Hari itu sedang terik matahari membuat panas kulit wajah dan keringat di badan Saiful dan Rahel masuk ke ruangan kantor.
"Assalamu'alaikum," sapa Saiful, sambil masuk kemudian duduk di samping Ibunya.
"Wa'alaikumsalam Warahmatullahi Wabarakatuh, keaini Rahel, Saiful," jawab Bapak Kepala Sekolah.
"Maaf Bapak, ada apa ya?" tanya Saiful sambil memandang sedikit kepada Kepala Sekolah, sedang Rahel menundukkan wajahnya.
"Apa benar kamu sudah menikah siri, seperti yang dikatakan Ibumu, " tanya Bapak Kepala Sekolah.
"Iya Bapak, " sahut Saiful kemudian menundukkan wajahnya dalam-dalam.
"Kok bisa, padahalkan kamu masih baru masak sudah menikah, coba ceritakan bagaimana kisahnya biar tidak menjadikan prasangka buruk padamu.
"Begini, semuanya seperti bukan kehendakku, saya menemani dan mengantar Rahel pulang, lalu saat sudah sampai dan saya ingin pulang tiba-tiba dia pinsan karena khawatir maka saya bawa ke dalam rumah, saya menunggu hingga agak lama Rehel tidak sadar-sadar sedang di dalam rumah tidak ada seseorang pun, maka saya angkat dan aingin saya bawa ke rumah sakit ... Ah ketika saya keluar dari rumah ... eh ... tidak menyangka ada warga yang melihat saya, dia menyebarkan yang tidak-tidak sampai tidak bisa di bendung akhirnya terpaksa kami di nikahkan siri, beneran Bapak saya tidak melakukan apa-apa, setelah nikah Rahel juga masih sempat datang bulan," terang Saiful.
"Iya benar Bapak," sahut Rahel.
"Itu Bapak, mungkin ini hari terakhir kami sekolah," ujar Saiful.
"Lo, maksudnya kamu putus sekolah gitu," ungkap Saiful.
"Iya Bapak, ya secara Istriku sekarang sudah mulai hamil, saya tidak mau membuat berita yang tidak-tidak di sekolah ini, sebelum perutnya membesar saya mohon diri untuk berhenti sekolah," terang Saiful.
Terlihat Rahel tidak kuasa menahan tangis, cepat-cepat dia memeluk Ibunya dan menangis di pelukannya serasa berkata, "Ibu, maafkan Rahel ya Bu, Rahel membuat malu Ibu, merusak repotasi Ibu."
"Hmm, ... Sudah jangan menangis, semuanya sudah terjadi tidak usah di sesali ... toh disesali tidak bisa mengembalikan keadaan, semua yang terjadi sudah tercatat di atas sana," terang Ibunya dengan suara kalemnya dan sambil mengelus-ngelus rambut Rahel.
"Oh ... Seperti itu, Nah ... jika benar demikian, maka pihak dari sekolahan bisa memberi penjelasan kepada mereka yang bertanya," terang Kepala Sekolah.
"Iya Bapak, mohon dengan sengat jika nanti teman-teman bertanya mohon Bapak menjelaskan perihal ini," ungkap Saiful.
Dirasa sudah cukup maka mereka berpamitan pada Kepala Sekolah dan guru-guru, tak lupa dengan pada teman-temannya.
"Ibu, Ini saya sama Rahel mau ijin ke Kelas dulu Ibu tunggu disini dulu ya Bu," terang Saiful yang kemudian melangkah ke kelas.
Di dalam kelas anak yang tidak sengaja mendengar sekilas pembicaraan Ibunya Rahel dan Kepala Sekolah sudah menyebarkan perihal kehamilan Rahel, maka keadaan ramai dan saling menghujat mereka berdua.
Fuji juga salah satu teman Rahel satu kelas berkata pada teman sebangkunya, "Ha ... ternyata dia munafiq, katanya tidak-tidak mau pacaran ternyata malah hamil duluan, apalagi sama teman sekelas kita, ini ... mencoreng-coreng kelas kita."
"Iya tuh, dasar ternyata beberapa hari ini dia pakek hijab hanya buat menutupi kejelekannya saja, uh dasar," sahut teman lainnya.
"Jangan begitu di gali duku informasi itu benar atau tidak, nanti hanya gosib, sudahlah jangan mengata-ngatain mereka kita toh ... belum tahu yang sebenarnya," kata Sulis.
"Hei Sulis, saya itu mendengar dengan sendirinya Ibunya berkata," kalau Rahel sudah hami," Kata teman yang tidak sengaja mendengar pembicaraan itu tidak sempurna.
"Sudah, diam tidal mungkin Rahel berbuat sedemikian itu, tidak mungkin ... tidak mungkin," terang Sabil yang terlihat sangat kecewa mendengar kabar kehamilan Rahel.
Dari luar terdengar langkah kaki yang mendekat di kelas itu.
Kriek ...
Pintu terbuka sedang Saiful dan Rahel masuk lalu berdiri di depan teman-temannya.
Tak terduga pandangan para temannyanya sinis padanya malah-malah pada Rahel.
"Hai kamu berdua dasar munafiq, kamu hamil duluankan, hijabmu di kepalamu itu tidak pantas hanya kau menutupi kebusukanmu, kamu telah mencoreng-coreng kelas kita," terang indra salah satu temannya.
"Teman-teman tenang dulu, saya mau bercerita yang sebenarnya," kata Saiful yang berusaha menhentikan hinaan teman-temannya itu.
"Hai Rahel, saya sebagai teman akrabmu benarkah kamu hamil sekarang?" tanya Sulis yang masih belum percaya terhadap isu yang beredar.
"Ayo ... Jawab jangan diam saja," teriak teman-temannya.
Rahel diam seribu bahasa, karena tekanan dari teman-temannya dia terpaksa berkata, "Iya saya sekarang sedang hamil, maafkan saya teman-teman kejadiannya begitu cepat."
"Hu ... hu ... hu," sorak-sorak temannya.
Belum sempat menjelaskan Rahel tiba-tiba pergi begitu saja karena tiďak kuasa dengan circaan teman-temannya.
Begitu juga sabil yang tidak ada waktu untuk menjelaskan perihal itu dengan terpaksa dia segera kembali menyusul Rahel yang sedan menangis.
"Rahel, Sudahlah kita akan bahagia, toh nanti kita mencari sekolah kesetaraan jadi nanti masih bisa ujian.
"Sudahlah mari kita pulang saja, biar Bapak Kepala Sekolah yang menjelaskan kepada temen-temen sepertinya belum paham apa yang sebenarnya terjadi," terang Saiful.
"Iya Mas, mulai sekarang saya akan menjadi istri yang berbakti pada suamiku, saya juga memohon jangan pernah meninggalkan saya sendirian saya takut," terang Rahel.
Maka mereka pulang walau masih merasa jengkel karena di kata-katain.
Kabar itu cepat sekali menyebar kemana-mana hingga seluruh isi sekolah gempar dengan kabar tentang perihal kehamilan Rahel.
Kepala sekolah yang belum sempat menjelaskan ternyata sudah beredar kabar miringnya bahwa Rahel hamil duluan dengan Saiful. Para wanita-wanita yang sempat mengidam-ngidamkannya menjadi muak.
Waktu terus berjalan begitu saja, Saiful yang menyadari bahwa istrinya hamil dia sudah mulai bekerja keras, adakalanya minta bantuan orang, dan mencari lowongan kerja.
Selang satu minggu Saiful mencari pekerjaan dengan kegigihannya dia akhirnya mendapat pekerjaan yang sangat enak dan menjanjikan hasilnya.
Hanya butuh waktu dua bulan Saiful menjadi orang sukses karena kepandaian yang dia kelola dengan baik.
Tak terduka suatu ketika saat Rahel dan Saiful pergi ke puskesmas untuk mengecekkan bayi, bertemu dengan mantan Saiful saat SMP yang terlihat cantik, dia menyapanya kemudian berkata, " Halo ... Mas siapa ini."
"Oh ... Ini istri yang paling aku sayang," terang Saiful.
Wanita itu tidak bertanya apapun setelah itu bergi, sambil berkata," Mas, makin ganteng saja, hmm ... I Love u."
"Mas! Siapa dia, beraninya dia berkata seperti itu padamu," terang Rahel yang penasaran dengannya.
"Itu teman saya waktu di bangku SMP, bagaimana?" terang Saiful.
Baik mari kita pulang saja Mas, kayaknya sudah panas ini.
Dalam Hati wanita itu, hmmm ... lihat saja kalian tidak akan nyaman keluarga kalian selama ada saya, kamu telah mmbuat begini, satu minggu lagi kamu akan lihat kamu akan menjadi milikku, ha ... ha ....
Nah, Bagaimana kisah selanjutnya.
Mari ikuti kisahnya.