Chereads / Diandra Bagaskara / Chapter 9 - Rencana

Chapter 9 - Rencana

15 menit berlalu akhirnya, Dion dan Diandra sudah tiba dikediaman paman Diandra itu. Diandra melirik kearah Dion, wajah tampan milik Dion kini sudah terlihat sangat begitu kelelahan.

"Terima kasih pak, sepertinya kau butuh istirahat" Ucap Diandra. Dion hanya tersenyum kearah gadis itu tanpa ingin membalas ucapannya.

"Aku turun pak" Ucap Diandra kemudian membuka pintu mobil milik Dion itu. Dion lagi lagi hanya tersenyum, benar kata Diandra bahwa dirinya sangat begitu kelelahan.

Dion memilih untuk memutar balik mobilnya, dan menuju rumahnya yang tepat berada di depan rumah paman milik Diandra tersebut.

Diandra berjalan memasuki pekarangan rumah milik Pamannya itu, iya melihat jelas bahwa mobil milik pamannya itu terparkir di halaman rumah mereka. itu artinya sang paman dan bibi lebih dahulu sampai dibandingkan dirinya dan Dion.

"Dian, kamu sudah sampai" ucap sang Bibi berbasa basi yang melihat Diandra baru saja memasuki rumah mereka.

"Iya Bi, maaf tadi dia minta tidak pamit karena tidak sempat, pak Dion mengajak Diandra dengan sangat begitu terburu-buru makan dia berkata bahwa dirinya saja yang ingin mengatakan kepada kalian, namun mungkin iya lupa sampai akhirnya kita bertemu di warung sushi tadi" Ucap Diandra merasa bersalah dengan paman dan bibinya.

"Masih juga baru, udah bisa aja lo rebut hati pengusaha hahaha" ledek Rayan kepada Diandra.

"Rayan, tidak sopan! jangan berbicara seperti itu kepada sepupumu sekarang anggap lagi seperti adikmu sendiri Rayan" Ucap Reni memarahi putranya itu, bagaimanapun juga mereka sangat membutuhkan Diandra sekarang. Diandra adalah ATM bagi mereka, seharusnya anaknya itu bisa berbuat baik dulu terhadap Diandra, hingga mereka berhasil menguras semua uang yang dimiliki oleh Diandra.

"Tidak apa apa Bi, maaf kan Diandra ya." ucap Diandra yang merasa bahwa omongan dari sepupunya itu adalah benar

"tidak Diandra kau adalah anak yang baik, aku percaya itu. Maafkan putraku ya. Dan satu lagi jika kau ingin menolong pak Dion itu adalah hal yang sangat baik. Jangan perna berfikiran untuk memberhentikan menolong seseorang yang Diandra lagipula dia memberikan imbalan yang sangat besar untukmu. aku tahu bahwa dirimu sama sekali tidak mengharapkan imbalan itu kau hanya ingin membantunya, Namun kau tahu sendiri dan kau dengar sendiri apa yang dikatakan oleh pak Dion tadi kepada paman mu. kita sangat memerlukan biaya dan kau tahu sekarang tanggungan kami bukan hanya Rayan saja namun kau juga, maaf bukan maksudku untuk ku membebani dirimu" ucap Reni pura pura merasa tidak enak kepada Diandra

"Tidak bi, akulah yang membuat beban di sini, Aku berjanji akan membantu kalian sebisaku terima kasih karena telah menampung anak seperti ku disini" Ucap Diandra sambil menundukkan pandangannya.

"tidak masalah sayang Aku senang kau berada di sini itu artinya aku akan mempunyai teman wanita di sini" ucap Reni sambil memeluk tubuh Diandra, sementara rayan memilih untuk naik ke atas meninggalkan mereka berdua.

"paman di mana Bi?" Tanya Diandra yang sedari tadi tidak melihat keberadaan pamannya.

"Dia kini berada di kamar sedang mengerjakan beberapa pekerjaan kantor nya. mungkin untuk beberapa hari ini kita akan jarang bertemu dengannya karena dia telah berjuang mati matian untuk perusahaan pak Dion itu."

Diandra yang mendengar omongan saya Bibi ikut begitu kasihan kepada pamannya itu rasanya ingin sekali membantu keluarga ini, namun dia belum bisa berbuat apa apa di usianya yang masih segini dan dia juga masih sekolah. Diandra hanya memilih mengangguk dan tersenyum kearah Bibinya, biarpun sebenarnya dirinya merasa sangat begitu tidak enak karena telah menambah beban keluarga ini.

"Ya sudah kau istirahat saja dulu Diandra" Ucap Reni, sambil mengelus rambut indah milik Diandra. Diandra hanya mengangguk lalu berjalan menuju anak tangga kearah kamarnya.

Sementara Reni memilih untuk menjumpai suaminya, yang sedari tadi hanya diam. Reni paham betul apa yang sedang difikirkan oleh sang suami.

"Mas?" Panggil Reni begitu lembut, takut mengganggu suaminya itu.

"Ya?"

"Mas, kau baik baik saja?" Tanya Reni dengan sangat begitu hati hati. Ia takut jika suaminya akan marah pada dirinya

"Aku bingung, bagaimana bisa aku membangun kembali perusahaan yang sudah berada di ujung kebangkrutan hanya dalam waktu satu bulan?" Jawab Riandi sambil meremas rambutnya kasar.

"Mas, aku yakin kau pasti bisa" Ucap Reni, meyakinkan suaminya itu.

"Aku tidak percaya pada diriku sendiri, bahwa aku bisa melewati masa masa sulit ini" Ucap Riandi.

"Mas jangan berbicara seperti itu"

"Jika aku tidak bisa, mau makan apa kita? Coba bayangkan kita akan pindah kerumah yang lebih kecil lagi. Aku tidak yakin Rayan akan baik baik saja."

"Mas, stop! Jangan berfikiran yang tidak tidak. Kau tau sekarang kita memilik Diandra. Bukan?" Ucap Reni, yang sedari tadi sudah memikirkan semua jalan terbaik atas masalah yang tengah mereka hadapi.

"Maksud mu?"

"Mas, kau ini sangking banyak fikirannya. Sampai tidak mengerti apa yang aku katakan"

"Coba jelaskan, aku sama sekali tidak bisa berfikir dengan jernih"

"Diandra adalah aset kita. Kau tau kini pak Dion, sudah bergantung kepada anak itu. Pak Dion meminta Diandra menjadi kekasih pura puranya, dan kita bisa memanfaatkan keadaan itu, kita atur rencana agar merek bisa menikah secepatnya. Dan kita bisa memperbudak Diandra untuk kehidupan kita selanjutnya. Dia bisa menjadi ATM kita seterusnya" Ucap Reni panjang lebar.

"Ha? Bagaimana bisa kita membuat mereka menikah? Diandra tidak mungkin mau, lagi pula dia masih sekolah. Apalagi Dion, dia tidak adalah orang yang berpendidikan tinggi, seluruh wanita dipenjuru dunia, berlomba lomba mendapatkan hatinya, namun tak satupun menjadi pilihannya. Apalagi Diandra yang hanya masih seorang anak SMA dengan status belum lulusnya" Terang Dion, merasa bahwa rencana istrinya itu tidak masuk akal.

"Mas, kau tenang saja. Jika sesuatu insiden terjadi pasti Dion tidak bisa menolak untuk menikahi Diandra, kita harus bermain cantik, aku tau bahwa keponakan mu itu memiliki sisi baik, dan kita bisa memanfaatkannya" Ucap Reni.

"Aku sama sekali tidak mengerti dengan jalan fikiranmu ren"

"Mas ayolah, aku sudah bosan hidup susah. Apa apa harus dengan usaha dan kerja keras, aku ingin memiliki semuanya hanya dengan mengucapkan tanpa berusaha terlebih dahulu. Kau tidak capek hidup susahkah mas? Ayolah kau hanya perlu mendukung aku saja, dan kita akan hidup bahagia untuk selanjutnya, tanpa kau harus perlu bekerja keras"

"Aku ikuti saja dirimu, jika kau merasa bahwa itu yang terbaik. Aku juga sudah muak dengan anak itu. Sekrang dirinya hanya bisa menambah beban hidupku saja, sama seperti papa nya. Dasar tidak tahu diri" Ucap Riandi seraya meninggikan suaranya, ia mengingat kembali masa masa dimana mas nya itu menghancurkan dirinya.