu malu.
"Ma, sebenarnya. Dion dan Diandra belum kepikiran soal pernikahan" Ucap Dion karena merasa sangat begitu tidak enak, dengan wanita yang dipaksanya untuk bertemu ibunya itu.
"Mengapa?"
"Ma, Diandra ini masih menempuh pendidikannya. Dion hanya bisa menunggu sampai Diandra bisa lulus dari pendidikannya" Ucap Dion pasrah dengan keadaan, dirinya sudah berusaha membawa pacar. namun, kini yang diminta ibunya adalah pernikahan.
"Kan, kalian bisa menikah. Biarpun Diandra masih menempuh pendidikan. Itu hal yang bisa kamu atur Dion" Ucap Nia, menyepelekan permasalahan yang dihadapi kedua muda mudi itu.
"Kamu tau, mama sudah sangat begitu tua. Anak mama cuma kamu, kalau bukan kamu. Siapa lagi yang akan memberikan mama cucu?" Ucap Nia, tanpa ia sadari air matanya berhasil lolos membasahi pipinya.