Chereads / MALAM KELAM TAK DIINGINKAN / Chapter 19 - 19. Ada apa dengan Diriku ini?

Chapter 19 - 19. Ada apa dengan Diriku ini?

Dengan tubuh dikuasai emosi, Gilang sudah tiba di markasnya. Markas tersembunyi yang hanya dirinya dan orang tertentu saja yang tahu keberadaannya.

Markasnya hanyalah sebuah rumah biasa yang jauh dari jangkauan padat penduduk. Bagi orang awam yang melihat dari luarnya saja pasti beranggapan kalau di dalamnya tidak berpenghuni. Padahal di dalamnya terdapat rumah berukuran kecil dengan dikelilingi pagar menjulang tinggi dan pohon-pohon disana.

"Dimana dia?" Gilang terus berjalan dengan langkah lebarnya melewati jejeran orang suruhannya tengah berjaga.

"Di dalam tuan." Jawab salah satu bodyguard mengikuti langkah Gilang dari belakang.

Brakk

Gilang menendang pintu markasnya dengan kasar hingga menimbulkan suara gaduh. Nampaklah ruangan gelap namun terdapat satu sorot lampu disana menampakkan siluet laki-laki tengah menunduk lemah dan tubuh terikat tali di atas kursi. Dialah Daniel Atmaja, dalang dibalik dirinya mabuk dan terpengaruh obat rangsang yang sudah di tangkap Riko beserta anak buahnya yang lain.

"OK. Kalian keluar sekarang." titah Gilang ditujukan pada anak buahnya. Tinggalah menyisakan Gilang dan Daniel seorang disana.

"Ya bos."

"Daniel Atmaja, pesaingku dalam perebutan hotel Victoria, benarkah?" Gilang mendekat dan terus menatap lekat wajah Daniel yang sudah lebam di wajah dan tubuh yang lemah karena sudah di hajar anak buahnya dulu sebelumnya.

Sebelum tiba di markasnya, Riko mengiriminya sebuah foto Danie. Betapa terkejutnya Gilang ternyata mengenali Daniel lewat foto itu. Dialah Daniel Atmaja, yang baru pertama kali dia temui di Bandung dalam bersaing memperebutkan dan mengakuisisi hotel megah di Bandung dulu.

Srekk

Gilang melepas lakban di mulut Daniel dengan kasar meninggalkan jejak kemerahan disana.

"Rupanya kau masih ingat!" tantang Daniel di tengah ketidakberdayaan tenaganya yang sudah menipis.

"Oh. Bagus. Disaat seperti ini, kamu masih punya nyali nantang saya?" Gilang menatap nyalang Daniel yang masih berani.

Bughh

Gilang mendaratkan pukulan tepat ke kening Daniel hingga menoleh ke samping. Gilang menyerangai puas akhirnya dia bisa membalaskan rasa kecewa dan amarahnya. Namun itu tentunya tidaklah cukup baginya atas apa yang sudah dilakukan Daniel hingga membuat hidupnya berubah.

Bughh bughh bughh

Gilang mendaratkan bogeman lagi dan lagi tiada henti seperti tidak ada hari esok lagi untuk melampiaskannya. Rasa kesalnya akan kandasnya hubungannya dengan Mona membuatnya brutal. Ditambah lagi dirinya harus menikahi orang yang sama sekali tidak dicintainya.

"Uhuk Uhuk." Daniel terbatuk-batuk mengeluarkan percikan darah dari dalam mulutnya.

"Brengsek. Berani sekali kamu mencampurkan obat ke dalam minuman saya." Gilang mendekat dan kemudian tangannya terulur mencengkram rahang Daniel dengan kuat. Ditatapnya raut muka penuh luka dan berdarah dengan tatapan sayu.

"Am … ampun." Lirih Daniel yang sudah tidak kuasa menahan rasa sakit dan menerima lagi siksaan yang akan dilayangkan Gilang lagi padanya. Dia menyerah dan memohon diampuni.

"Hahaha. Ampun, kamu bilang. Tidak ada kata ampun untuk orang sepertimu." Gilang menendang tubuh Daniel hingga tersungkur jatuh ke lantai beserta kursi yang di duduki. Mengingat tubuh Daniel dan kursi menyatu dengan lilitan kuat sebuah tali berwarna putih.

Bruggh

Keadaan Daniel semakin mengenaskan. Namun itu belum menyurutkan emosi Gilang yang masih membara untuk terus di keluarkan.

"Ampun tuan. Saya minta maaf."

"Itu rasakan bila bermain-main dengan saya."

Gilang berjalan dengan langkah kaki penuh penekanan mendekat kearah wajah Daniel yang menempel pada lantai kotor markasnya.

"Katakan alasan apa yang membuatmu melakukan hal bodoh itu pada saya?" Gilang jongkok di dekat wajah Daniel dekat sepatu hitamnya.

"Tolong lepaskan saya."

"Cepat katakana!" bentak Gilang.

"Saya kecewa karena Hotel Victoria jatuh pada, Tuan."

"Selain itu?"

Daniel terdiam melihat Gilang seolah telah mengetahui apa yang telah dilakukannya dulu selain hal itu.

"Apa hubunganmu dengan Mario Alexander?" Gilang menatap manik Daniel dengan tajam.

Daniel tercekat nafasnya dan lidahnya kelu untuk berbicara. Dugaannya benar, ternyata Gilang sudah mengetahuinya, akan hubungannya dengan Mario.

Dret Dret

Ternyata ponsel milik Daniel yang tergeletak di lantai berbunyi. Ditengah suasana yang mencekam di ruangan itu, tiba-tiba perhatian mereka teralihkan dengan suara panggilan masuk. Gilang menggeser ke panggilan hijau karena terdapat panggilan. Sebelum diangkat, Gilang memberi kode untuk diam pada Daniel dan diangguki. Tidak ada alasan lagi untuk Daniel melawan mengingat dirinya sudah lemah selemahnya yang membuatnya hanya bisa diam dan pasrah.

"Ayah, kapan pulang. Adek sama mamah sudah menunggu ayah di rumah. Cepat pulang ayah. Kita makan bersama. Ayah kenapa pulangnya lama?" Suara nyaring khas anak kecil perempuan memenuhi seisi markas yang hening itu lewat ponsel Daniel. Ternyata suara itu adalah suara anak Daniel.

Tut

Tanpa menjawab, Gilang memutuskan panggilan sepihak.

"Tolong ampuni saya." Lirih Daniel lagi. Gilang tidak menggubrisnya.

Gilang memejamkan mata sejenak ditengah tubuhnya yang membeku. Suara anak kecil tadi mampu meluruhkan emosi membaranya. Rasa iba bercampur kasihan tiba-tiba menghampiri hati kecilnya membuatnya ragu untuk menyiksa kembali Daniel hingga habis-habisan.

Sekelibatan bayangan anak kecil muncul di hadapannya menangisinya bila berada di dalam posisi Daniel saat ini. Seolah dirinya sebentar lagi telah memiliki anak dan tidak bisa membayangkan bagaimana anaknya berada di posisi anak di telepon tadi. Gilang bukanlah orang yang mudah memaafkan apalagi hanya karena masalah anak kecil.

Tanpa ia sadar, bisikan jiwa kebapakannya muncul begitu saja dari dalam dirinya. Dimana Asya tengah mengandung buah hatinya yang selama ini selalu tidak dianggapnya sebagai darah dagingnya. Ternyata naluri kebapakannya sudah mulai muncul.

"Ada apa dengan diriku ini?" batin Gilang merasa heran dan aneh pada dirinya sendiri yang mengaku lemah dengan anak kecil. Tiba-tiba pikirannya di penuhi bayangan seorang anak kecil.