Pagi itu burung-burung berkicau bernyanyi begitu merdunya, sinar matahari mulai terlihat di ufuk timur, Saiful dan Rahel masih berbincang-bincang apa yang di lakukannya di dalam kelas.
"Mas! Bagaimana nanti kita ya saat di sekolah, apa temen-temen sudah pada tahu kalau kita sudah nikah?" tanya Rahel.
"Sepertinya belum, kemarin kayaknya tidak ada tuh orang yang dari sekitar sekolah," jawab Saiful sambil memegang ujung bajunya.
"Yang saya khawatirkan yaitu Bapak Sobiran dia punya anak SMA temen Neneng temen sekelas kita, kalau dia bercerita selesailah semuanya," terang Rahel.
"Tenang kalau bagiku biarlah semuanya tahu, toh kita malah bisa berleluasa bebas mau ngapain tidak harus bersembunyi-sembunyi," terang Saiful.
"Mas! Saya belum bisa kalau harus terlihat buncit perutku, pokoknya tidak ... jangan dulu," ujar Rahel.
"Bagaimana kalau saya tidak bisa menahan kemudian kamu saya paksa untuk menuruti kemauanku, seperti ini," kata Saiful yang terlihat menatap Rahel dengan tajamnya.
"Maksudnya seperti ini, apa ?" sahut Rahel.
"Lihat ke dua mata saya," terang Saiful.
Secepat kilat kedua tangan Saiful meraih kepalanya Rahel dan memegangnya, tanpa disangka dia langsung mencium bibirnya, dia melumatnya.
Rahel merasa kenikmatan yang begitu luar biasa, tangan Saiful mulai meraba ke arah tubuh-tubuh Rahel, desahan nafasnya mulai bersuara.
Ah ... uh ... Mas ...
Rahel terlihat memejamkan kedua matanya karena nikmat yang dirasa, tiba-tiba Saiful menghentikan gerakannya kemudian bertanya kepada Rahel, "Hmm ... Bagaimana rasanya? Itu yang saya maksud dengan seperti ini, mungkin besok lebih dari ini, ingat saya laki-laki dan kamu perempuan tidur bersama satu kamar mungkin tadi malam saya bisa menahan tapi tak tahu untuk besok-besok."
"Hmm ... nikmat sih sebenarnya tapi, bagaimana nasib sekolahku, akankah saya dikeluarkan kalau saya terlihat buncit perutku, dan apa kata para penghuni sekolah mengapa tiba-tiba menikah pasti terjadi apa-apa," terang Rahel.
"Rahel! Mengapa harus takut yang penting kita tidak melakukan apa-apa, toh seandainya kamu hamil itu pun lewat jalur pernikahan yang sah, sudahlah kita hadapi bersama apa yang akan terjadi, saya akan mulai mencari pekerjaan untuk memberi nafkah kamu," terang Saiful yang masih duduk di dekat Rahel.
Tiba-tiba Rahel memeluk tubuh Saiful dengan eratnya seraya berkata, "Jujur Mas, sebenarnya saya juga ingin sekali memeluk Mas, menuruti kemauan Mas, tadi malam saja saya tidak bisa tidur karena menahan perasaan itu, hingga tidak tahan saya cium kening Mas, eh ... malah perasaan itu menjadi-jadi, hingga hampir shubuh saya bisa terlelap karena letih mata ini."
"Tenang ya ... Sayang ... Mulai sekarang diriku sudah menjadi melikmu, tidak akan ku isi dan ku ukir nama wanita lain di dalam hatiku," terang Saiful.
Mendengar perkataan itu hati Rahel menjadi luluh, meleleh hingga tak sadar dia memeluk Saiful dan memberi ciuman terhangatnya.
Saiful membalasnya ciuman itu, kini keduanya dalam suasana yang tak terbayang sebelumnya, serasa melayang-layang terbang mengengelilingi bulan dan bintang-bintang.
Tiba-tiba bel jam dinding berbunyi nyaring.
Kriiing ..... waktu menunjukkan pukul 06.30 wib.
Sontak mereka tersadar dan melepaskan pelukan dan ciumannya seranya berkata,
"Hah ... Sudah pukul setengah tujuh mari kita siap-siap, berangkat sekolah, gih kamu dulu yang mandi jangan lama-lama ya!" terang Rahel.
"Siap Sayang," sahut Saiful yang beranjak dari tempat duduknya saat agak jauh dia kembali lagi dan tiba-tiba mencium pipi Rahel sambil berkata, "Terimakasih ciumannya tadi sayang, sering-sering ya kasih saya ciuaman seperti itu."
"Ih, kamu ya ... sudah cepat jangan sampai kita terlambat," terang Rahel.
Waktu terus berjalan dan mereka sudah bersiap berangkat ke sekolah dengan lengkap memakai seragam serta atribut sekolah, mereka berjalan bersama.
"Mas, Bagaimana kalau nanti kita bersandiwara?" tanya Rahel yang terlihat berjalan di sampingnya.
"Maksudnya bersandiwara?" sahut Saiful.
"Ya, nanti kamu seolah-olah menembak aku di depan teman-teman, dengan begitu mereka tidak akan curiga kalau kita sudah menikah, pasti mereka menyangka kalau kita dekat karena berpacaran," terang Rahel.
"Baik, apapun untuk kamu sayang pasti saya lakukan, demi kebahagianmu," terang Saiful.
"Ya sudah kalau begitu mari naik sepedah motor ini kita naik bersama, nanti kamu turun agak jauhan dari sekolah kamu masuk duluan baru saya," terang Saiful kembali.
"Baik," sahut Rahel.
Maka mereka mengendarahi sepeda motornya dan dengan gagahnya Saiful mengendarahi sepeda motornya apa lagi di belakangnya duduk seorang wanita cantik yang memakai hijab, nampak sekali wajah anggunnya.
Tak lama mereka hampir tiba di sekolahnya, dengan berat hati Rahel turun dari sepeda motor lalu berjalan kaki menuju sekolah itu.
Saat dia berjalan di halam sekolah semua para murid serta guru dibuatnya terpesona, memandang tanpa berkedip, karena pesona anggun wajah Rahel dengan hijabnya.
Sulis yang melihat dari kejauhan langsung berlari mendekatinya seraya berkata, "Rahel! Kamu kena setan dari mana ataukah malaikat turun memberi ilham, Subhanallah kamu terlihat wah ... sangat ... sangat ih ... tak bisa bicara lagi saya."
"Ah, biasa aja kali lihatnya jangan kayak gitu, kenapa juga kamu mengitari saya, memang ada yang aneh?" tanya Rahel yang sedikit bingung atas perilaku temannya itu.
"Ini mah, bukan lagi ada yang beda, berubah total, sebentar-sebentar saya melihat kedua bibirmu tidak seperti biasanya," ujar Sulis.
"Maksudmu apa sih, saya tidak faham apa yang kamu maksud," terang Rahel.
"Jujur ... kamu habis ciuam dengan siapa? saya faham perubahan bibirmu, lihat bibirmu terlihat merah merona padahal kamu tidak memakai lipstik, apa sama ... siapa ya..."tutur Sulis.
"Sudah Ah, mari masuk kelas! Sepertinya hampir bel berbunyi," kata Rahel.
"Uhui ... Rahel ... makin keren ... makin ajib, mau tidak saya menjadi imammu, " terang sabil yang dari arah belakangnya.
"Hmm ... Sabil jangan mulai deh, apa kamu tidak tahu kalau saya sudah punya ... ups," Rahel hampir keceplosan untung saja tidak di teruskannya.
"Rahel ... Punya apa ... memang kamu sudah punya pacar ... atau kamu sudah punya calon suami," terang Sabil.
"Iya Rahel kamu sudah punya apa," tanya Sulis.
"Hmm ... Itu lo punya apa itu kok lupa ... masak suami jangan ngacok deh saya kan masih sekolah," terang Rahel yang terlihat menyembunyikan wajahnya.
"Eh, siapa yang bilang suami calon suami," terang Sabil.
"Iya ... sih kamu ini bagaimana kok menjadi aneh," terang Sulis.
"Sudahlah jangan di fikir mari kita masuk kelas saja lihat sudah hampir masuk," terang Rahel.
Tak lama Saiful datang dengan mengandarahi sepedanya terlihat sangat tampil beda, penghuni dibuatnya makin terpesona terutama kamum hawa.
Saat sepeda motornya berhenti di parkiran taklama sudah banyak kaum hawa yang mendekatinya, sambil menggodanya.
Rahel yang melihat itu menjadi tersinggung dan tiba-tiba berlari di depan Saiful dan kembali lagi dan masuk kelas.
Saiful yang faham akan hal itu dia cepat-cepat beranjak dari tempat itu dan menyusul masuk ke dalam kelas.
Nah, Bagaimana kelanjutan kisahnya.
Mari! Imuti kisahnya.