Chereads / Diandra Bagaskara / Chapter 3 - Rekening berjalan

Chapter 3 - Rekening berjalan

Diandra terbangun dari tidurnya, ia melihat kearah jam kecil yang berada disamping meja tempat tidur miliknya itu, masih pukul 4 pagi dan ia tidak tau harus berbuat apa. Rasanya badannya sangat begitu lelah, tempat tidur yang ia gunakan sekarang tidak seempuk tempat tidur nya saat dirumahnya dulu.

"Sabar Diandra. Lo harus terbiasa dengan keadaan dan kondisi kayak gini" Ucap Diandra sambil memijit mijit tangannya.

Diandra berjalan kearah balkon kamar miliknya, ia melihat ternyata di depan rumah sederhana ini ada rumah megah, tak kalah megah dari rumah miliknya dulu.

"Rumah siapa?" Tanya Diandra pada dirinya sendiri. Kemarin malam adalah hari hari dimana ia tidak fokus dengan apa sehingga tidak mengetahui ada rumah megah didepan sana.

Tok Tok Tok

Suara pintu kamar Diandra yang diketuk membuat dirinya segera berlari kecil ke sumber suara.

"Pagi Dian"

"Pagi Bi" Ucap Diandra sambil tersenyum melihat wanita paru baya yang kini tepat berada dihadapannya.

"Boleh Bibi masuk?"

"Silahkan Bi" Ucap Diandra. Reni Segera memasuki kamar Diandra lalu duduk di kasur sederhana yang kini menjadi tempat Diandra untuk melepas segala penatnya.

"Hm, apa kamu sudah bicarakan dengan Pengacara papa mu itu?"

"Astaga" Diandra yang kaget dengan ucapan Bibinya itu segera menepuk jidatnya, mengapa ia bisa lupa akan hal sepenting itu.

"Kamu lupa?"

"Iya Bi, sebantar akan Diandra telepon kan"

"Hm, kalau begitu bibi tunggu di depan" Ucap Reni, lalu berjalan keluar kamar Diandra.

Reni berjalan menuruni anak tangga dengan wajah kesalnya, bisa bisanya Diandra melupakan hal itu, padahal kini ia sangat begitu ingin untuk ke mall membeli baju dan sepatu yang kemarin sudah ia pesan.

"Kenapa wajahmu pagi pagi sudah jelek seperti itu?" Tanya Riandi, yang sudah duduk diatas meja makan menikmati hidangan kemarin malam yang dipanaskan oleh istrinya tadi.

"Kau tau mas? Keponakan mu itu belum memberitahu pada pengacara orang tuanya untuk mengirimkan uang. Sementara aku sudah memesan belanjaan ku kemarin malam di Mall, kau kan tau sendiri mas. Aku sudah lama tidak beberlanja" Ucap Reni begitu kesal

"Halo, pak. Aku membutuhkan uang, aku memutuskan untuk pindah ke Sekolah dekat dengan rumah bibik dan pamanku, dan hal itu membuat aku memerlukan uang yang lebih" Ucap Diandra To the point. Pada seseorang yang berada di sebrang sana.

"Baiklah, akan aku kirimkan sekarang juga"

"Terimakasih" Diandra menutup telponnya lalu beralih kesebuah aplikasi Banking yang berada di ponsel miliknya itu.

"Sudah masuk" Ucap Diandra pada dirinya sendiri, lalu beranjak bangkit dari duduknya untuk memberi tahu paman dan bibinya. Namun, langkah Diandra terhenti ketika melihat Rayan yang melihatnya dengan begitu aneh di depan pintu kamarnya.

"Sejak kapan kau berada disini?" Tanya Diandra

"Sejak tadi" Jawab Rayan merasa tidak berdosa

"Apa yang kau lakukan di depan pintu kamarku?"

"Bukan urusan lo. Ini rumah gue bukan rumah lo jadi terserah gue" Ucap Rayan lalu berjalan meninggalkan Diandra.

Diandra tidak memperdulikan omongan Pria yang baru saja meninggalkannya itu, lagi pula memang benar yang yang dikatakan pria itu.

Diandra hanya mengelus dadanya berharap dirinya mampu lebih sabar lagi.

"Pagi" Ucap Salah seorang pria yang baru saja memasuki rumah itu, Diandra yang baru saja turun dari tangga sangat begitu asing dengan pria itu. Apakah dia saudara mereka juga?

"Pagi pak, maaf aku sedikit telat seharusnya aku yang datang kerumah mu" Ucap Riandi yang terlihat sangat begitu menghormati Pria itu.

"Tidak apa apa" Ucap Pria itu. Tanpa disengaja mata indah miliknya bertemu dengan mata indah milik Diandra.

"Cantik" Puji pria itu dalam hatinya

"Pak" Panggil Riandi, hal itu sontak membuat pria yang berada dihadapannya itu memutuskan kontak mata Meraka. Sementara Reni tersenyum manis melihat keduanya saling berkontak mata.

"Kalau begitu, berikan berkasnya sekarang juga padaku. Aku hari ini tidak bisa ikut kekantor karena ibuku sedang berada dirumah sakit" Tegas Pria itu kepada Riandi.

"Sebentar pak, akan aku ambilkan"

Diandra segera berjalan menuju sang bibi yang kini masih berdiri disamping meja makan yang langsung berhadapan dengan pintu luar mereka.

"Ini kartunya Bi, dan pin nya sudah ku kirimkan lewat chat." Ucap Diandra yang begitu mempercayai sang bibi, bahkan memberikan langsung kartu ATM miliknya dipegang oleh bibinya itu.

"Baiklah, akan urus segalanya."

"Terimakasih banyak Bi, sudah mau membantuku" Ucap Diandra sambil memeluk bibinya itu. Entah mengapa kini ia seperti memiliki ibu kembali, perhatian yang diberikan wanita ini membuatnya tidak merasa sendiri sekarang.

"Semuanya sudah selesai kalau begitu aku pamit" Ucap Pria yang baru saja menandatangani berkas yang dibawakan oleh Riandi tersebut.

"Ayo ma, kita urus surat pindahnya Diandra" Ajak Riandi pada istrinya itu.

"Sebentar akan ku panggilkan Rayan, dia seharusnya sudah siap" Reni segera berjalan menuju kamar Rayan.

"Dian, kau tidak apa apa tinggal dirumah sendirian bukan?" Tanya Riandi

"Tidak apa apa paman, lagi pula dari dulu aku sudah biasa ditinggalkan oleh Mama dan Papa untuk bekerja" Ucap Diandra sambil tersenyum manis kearah pamannya itu.

"Nak, kau tau disini tidak ada pembantu kan. Paman sebenarnya tidak ingin menyusahkan mu karena paman tahu kau sama sekali tidak pernah melakukan pekerjaan rumah. Namun, sekarang hidupmu sudah berbeda paman harap kau bisa membantu bibi mu untuk pekerjaan rumah ya" Ucap Riandi dengan sangat begitu lembut.

"Tidak masalah paman, terimakasih banyak paman sudah mau menerima ku dirumah ini bahkan Paman memperlakukan dengan begitu baik" Ucap Diandra tanpa sadar air matanya berhasil lolos membasahi wajah cantiknya itu.

"Kau tenang saja, kau sekarang menjadi tanggung jawabku" Ucap Riandi sambil mengelus kepala keponakannya itu.

"Pa, sudah siap ayo kita pergi" Ucap Reni yang baru saja turun dari tangga bersama dengan putranya itu.

"Paman sama bibi pergi dulu, kamu baik baik" Ucap Riandi lalu meninggalkan Diandra sendiri dirumah itu

***

"Pa, kau berkata apa tadi pada anak itu?" Tanya Reni membuka obrolan diantara mereka

"Aku hanya bilang untuk mengerjakan pekerjaan rumah, dan kau tau ma, bahwa sepertinya anak itu sudah mulai merasa berhutang Budi pada kita" Ucap Riandi dengan begitu sangat antusias

"Iya aku juga merasakannya, hal itu sangat bagus untuk kita manfaatkan agar anak itu mau menuruti semua permintaan kita mas" Ucap Reni

"Jadi Mama sama papa, manfaati Diandra?" Tanya Rayan yang sedari tadi berhasil mendengarkan percakapan kedua orang tuanya itu.

"Dia itu sekarang rekening berjalan kita Rayan, dia juga bisa menjadi pembantu dirumah kita. Tapi untuk saat ini kita harus berbuat baik padanya dulu"