Rahel siang itu tidak berhentinya menangis karena putus sekolah Saiful yang sebagai suami melihatnya tidak tega, dia menghibur Istrinya dengan berbagaicara dari memberikan pelukan, bercerita dengan mengucapkan janji manis, jalan-jalan juga.
Suatu Rahel dan Saiful mulai tidak kefikiran sekolahnya lagi mereka hidup sangat bahagia canda tawa, dan obrolan manis mereka lakukan hingga membuat iri teman-teman mereka.
Waktu terus berjalan begitu cepat hingga waktu yang telah dijanjikan sudah hampir tiba yaitu menyelenggarakan resepsi pernikahan, undangan sudah mulai menyebar ke teman-temannya baik sari pihak Rahel maupun Saiful.
Tidak lupa juga Saiful memberi undangan pada mantan waktu SMP dulu, saat dia mengetahui betapa bencinya apalagi Saiful kini telah menjadi orang yang bisa dibilang sukses, maka Mantannya itu mempunyai niat menghancurkan leluarga Saiful dan Rahel agar bisa dia miliki.
Ya Tasya namanya, dia sangat sakit hati mantannya yaitu Saiful menikah dengan perempuan lagi, karena dia wanita yang suka harta, ya ... cewek matre yang pantas sebutan untuk dia, dengan berpenampilan ala seksi untuk menjerat kaum laki-laki yang beruang.
"Hah ... Saiful ... mengapa kamu menikah dengan orang lain, kamu suruh saya hadir dalam pernikahan itu ... oh tidak, jangan harap ya ... hmm tapi, itu bisa menjadi kesempatan saya untuk kembali bisa memilikimu, baik saya akan hadir dan lihat apa yang akan saya lakukan padamu," terang Tasya yang terlihat masih duduk di kursyi dengan sambil meminum teh dan kedua matanya fokus memandang undangan resepsi pernikahan Saiful dan Rahel.
"Saiful kamu itu sudah ganteng, sukses lagi siapa coba yang tidak tertarok pada kamu, hmm ... lihat saja nanti saya akan melakukan seauatu hal yang sudah pernah saya lakukan pada si berkumis, setelah hartanya saya kuras habis baru saya tingggalkan ... ha ... ha ... ha ... sekarang itu ya ... harus ada uang ... uang dan uang," terang Tasya pada dirinya sendiri.
"Dulu saya pernah melakukannya dan berhasil, semoga kini juga berhasil, nanti setelah hartamu habis baru saya buang kamu jauh," terang Tasya kembali pada hatinya.
Hari yang di tunggu-tunggu telah tiba, Rahel dan Saiful terlihat bagai sang Raja dan Permaisuri duduk di kursyi pelaminan, walau terlihat perutnya sudah mulai terlihat hamil namun cantik wajahnya membuat orang nyaman memandangnya. Walaupun tidak sedikit yang mencibirnya yaitu hamil duluan, namun Rahel sudah banyak di kasih masukan dan nasihat oleh Saiful sehingga merasa tenang.
Dari pintu masuk terlihat wanita sangat cantik berambut lurus berkebayak memasuki ruangan itu, kedua matanya tidak lepas memandang mempelai berdua yang sedang asyik candaannya diatas kursi berhiaskan bunga-bunga yang sedang mekar, bibirnya yang tidak berhenti seperti membaca mantra, dia duduk di kursi tamu yang sudah disediakan bersama para tamu lainnya, sesekali dia tersenyum tipis karena disapa dan menyapa tamu lain walau dihatinya bergejolak seperti air mendidih.
Dalam hatinya tak berhenti mencari cara bagamana agar bisa melakukannya dengan berkata, "Hmm ... Bagaimana caranya saya untuk bisa membubuhkan benda ini ya, masak saya tiba-tiba mengasih gitu, apa dia mau ya ... baiklah mungkin nanti saat ada kesempatan baru saya bubuhkan."
Tak lama kemudian Saiful berdiri dan mendekati temannya untuk diajak mengobrol tidak menyangka dia juga melihat mantannya itu, dia langsung memanggilnya, "Hai ... Tasya kesini dong ... ih kamu makin cantik saja, mana suamimu."
"Ih ... kamu ini bisa saja, terimakasih pujiannya ... oh iya ... maaf kamu kok gitu sih ... mana ada yang mau sama saya Mas Iful," terang Tasya dengan gemulainya sambil berkedip dan sesekali menutup mulutnya dengan tangan kanannya.
"Sudah ... Silahkan duduk semuanya ... terimakasih sudah menyempatkan hadir kesini ... saya tuh bahagia sekali kalian bisa hadi di sini, ha ... setelah ini baru kalian menyusul," kata Saiful dengan sambil tertawa lepas.
Tasya yang melihat itu dalam hatinya berkata, "Huh, kamu bahagia diriku kesakitan ... seharusnya kamu itu milikku, mengapa juga dulu saya memutusnya, ah ... gara-gara dia Robet saya kehilangan Mas Iful, tapi Robet dulu juga kaya sih."
"Kok melamun ... hai ... Tasya!" tanya Saiful.
"Hmm ... Apa?" Maaf, haus jadi halu deh," ujar Tasya dengan nada manjanya.
"Oh ... iya lupa belum dikasih minuman, tunggu sebentar ya saya ambilkan," terang Saiful sambil berdiri.
"Mas ... Tidak usah biar saya saja yang ambil, tidak mengapa masak pengantin mengambilkan minuman, beneran biar saja yang mengambilkan," terang Tasya.
Dalam hatinya berkata, "Ha ... Ini kesempatan emasku takkan saya sia-siakan ini."
Tasya berdiri dan mulai beranjak dari tempatnya, saat dia mendapatkan minuman itu dengan cepat dia membubuhkan serbuk itu kedalam minuman Saiful dan tidak lupa dia membaca mantra yang disarankan oleh orang pintar waktu dulu.
"Tara ... Ini dia minumannya, ini buat saya ... ini buat kamu dan ini buat pengantin yang berbahagia, silahkan diminum mumpung masih dingin nanti keburu panas," terang Tasya sambil tertawa karena bercandanya.
Tasya memulai meminumnya, dan kemudian mereka juga ikut meminum tidak terjadi apa-apa dan memang efeknya tidak langsung bereaksi mungkin membutuhkan waktu satu minggu untuk mengaktifkannya.
"Ha ... Lihat Mas ... Sebertar lagi kamu akan menjadi milikku, dan hartamu itu akan kau berikan padaku ... Ha ... Ha ... Ha," ungkap Tasya dalam hatinya sendiri.
"Ya sudah kalau begitu mungkin sudah cukup sampai disini dulu ya ... maaf tidak bisa menunggu hingga acara selesai, baik kalau begitu saya pulang dulu," kata Tasya pada Saiful, sambil berjabat tangan dan memberikan amplop yang berisi uang, dia juga tidak lupa bersalaman dengan Rahel yang sedang beramah tamah dengan saudara-daranya.
"Hai ... Mbak selamat ya atas pernikahanmu semoga bahagia selalu," terang Tasya sambil mengedipkan salah satu matanya.
"Iya ... Mbak terimakasih sudah mau hadir, temannya Mas Saiful ya ... kenalkan nama saya Rahel," terang Rahel yang terlihat sifat polosnya.
"Hmm ... Iya saya teman SMP dulu, ya ... senang berkenalan denganmu, semoga kita menjadi sahabat yang baik ya," terang Tasya yang kemudian beranjak dari tempat itu.
Terlihat acara itu berjalan begitu meriahnya, karena kesuksean Saiful dalam berbisnis membuat acara resepsi pernikahannya menjadi megah, dan ramai pengunjung.
Waktu terus berjalan, hubungan mereka semakin hari menjadi semakin baik, rasa cinta mereka juga semakin tumbuh. Setelah satu minggu berlalu benih-benih yang Tasya taburkan itu mulai ada efeknya.
Entah mengapa tiba-tiba Saiful memikirkan Tasya, tiada waktu tidak memikirkan semakin hari bayangannya semakin jelas di fikiran hingga rasa cinta pada Rahel mulai pupus, jika melihatnya tiba-tiba rasa benci yang muncul.
Rahel pun juga merasakan hal yang berbeda dengan Suaminya, dia menjadi takut kehilangan was-was mulai bermunculan, permasalahan kecil bisa menjadi besar, benih-benih kebencian mulai merambat.
Rahel yang terlihat mengandung besar enam bulan merasakan hal itu menjadi tertekan karena Ibunya khawatir akan bayi yang dikandungnya maka dengan berat hati Rahel harus pulang ke rumah agar Ibunya bisa menjaganya.
Dan Saifulpun menjadi bingung akan dirinya sendiri saat jauh merasa kangen tetapi saat dekat sangat membencinya.
Nah, Bagaimana kisah selanjutnya.
Mari ikuti kisahnya.