Chereads / Diandra Bagaskara / Chapter 10 - Makam

Chapter 10 - Makam

Malam berlalu, sinar matahari kini menyelinap masuk kekamar sederhana milik Diandra. Kamar yang baru saja ditempatinya beberapa hari yang lalu. Kicauan burung seakan membangunkan gadis yang masih saja tertidur dibalik selimut itu.

"Diandra! Bangun lo" Ucap Rayan seraya menggedor pintu kamar Diandra dengan begitu kasar. Berharap sang pemilik kamar segera keluar dan menampakkan dirinya.

"Astaga, sudah pagi" Ucap Diandra yang melihat kearah jam yang tepat berada disampingnya.

"Woi cepat keluar!" Rayan terus saja menggedor pintu kamar Diandra tanpa ampun.

"Rayan! Hentikan! Apa yang kamu lakukakan?!" Tanya Reni, yang sedari tadi mendengar teriakan putra semata wayangnya itu.

"Ma, aku ada ujian lisan sebentar lagi. Dan aku memerlukan Diandra untuk memberitahu aku jawaban melalui earphone ini" Terang Rayan.

Diandra yang mendengar keributan dari balik pintu kamarnya, memilih untuk membuka saja pintu kamarnya itu.

"Kenapa, Rayan?" Tanya Diandra yang tidak mengerti.

"Lo harus bantu gue, gue ada ujian jam 9 dan ujiannya itu lisan. Lo harus kasih tau gue jawabannya. Lo dengerin pertanyaan gurunya dari earphone ini. Dan kasih tau gue jawabannya" Ucap Rayan sambil memberikan earphone yang sudah disediakan dirinya.

"Hm, baiklah" Ucap Diandra mengalah, biarpun hatinya kini sudah sangat begitu muak dengan tingkah laku anak laki laki manja yang berada di hadapannya.

"Rayan, kau tau kan kau memerlukan bantuannya! Seharusnya kau tidak membangunkannya secara kasar seperti itu" Bentak Reni, sungguh anaknya ini tidak bisa diajak kompromi.

"Sudahlah ma, mama selalu saja membela anak ini" Ucap Rayan lalu meninggalkan Reni dan Diandra begitu saja.

"Maafkan Rayan, ya Dian"

"Tidak apa apa Bi, kalau begitu Dian mandi dulu dan siap siap menunggu Rayan." Ucap Diandra lalu memasuki kembali kamarnya.

15 menit berlalu akhirnya gadis cantik itu sudah selesai dengan mandinya, dirinya memilih untuk menggunakan celana pendek dan kaos hitam kesukaannya. Matanya beralih menatap makanan yang sudah tersedia dengan rapi diatas nakas samping tempat tidurnya.

Diandra berjalan kearah meja tersebut dan melihat juga ada sebuah surat disamping hidangan tersebut.

Diandra, Bibi pergi dulu ada urusan. Kamu makan ya, oh iya hari ini tidak perlu membereskan rumah. Karena bibi sudah membereskannya tadi. Kamu istirahat saja dirumah, karena besok adalah hari pertamamu masuk Sekolah. Salam sayang dari bibi🖤

Diandra tersenyum melihat surat yang berada di genggamannya itu, manis sekali sama seperti almarhum sang mama. Mamanya juga akan mengiriminya pesan seperti jika ia tengah mandi atau tengah tidur. Diandra jadi sangat begitu merindukan sang mama, bahkan ia berniat untuk berziarah nanti setelah selesai membantu Rayan.

Ponsel Diandra yang berada di kasur berbunyi, menandakan ada pesan masuk untuk dirinya, Diandra segera berhamburan mengambil ponselnya, takut jika itu adalah panggilan dari Rayan. Jika telat sedikit saja, pasti Rayan akan segera memarahinya kembali.

"Dengerin earphone Lo, bentar lagi giliran gue buat ujian" Tulis Rayan dalam pesan singkatnya melalui aplikasi hijau tersebut. Diandra segera beralih mengambil earphone yang dimaksud oleh Rayan dan segera membantu Rayan.

10 menit berlalu, akhirnya tugas Diandra untuk membantu Rayan kini selesai, Kini ia akan segera memberi tahu sang bibi bahwa dirinya ingin mengunjungi makan sama mama.

"Halo bi"

"Iya Dian?" Jawab Reni dari sebrang sana

"Dian ingin meminta izin pada bibi, Dian ingin mengunjungi makam mama" Ucap Dian

"Baiklah sayang, hati hati ya" Balas Reni dari sebrang sana.

Sebenarnya Diandra memiliki tabungan yang cukup untuk membiayai dirinya, tabungan tersebut tidak diketahui oleh Paman dan bibinya, Diandra berniat untuk tidak memberitahukannya. entah mengapa dirinya seperti memilik dorongan untuk hanya dirinya saja yang tau soal tabungan yang ia miliki itu.

Diandra terlebih dahulu membuka balkon kamarnya agar, udara segar masuk ke dalam kamarnya. Mata Diandra beralih kerumah megah yang berada tepat didepan kamarnya. tatapannya menyusuri Keliling rumah tersebut. Mobil BMW yang baru saja ia naiki kemarin kini terparkir rapi didepan halaman rumah megah itu.

Terlihat Dion yang baru saja keluar dari rumahnya dengan terburu buru, pria itu sangat begitu kacau. Sepertinya dirinya membutuhkan seorang istri. Tanpa Diandra sadari senyum manis melingkar dibibir indah miliknya ketika melihat pengusaha muda itu .

Pria itu kini menaiki mobil BMW miliknya itu, Diandra memilih untuk memutuskan pandangannya dari rumah megah itu. Dan berjalan kearah kamarnya untuk bersiap siap menuju makam sang mama.

Dirinya memilih untuk menaiki angkutan umum, dulu waktu dia masih kecil. Sang mama sering mengajarkan Dian untuk naik angkutan umum, seolah olah sudah mengetahui bahwa hal ini akan terjadi pada mereka.

"Pak disini saja" Ucap Diandra memberhentikan bus angkutan itu tepat berada didepan makam ibunya.

Diandra memasuki makam tersebut dengan air mata yang tak henti hentinya membasahi pipinya, rasanya berat sekali mengingat kembali masa masa dimana ia harus menerima takdir berat yang diberikan Tuhan.

"Assalamualaikum ma, pa" Ucap Diandra sambil mendudukkan bokongnya diantara rumah baru sang mama dan papa.

"ma, pa. Diandra rindu sekali sama mama dan papa." Ucap Diandra sambil menghapus air matanya. Dalam luar nalarnya dirinya selalu berdoa pada Tuhan bahwa semua yang terjadi dalam hidupnya hanyalah sebuah mimpi.

"Ma, Pa. Mama dan papa tau tidak, sebenarnya Diandra merasa tidak adil akan takdir yang diberikan Tuhan. Namun, Diandra selalu ingat pesan mama bahwa, apapun ujian yang diberikan Tuhan pasti akan selalu bersamaan dengan solusinya. Ma, pa Diandra janji akan menjadi anak yang baik" Ucap Diandra dengan air mata yang selalu masih setia turun dipipinya.

Diandra menaburi bunga dikedua makam orang yang paling ia cintai itu. lalu memilih untuk pergi dari makam tersebut.

"Ma, pa Diandra pamit dulu. Kalian tenang aja, Diandra bisa jaga diri kok" Ucap diandra, berusaha tegar lalu menghapus air matanya.

"Dian" Panggil seseorang yang tak asing suaranya bagi Diandra.

"Pak Dion?" Tanya Diandra yang terheran heran, mengapa pria ini berada disini.

"Kau sedang apa?" Tanya Dion

"Oh, aku baru saja ziarah ke makam mama dan papa ku" Ucap Diandra yang sejujurnya lalu dianggkui oleh Dion.

"Kalau bapak?" Kini giliran Diandra yang mengajukan pertanyaan pada Dion.

"Saya juga baru berziarah ke makam papa saya, kalau begitu bolehkah saya berziarah ke makam mama papa kamu juga?"

"Tentu saja boleh, mari pak" Dian mempersilakan Dion untuk mengunjungi makam mama dan papanya, namun. Langkah mereka terhenti ketika melihat Kini orang orang sudah berkumpul ramai Diantara makam mama dan papanya untuk menguburkan Seseorang.

"Ada yang akan dikubur, mungkin lain kali saja" Ucap Dion.

"Iya pak"

"Setelah ini, kamu akan kemana?" Tanya Dion

"Pulang pak, tidak enak jika pergi lagi. Sementara aku sedang tinggal bersama paman dan bibiku"