Chereads / Diandra Bagaskara / Chapter 7 - Sushi

Chapter 7 - Sushi

"Baiklah ma, nanti akan aku coba bicarakan dulu pada orang tua Diandra. Bagaimana pun juga, persetujuan mereka adalah yang paling utama, kita tidak bisa memaksakan merek" Ucap Dion berusaha memutuskan percakapan diantara mereka.

Jujur Dion kini, merasa sangat begitu tidak enak dengan wanita yang berada di hadapannya ini. Bagaimana tidak, tadinya ia hanya meminta Dian untuk menjadi pacar pura puranya. Namun kini, ia harus dihadapi dengan pertanyaan konyol dari sang mama.

"Baiklah" Ucap Nia, lalu pandangannya beralih kearah Diandra.

"Kamu tinggal dimana?" Tanya Nia pada Diandra Yang sedari tadi dibuat bingung dengan percakapan kedua orang yang berada di hadapannya ini.

"Aku tinggal di .."

"Di cendrawan ma, maksud Dion di komplek cendrawan" Ucap Dion memotong omongan Diandra, hal itu sontak membuat wanita itu semakin kesal pada pria yang berada di sampingnya kini, sudah banyak sekali kebohongan yang diciptakan olehnya pada ibunya sendiri.

"Hm, iya Tante" Ucap Diandra yang hanya bisa pasrah dengan keadaan.

***

Hampir dua jam menemani Nia, bercerita akhirnya Diandra bisa menetralkan detak jantungnya yang sedari tadi berdegup dengan kencang, hanya karena takut kebohongannya terungkap.

"Pak" Panggil Diandra pada Dion yang berada diatas sofa tamu, suaranya sengaja ia pelankan agar tidak menggangu Nia.

"Hm?" Saut Dion yang masih saja sibuk dengan ponselnya.

"Bolehkah aku pulang?" Tanya Diandra, kini sudah menunjukkan pukul 22.00 wib, hal itu membuat Diandra semakin gelisah. Apa kata paman dan bibinya nanti, jika jam segini Diandra belum pulang, apalagi dirinya hanyalah menumpang disana.

"Astaga, maafkan aku Dian. Aku lupa, mari aku antarkan" Ucap Dion segera memasukkan ponselnya pada saku celananya, lalu berdiri menghadap Diandra.

Diandra segera mengikuti langkah kaki Dion yang berjalan keluar rungan VVIP rumah sakit itu, bahkan kamar rawat Nia tidak seperti kamar rawat, melainkan seperti kamar sebuah hotel. Dion sengaja meminta desain dan tempat tidur sedemikian rupa, agar sang mama merasakan ini sebagai rumah, bukan rumah sakit. Dion ingin kenyamanan mamanya berada disini.

"Saya sudah selesai, kamu jaga nyonya ya" Ucap Dion pada seorang suster yang sedari tadi setia menunggu mereka di luar ruangan.

"Baik pak"

"Dian"

"Iya pak?" Tanya Diandra yang sedari tadi memperhatikan parkiran rumah sakit, dirinya berharap tidak bertemu salah satu teman dekatnya disini. Karena pasti akan banyak mengajukan pertanyaan yang membuat Diandra kembali dibuat pusing. Bagaimana tidak, sudah beberapa hari ini Diandra hilang tanpa kabar, pasti semua teman temannya mencari dirinya.

"Kenapa kamu seperti orang sedang mencari sesuatu?" Tanya Dion yang terheran heran dengan tingkah laku wanita ini.

"Tidak pak, aku hanya takut bertemu dengan teman temanku" Ucap Diandra sejujurnya.

"Apakah teman mu bekerja disini?"

"Tidak. Namun, papa teman ku bekerja disini. Dan dia sering menjemput papanya saat pulang tugas"

"Oh, kalau begitu segeralah masuk. Agar tidak ada yang melihatmu" Ucap Dion, Diandra hanya mengangguk lalu segera berlari masuk kedalam mobil yang kemudian disusul Dion.

"Dian, kau sudah makan?" Tanya Dion, entah mengapa kini perutnya terasa sangat begitu lapar. Diandra hampir lupa bahwa dirinya tadi sangat begitu lapar tiba tiba hilang begitu saja hanya karena pria yang kini bersamanya.

"Hm, sudah tidak pak" Ucap Diandra begitu jujur

"Sudah tidak?" Tanya Dion memperjelas omongan Diandra

"Iya, sudah tidak"

"Jadi tadi kau lapar?"

"Iya, tapi setelah mendengar pintu diketuk berkali kali, lapar ku hilang" Ucap Diandra sejujurnya. Dion yang mendengar omongan Diandra tertawa kecil, selain cantik ternyata gadis mungil dengan tinggi minimalis itu memiliki kelucuan

"Kenapa tertawa?" Tanya Diandra yang merasa sedang tidak melucu.

"Menurut mu. Orang tertawa itu karena apa, Dian?" Tanya Dion sambil tersenyum manis

"Karena lucu" Ucap Diandra begitu polosnya, membuat Dion lagi lagi tertawa kecil.

"Terima kasih sudah menjawab pertanyaanmu sendiri"

"Heh?!" Diandra hanya menggaruk tengkuknya yang tak gatal, laki laki ini berhasil mengerjai dirinya.

"Turun" Ucap Dion, Dion sengaja memberhentikan mobilnya disebuah restoran tempat ia dan ibunya biasa makan.

"Kenapa kesini?" Tanya Diandra

"Menurut mu, orang ke restoran karena apa?" Tanya Dion, sambil menatap Diandra sangat begitu dalam. Kedua manik mata indah itu bertemu.

"Karena ingin makan" Ucap Diandra lagi lagi dengan begitu polosnya

"Untuk kedua kalinya, terimakasih telah menjawab pertanyaanmu sendiri" Ucap Dion sambil tertawa kecil

"Pak, sungguh kau menyebalkan" Ucap Diandra sambil memasang wajah juteknya. Bisa bisanya pria yang berada disampingnya ini, membuat Diandra terlihat sangat begitu bodoh

"Dian, bolehkah aku meminta sesuatu?" Tanya Dion, begitu serius

"Apa itu?"

"Jangan panggil aku dengan sebutan pak, sebaiknya kau panggil saja aku Dion" Ucap Dion penuh permohonan

"Bagaimana bisa, aku memanggilmu dengan menyebut namamu, sementara pamanku. Memanggilmu dengan sebutan pak?" Ucap Diandra.

"Terserah kau sajalah" Ucap Dion begitu pasrah. Dirinya sama sekali tidak ingin berdebat dengan wanita ini.

"Mari turun" Tawar Dion, kemudian mendapatkan anggukan dari Dian.

"Wah, entah mengapa aku ingin makan sushi. Apakah kau suka sushi?" Tanya Dion pada Dian, sushi adalah makanan kesukaan Dian tentu saja ia dengan cepat mengangguk. Sontak Keduanya berjalan kearah restoran yang menyajikan sushi.

"Dian, itu bukannya paman dan bibi mu?" Tanya Dion, sambil menunjuk kearah meja yang kini memperlihatkan keluarga bahagia disana

"Iya benar itu Paman dan Bibi" Jawab Diandra

"Kita hampiri saja mereka" Ucap Dion, dirinya merasa ada yang tidak beres dengan kedua makhluk ini. Mengapa mereka meninggalkan Diandra sendiri, sementara mereka tengah asik direstoran dengan banyak papar bag belanjaan disamping mereka.

"Selamat malam" Sapa Dion sambil menggandeng tangan Diandra.

"Loh, kalian?" Ucap Riandi dan Reni secara bersamaan, seakan tidak percaya dengan apa yang ada dihadapannya.

"Maaf, bolehkah kami bergabung?" Tanya Dion

"Ten- Tentu saja boleh pak, silahkan duduk" Ucap Riandi dengan sangat begitu gugup, Reni menatap Dian seakan meminta penjelasan

"Pak, maaf jika lancang. Ta tapi bagaimana kalian bisa berada disini?" Tanya Reni

"Jadi begini, ibuku memintaku untuk segera mempertemukan dia dengan kekasih ku. tapi kalian sendiri tau bahwa aku tidak perna dekat dengan wanita mana pun setelah kejadian itu. Kebetulan tadi pagi aku melihat bahwa kalian memiliki seorang gadis dirumah, sebenarnya aku ingin meminta izin, namun aku tidak melihat tanda tanda kalian ada dirumah" Terang Dion, yang kemudian mendapat anggukan dari Riandi, sebelumnya Dion sudah pernah menceritakan hal itu pada Riandi.

"Tidak masalah pak, kami tengah pergi berbelanja bulanan. maklum kini orang dirumah sudah bertambah. Tadi ingin mengajak Dian namun, dia sedang tidur. Tidak enak jika membangunkannya" Ucap Riandi berbohong.