Chereads / Korban Broken Home / Chapter 9 - Sandiwara Cinta Part 2

Chapter 9 - Sandiwara Cinta Part 2

Kriiing ....

Terdengar bunyi bel masuk kelas, Saiful cepat-cepat masuk kelas dia mulai berdrama seolah-olah tidak begitu akrab dengan Rahel.

"Ups ... Kamu ... terlihat beautiful full," ujar Saiful pada Rahel yang duduk di sampingnya.

"Apaan sih maksudmu, jangan lebay deh," kata Rahel.

"Beneran sumpah kamu dengan berhijab bertambah cantik ... benar gak teman-teman," terang Saiful sambil berdiri dan menoleh ke erah teman-temannya.

"Hai ... Kamu ... awas ya, kalau berani-berani mendekati Rahel pujaan hatiku, ingat! ... Sabil namaku," terang Sabil pada Saiful yang terlihat tersenyum tipis dalam hatinya berkata, "Hmm ... dia tidak tahu kalau Rahel sudah menjadi istriku, entah apa yang akan kamu lakukan jika tahu itu semua."

"Hai ... Hai ... Hai, Pujaan! Oh tidak ... Sudah berapa kali harus saya jelaskan sampai kapan pun saya tidak mau," kata Rahel yang menoleh kearah Sabil dengan tatapan yang tajam.

"Sampai ada janur melengkung di rumahmu aku akan berusaha untuk mendapatkanmu, tidak mendapatkan sekarang besok pasti aku dapatkan," terang Sabil.

"Hei ... kamu kalau dia tidak mau ya jangan di paksa seperti itu dong, biarlah dia memilih sendiri menentukan piluhannya, toh masih banyak yang lain," terang Saiful yang mulai panas.

"Siapa kamu? Beraninya berkata padaku seperti itu, memang kamu apanya melarang saya mencintainya, apa kamu kekasihnya? Oh no kamu anak baru kemaren aja sudah berlagak disini," terang Sabil terlihat kedua tangannya mengepal dan bergetar.

"Kalau memang saya kekasihnya Bagaimana?" terang Saiful.

"Tidak mungkin, kamu saja baru masuk kemaren juga belum kenal sama dia bagaimana kamu diterima, saya aja yang setiap hari bersama belum diterima ... jangan mimpi," terang Sabil.

"Baik akan ku buktikan, dia akan menerima cintaku dengan usahaku," terang Saiful.

"Sudah ... Sudah apaan sih, kamu juga mengapa berkata seperti itu, itu Ibu Guru Yunita sudah mau masuk kelas," terang Sulis.

"Assalamu'alaikum ... Pagi murid-murid," sapa Ibu Yunita pada murit-murit.

"Wa'alaikum Salam Warahmatullahi Wabarakatuh ... Pagi juga Ibu Guru.

"Bagaimana kabarnya murid-murid?" tanya Ibu Guru.

"Baik Bu," sahut para murid dengan serentak.

"Murid-murid, silahkan buku pelajaran sekarang yaitu Sejarah Indonesia," perintah Ibu guru sambil membenarkan posisi kacamatanya.

Waktu berjalan begitu cepatnya hingga waktu istirahat tiba.

Saat itu di kelas terlihat mereka semua murid akan keluar kelas tetapi Saiful cegah dengan tiba-tiba maju kedepan kelas dan menarik tangan Rahel seraya berkata, "Teman-teman tunggu sebentar ada sesuatu yang penting untuk saya katakan, dengarkan semua! Di pagi menjelang siang ini yang tubuh kita mulai terasa panas oleh matahari, saya umumkan."

"Oh ... Jangan bilang kalau kamu mau menembak Rahel," terang Sulis yang memandangnya tanpa berkedip apa yang akan terjadi pada keduanya.

"Ih ... Apaan sih ini Rahel, tidak lucu ya ... jangan tinggalkan diriku sendiri." terang Sabil dengan suara lantangnya sambil berdiri.

Rahel dan Saiful tidak memperdulikan mereka berkata apa, mereka tetap menikmati suasana bahagia itu.

"Dirimu Bagaikan pelita bagiku, saat diriku dalam kegelapan tidak tahu arah.

Dirimu bagaikan air yang dapat menghilangkan dahaga perasaan cinta ini, dengan kekurangan dan kelebihan saya pada hari ini dengan disaksikan oleh seluruh teman-teman saya mengajak dikau Rahel maukah kamu menjadi pacarku, menjadi teman hidupku, yang kelak akan menjadi belahan jiwaku, saya berjanji akan setia selamanya, karena saya sangat ... sangat cinta kepadamu," terang Saiful yang terlihat memegang kedua tangan Rahel dengan berlutut di depan Rahel.

Teman-temannya yang melihat itu ada yang bersikap acuh tak acuh, ada yang bersikap biasa saja, juga ada yang baper melihat keromantisan pasangan itu.

"Saiful ... Mengapa kamu memilihnya, bagaimana nasib saya," terang Rara yang juga termasuk teman sekelasnya.

"Kamu sangat tega menyakuti saya, sudah dari pertama saya melihatmu sudah jatuh hati, tapi mengapa kamu malah memilih dia," imbuhnya.

"Hmm ... Maafkan diriku, saya sudah dari pertama masuk kelas ini dan melihatnya sudah jatuh hati," terang Saiful pada Rara.

Tiba-tiba Rara berlari pergi dari ruang kelasnya, dengan sengaja menabrak Rahel.

"Hmm ... Bagaimana Rahel kamu menerima cintaku padamu," tanya Saiful.

"Hmm ... Saya ... emm ... Bagaimana ya? Tapi ..." tanya Rahel yang terlihat menggerakkan tubuhnya ke kanan dan ke kiri.

"Sudahlah Rahel terima saja, nanti menyesal jika tidak kamu terima, lihat! Sudah banyak yang menanti, sudah banyak yang kecewa karena ini," terang Bambang yang duduk di bangku paling belakang.

"Iya ... Terimasaja, saya sebagai wanita juga mengharap dia menembak saya tetapi malah kamu yang beruntung, sudah lah jangan malu," terang Yuliani sambil berdiri kemudian duduk kembali.

"Bagaimana ? Apakah kamu menerima cintaku? Jangan diam begitu, harus apa saya? Untuk membuktikan kesetian saya ini.

"Baik, saya terima cintamu dengan satu syarat," kata Rahel yang terlihat membalikkan tubuhnya lalu kembali asal semula.

"Apa itu syaratnya? Pasti saya akan penuhi demi cintaku padamu," jawab Saiful.

"Kamu harus traktir teman sekelas kita, besok!" kata Rahel.

"Baik, Besok ya semua temen kita makan gratis saya traktir, maka kalau bisa masuk semua," terang Saiful yang terlihat memasukan tangannya ke saku dan mengeluarkan satu tangkai bunga yang akan di selipkan di telinga sebelah kirinya.

Tiba-tiba Sabil berlari kencang dan secepat kilat dia meraih bunga yang berada di tangan Saiful, maka terlihat bunga itu hancur berserakan sambil berkata, "Ingat sampai kapan pun saya tidak akan terima kalau kalian bersatu, ... semuanya bubar ... bubar ...!"

"Hei ...! Memang siapa kamu ini, berani-beraninya mengancam, kamu juga harus tahu, silahkan tidak terima kamu ancam pun saya tidak takut," kata Saiful yang merasa geram akan tetapi dia tahan.

"Kamu juga jangan sok, anak baru sudah belagu, jangan mentang-mentang kamu tampan banyak wanita tergila-gila sama kamu, lalu kamu semaunya sendiri," terang Sabil terlihat tangannya sudah seperti akan memukulnya.

"Ih ... Kamu tuh ngomong apa sih, siapa yang semaunya sendiri, Kalau memang sebenarnya saya cinta sama Rahel, kamu mau apa?" tanya Saiful.

"Rahel itu milikku, Jangan kamu rebut dia dariku, dia milikku," terang Sabil.

"Hei, Siapa juga yang mau sama kamu, kamu tuh yang semuaunya sendiri, sok anggkuh, itulah yang membuat aku tidak suka sama kamu," terang Rahel.

"Lihat, tunggu waktunya kamu akan menyesal karena berurusan denganku," terang Sabil pada Saiful kemudian pergi.

"Sudah jangan takut, banyak kok yang masih mau bersahabat denganmu," terang Jazuli.

"Iya, terimakasih atas semuanya, teman-teman yang sangat baik padaku." terang Saiful.

"Maafkan saya, ya Sayang Rahel, bunganya rusak tidak jadi saya selipkan di atas telingamu, semua gara-gara si dia, padahal sudah saya siapkan agar terlihat romantis ternyata tidak sesuai dengan keinginan," terang Saiful.

"Iya, ... tidak apa-apa, jangan khawatir mulai sekarang kita sudah jadian, jadi sudah tidak ada rahasia diantara kita berdua," terang Rahel.

"Huuu ..." Sahut teman-temannya.

Nah, Bagaimana kisah selanjutnya?

Mari kita ikuti Kisahnya.