Chereads / MALAM KELAM TAK DIINGINKAN / Chapter 17 - 17. Mencari Tahu

Chapter 17 - 17. Mencari Tahu

Meninggalkan kekalutan yang dihadapi Gilang di kantor, di tempat yang berbeda Asya tengah menikmati waktunya dengan bersih-bersih rumah. Itu adalah salah satu peran yang sedang dan akan selalu ia lakukan meski di rumah suaminya terdapat pembantu. Sebelumnya juga Gilang sudah memerintahkannya untuk bersih-bersih rumah, jadi tidak ada alasan untuknya tidak melakukan perintah mutlak suaminya itu.

"Mbak, udah berapa bulan?" Asya tengah duduk istirahat tiba-tiba dihampiri Bi Asri, pembantu di rumah Gilang. Bi Asri duduk di sebelah Asya yang sedang istirahat di belakang rumah menghadap kolam renang yang di kelilingi beberapa tanaman hias. Membuat siapapun terhibur akan keteduhan disana.

"Empat bulan bi." Asya menunduk menatap perutnya yang sudah membuncit.

"Maaf kalau keadaan Asya ini membuat Bi Asri tidak nyaman dan terganggu."

Wajahnya berubah sendu bila kehamilannya di ungkit. Dia jadi teringat akan perbuatannya di masa lalu yang membuat dirinya bisa hamil. Sudah pasti Bi Asri menganggapnya wanita tidak baik karena hamil di luar nikah. Terlepas dari alasan dibalik itu bisa terjadi.

"Mbak Asya, semua orang punya masa lalu. Terlepas dari itu semua, Mbak Asya itu wanita baik. Tuan Gilang dan Mbak Asya sungguh pasangan yang serasi. Yang laki-laki tampan dan perempuannya cantik, masih muda lagi." Bi Asri mengalihkan pembicaraan dengan memuji paras wajah Asya yang cantik dan imut di usianya yang masih sangat muda. Asya hanya menanggapinya dengan senyum tipis terpaksa namun tetap meninggalkan kesan manis dengan lesung pipi muncul keningnya.

"Aku tuh senang banget ada Bi Asri disini. Jadi nggak kesepian."

Bi Asri bisa merasakan apa yang dirasakan oleh Asya saat ini. Semua perlakuan kasar Gilang pada Asya tidak luput dari mata dan telinganya yang kadang mengoyak hatinya untuk iba dan kasihan.

Rumah tangga yang di jalani Asya tidak seperti rumah tangga pada umumnya. Tidak ada cinta kasih sayang di antara keduanya meskipun Asya sedang mengandung buah hati Gilang. Apalagi di usianya yang masih muda. Tapi berbanding terbalik dengan Gilang, yang usianya lebih dewasa ketimbang Asya justru tidak bisa bersikap sewajarnya sebagai suami.

"Ternyata menikah itu nggak seindah dan segampang yang kita pikirkan." Asya mengulas senyum getir di tengah pelik dan menyedihkan nasibnya sebagai wanita sekaligus istri yang teraniaya. Bi Asri hanya bisa diam sembari mendengarkan cerita yang keluar dari mulut Asya, sebagai curahan hatinya.

"Apalagi menikah bukan karena cinta. Sungguh menyakitkan. Tapi … demi dia, akan aku pertaruhkan semua hidup dan matiku untuknya demi masa depannya. Berada dekat dengan ayahnya, meskipun belum keluar pengakuan sepenuhnya dari ayahnya atas hadirnya dirinya." Tidak terasa air mata Asya meluncur begitu saja membasahi pipinya.

"Mbak Asya, wanita kuat. Pasti dia bangga memiliki ibu yang kuat. Ada bibi disini yang sudah menganggap Mbak Asya anak sendiri. Dan, suatu saat nanti Tuan Gilang akan tahu kebaikan dan ketulusan hati Mbak Asya." kedua mata Bi Asri kerkaca-kaca. Meskipun sampai sekarang dia tidak tahu masa lalu Asya dan Gilang hingga membuat keduanya terikat dengan hadirnya sang buah hati di dalam rahim Asya. Namun Bi Asri sangat percaya kalau Asya itu anak baik tapi harus menerima nasib yang kurang beruntung, hamil di luar nikah bersama majikannya itu.

"Mungkin luka ini, lampiasan Kak Gilang untuk aku, wanita yang sudah merusak hubungannya dengan kekasihnya, Mona. Apa salah, aku bertahan di posisi ini demi, anak ini." Asya menunduk menatap perutnya lagi.

"Kasihan. Tuan Gilang, orangnya memang dari dulu dingin dan cuek, kini berubah menjadi temperamental dan kasar." batin Bi Asri.

"Bi, selama ini Tuan Gilang orangnya gimana?" Asya menoleh ke samping menatap Bi Asri penuh tanya.

Wajar dirinya bertanya akan hal itu. Pasalnya dirinya hanyalah orang asing yang tidak memiliki hubungan dekat dengan Gilang sebelumnya, namun tiba-tiba dipaksa keadaan untuk masuk ke dalam kehidupan Gilang. Keduanya kini sudah menikah dan ada makhluk hidup baru yang mengikat keduanya yang kini sedang tumbuh dan berkembang di dalam rahim Asya. Dan dia baru tahu setelah menikah kalau Gilang memiliki sikap dingin, pemarah dan temperamental.

Usianya yang masih dini membuatnya belum siap baik itu fisik maupun batin. Perlakuan Gilang sungguh membuatnya ketakutan dan tidak nyaman. Tapi sadar akan keadaan dan posisinya sekarang membuatnya tidak bisa berkutik selain menerima dengan ikhlas menjalaninya.

"Tuan Gilang itu orangnya baik …"

"Maaf bi. Malah jadi nglantur." Asya menyeka matanya dari buramnya genangan air mata. Jelas Bi Asri akan menganggap Gilang baik karena majikannya. Dan bagaimanapun juga di mata Bi Asri, Gilang tetaplah orang baik terlepas dari semua perlakuan yang ia terima selama ini tidak akan membuat Bi Asri menyematkan kata buruk pada suaminya itu.

"Hmm … Bi Asri kenal Mona?" entah mendapatkan keberanian dan ada dorongan darimana Asya penasaran dengan Mona. Bi Asri memaku terkejut akan pertanyaan yang baru keluar dari bibir mungil Asya.

"Kalau bi Asri nggak mau cerita nggak papa." Asya melihat mimik Bi Asri nampak bingung dan ragu untuk bercerita akan pertanyaan barusan.

"Bibi nggak enak ceritanya. Takut nanti Mbak Asya jadi sedih." Asya menelan salivanya dengan kasar, bisa menduga dibalik ucapan Bi Asri.

"Nggak Bi, Asya tahu kalau mereka berdua saling mencintai. Aku hanyalah orang assing yang tidak pantas mengaharapkan hati dan sayang dari Kak Gilang." Asya memaksa untuk tersenyum.

"Bibi bekerja tiga tahun lebih disini sering lihat Mbak Mona main kesini, bahkan sampai … menginap. Jujur bibi nggak terlalu dekat dengan kekasihnya tuan. Mengigat karakternya yang tidak suka mengobrol dengan orang asing, apalagi seperti bibi. Jadi bibi hanya bicara seperlunya saja bicara." Asya manggut-manggut saja. Tidak ada rasa kesal ataupun cemburu melingkupi hatinya karena memang hatinya belum tertaut sepenuhnya pada Gilang.

Bi Asri terlihat berhati-hati ketika berbicara, seperti tidak mau membuat hati Asya sedih karena menyinggung perasaan Asya. Namun nyatanya Asya tidak sedikitpun terlihat sakit hati. Justru hanya ada rasa menyesal karena merasa menjadi duri di tengah hubungan dua sejoli itu. Dan sekarang dia harus siap dan ikhlas menerima dampak dari kesalahannya dengan mendapatkan perlakuan kasar dari Gilang dan keluarga besar Gilang yang sangat membencinya.

"Apa yang kalian lakukan!" teriak seseorang dari belakang membuat Asya dan Bi Asri kaget dan reflek menoleh ke belakang menghentikan obrolan dan istirahat mereka.

Deg

Jantung Asya dan Bi Asri berdetak tidak karuan melihat sosok yang barusan berteriak.

"Tuan Gilang," ucap Asya dan Bi Asri bersamaan terkejut.