Pagi itu burung-burung bernyanyi di atas pepohonan begitu merdunya ditambah cahaya sang surya sudah mulai menyingsing, pagi itu Rahel bersama Saiful menemui Ibunya untuk ikut pergi kesekolah supaya menjelaskan apa yang terjadi selama ini.
"Ibu!" Panggil Rahel pada Ibunya yang sedang duduk-duduk di ruang tamu habis masak.
"Iya Rahel, ada apa?" sahut Ibunya sambil mengambil cemilan.
"Itu Bu, pagi ini Ibu bisa ikut Rahel ke sekolah," terang Rahel.
"Kenapa Rahel? Ibu harus ikut ke sekolah," terang Ibunya.
"Ibu, Rahel sekarang hamil," kata Rahel sambil menundukkan kepalanya sedang tangan kirinya bergandengan tangan dengan Saiful, "Rahel takut Bu, temen-temen dan guru-giru menganggap bahwa Rahel Hamil duluan, karena saya bercerita pada temen-temen kami hanya berpacaran," terangnya.
"Rahel! Mengapa kamu tidak berterus terang dari dulu, jika seperti ini Bagaimana? Menjadi rumitkan," ujar Ibunya sambil berpindah posisi dan memeluk Rahel.
"Maafkan Saiful juga Ibu, Saiful tidak bisa menahan gejolak hati ini, inginnya Rahel tetep sekolah, entahlah mungkin teman-teman jika kami yang bercerita tidak akan percaya, atau malahan mereka menertawakan kami dengan tuduhan hamil duluan di luar nikah," terang Saiful yang duduk tertegun dan kemudian diam.
"Iya Bu, kami hanya bersandiwara di sekolahan jadi jika mereka sampai melihat perutku yang semakin membesar ... oh Ibu ... Rahel tidak mau sesuatu hal yang tidak di inginkan terjadi," terang Rahel.
Mendengar penjelasan seperti itu Ibunya siap menjelaskan sebenarnya apa yang terjadi, "Rahel! Baik Ibu akan ikut Rahel pergi ke sekolah, terus kemudian Rahel tetep sekolah atau bagaimana."
"Ya ... itu Ibu, Rahel jadi bingung, sebenarnya sih Rahel masih ingin meneruskan belajar, tapi Rahel malu jika pergi kesekolah dengan perut buncit, Rahel putus sekolah saja Ibu," terang Rahel.
"Ha ... Putus sekolah, Rahel! Nanti Ibu tak bilang sama Kepala sekolah supaya kamu di perbolehkan tetep sekolah yang nanti kalau sudah mulai membesar istirahat dulu," terang Ibunya sambil mengelus-elus rambut Rahel.
"Ibu! Kalau Rahel tetep sekolah apa kata temen Bu, sudahlah Bu ini sudah menjadi keputusan bersama, saya putus sekolah dan Mas Saiful juga keluar katanya dia ingin fokus bekerja untuk biaya kebutuhan anak kita nantinya," terang Rahel.
"Ya ...Sudah tidak apa-apa, sana siap-siap itu lihat sudah jam 06.45 menit bentar lagi udah waktunya masuk sekolah," terang Ibunya.
"Baik Ibu, oh ya ... Ibu ini acara repsepsi pernikahannya kapan sih, mohon ya Bu secepatnya sebelum perutku membesar," terang Rahel.
"Oh ... Iya ... kemaren sepertinya sudah disepakati yaitu kurang lebih satu bulanan lagi, jadi masih aman," terang Ibunya.
"Baik Bu Alhamdulillah," sahut Rahel.
Maka Rahel dan Saiful bergegas pergi ke kamar untuk persiapan.
"Mas! Pokoknya setelah ini Emas harus benar-benar bekerja demi anak kita." kata Rahel pada Suaminya yang sedang mengenakan pakaian sragamnya.
"Sayang! Saya sudah bilang setelah ini saya akan bekerja tekat saya sudah bulat ingin menjadi seorang ayah yang sukses untuk keluarga" terang Saiful.
Rahel tiba-tiba tersenyum manis pada Saiful san mendekatinya kemudiam memeluknya dari belakang, sambil berkata, "Mas! Jangan pernah tinggalkan aku ya, Saya cinta banget sama kamu, pokoknya jangan ada wanita lain selain saya, ingat Mas! Sekarang saya mengandung anak Mas, darah daging Mas sendiri, kita melakukan dengan saling cinta biar maut yang memisahkan kita."
Tidak sadar Saiful mulai ada getar-getar dihatinya secepat kilat Saiful membalikkan tubuhnya dan kemudian mencium bibir Istrinya sambil mendekapnya dengan erat, Saiful bergerak maju hingga jatuh di atas rajang, terulang kembalilah cinta Asmara mereka berdua.
Dari luar pintu terdengan suara Ibunya berteriak, "Rahel, Saiful lihat ini sudah jamberapa lama banget ganti seragam."
"Iya Bu, Ini sudah hampir selesai," sahut Rahel yang cepat-cepat pergi ke kamar mandi untuk mandi besar begitu pula Saiful.
Tak lama kemudian Rahel dan Saiful keluar dari kamarnya dan kemudian berangkat sekolah bersama Ibunya.
Waktu terus berjalan hingga mereka bertiga tiba di sekolaha kemudia menuju ruang kepala sekolah.
"Assalamu'alaiku," sapa Ibunya Rahel beserta anak dan mantunya.
"Wa'alaikumsalam Warahmatullahi Wabarakatuh," jawab Guru yang berada di kantor sebut saja nama Ibu Lidya.
"Iya ... Ibu bisa saya bantu? Ibu ingin bertemu siapa?" terang Ibu Lidya sambil menghada di depan komputer sesekali dia berdiri untuk melihat tamu yang datang atau meluruskan otot-otot.
"Itu saya ingin bertemu dengan kepala sekolah, kira-kira bisa bertemu tidak sekarang," tanya Ibunya Rahel.
"Oh Kepala sekolah masih belum datang, kira-kira lima belasan jam lagi datang, bisa ditunggu di ruang tamu," terang Ibu Lidya yang kemudian meneruskan pekerjaannya.
"Baik Bu," sahut Ibunya Rahel.
Rahel dan Saiful pergi ke kelas untuk mengikuti pelajaran terakhirnya.
"Oh ... Ini Minumnya Ibu, silahkan sambil di makan suguhannya," terang pelayan kantor.
"Iya Bapak, terimakasih banyak," terang Ibunya Rahel.
Tak lama kemudia Bapak sekolah tiba di kantor, tanpa menunggu lama langsung menemui Ibunya Rahel.
"Assalamu'alaikum, Ibunya Rahel ya," sapa Kepala Sekolah.
"Wa'alaikumsalam Warahmatullahi Wabarakatuh, Iya Bapak, saya orang tuanya Rahel," terang Ibunya Rahel yang terlihat membenarkan tempat posisi duduknya.
"Ada Apa ya Ibu?" tanya kepala sekolah dengan nada lembutnya.
"Itu Bapak, ada sedikit permasalahan tentang anak kami, tetapi sebelum saya bercerita Bapak jangan salah paham dulu," terang Ibunya Rahel.
"Iya ... Memang ada apa ya Bu?" tanya Bapak Kepala Sekolah yang terlihat mendengarkan dengan seksama.
"Itu kapan hari mungkin sudah satu bulan lebih, Rahel menikah siri dengan seorang laki-laki yang tidak sengaja terjadi kesalah fahaman, akhirnya harus dinikahkan siri, dan sekarang Rahel Hamil," terang Ibunya Rahel.
Mendengar Rahel Hamil kepala sekolah kagetnya bukan main, hingga badannya terangkat, tetapi dia cepat-cepat menguasahi dirinya.
Tidak disangka ada seorang murid yang sedang lewat di samping tembok dimana Ibunya Rahel dan Kepala Sekolah berbincang-bincang, dia tidak menyangka dia mendengar kata Rahel Hamil tanpa mendengar seutuhnya.
"Itu Bapak, tujuan saya kesini ingin meminta izin untuk anak saya ingin berhenti sekolah sekalian Saiful," terang Ibunya Rahel.
"Ha ... Jadi Rahel sudah menikah dengan Saiful anak baru itu, ini beneran atau rekayasa saja untuk menutupi kehamilannya, waduh bagaimana dengan repotasi sekolah ini Bu hingga kalau kabar kehamilan Rahel menyebar," terang Bapak Kepala Sekolah.
"Beneran Bapak bukan rekayasa, saya berani sumpah dan siap menghadirkan siapa yang terlibat pernikahan itu, makanya anak saya ingin berhenti sekolah sebelum itu terjadi, mohon jangan di sebarkan kemana-mana alasan Rahel berhenti sekolah, juga demi nama baik sekolah ini, terimakasih semuanya," terang Ibunya Rahel.
"Baik kalau begitu, biar Rahel dan Saiful di panggil kesini agar bercerita yang sebenarnya sebelum meninggalkan sekolah ini, sebenarnya sayang kalau dia harua putus sekolah Rahel itu juga banyak preatasinya, tapi bagaimana lagi, ya kalau bukan masalah hamil kami juga bisa memaklumi dan melarang harus putus sekolah," terang Bapak Kepala Sekolah.
Nah, Bagaimana kelanjutan Kisahnya.
Mari ikuti Kisahnya.