Hari itu waktu sudah menunjukkan pukul 13.25 Wib waktu pulang sekolah terlihat Saiful dan Rahel berjalan bersamaan menuju parkiran sepeda dengan bercanda tawa, bagai terkena angin khabar jadian mereka tersebar luas, hingga para penggemarnya banyak yang kecewa.
Terlihat mereka melihat Rahel dan Saiful berjalan dengan bercanda ria, sebagian mereka ada yang memukul bahu temannya, sebagian lagi ada yang tidak sadar meneteskan air mata sambil berkata, "Mengapa kemaren minta nomer ponsel saya, saya kira dia mau mengajak saya ketemuan lalu menyatakan cintanya padaku, ternyata dia malah menyakiti aku."
Dari tempat lain ada sepasang mata yang selalu mengintai mereka berdua dan membuntutinya dari kejauhan, Rahel mulai menaiki sepeda motornya tak lama kemudian melajulah kendaraan itu hingga tak terlihat.
Di tengah perjalanan tepatnya di persawahan mereka dihadang oleh beberapa orang yang terlihat bertubuh kekar, terpaksa mereka berhenti dan turun dari sepeda motornya, Saiful mendekati orang itu seraya berkata, "Maaf ya Abang saya mau lurus tolong beri saya jalan." terlihat di dekat sepeda motor Rahel juga agak geram oleh pemandangan seperti itu, tapi dia menahan secara sebagai pendekar tidak bisa diam jika melihat hal seperti itu akan tetapi dia membiarkan karena ada Saiful.
"Apa? Kasih jalan! ... Kasih dulu gadis itu pada kami baru saya kasih jalan, "terang Hendra salah satu penghadang itu.
"Emang ya apaan? Barang ? Eh ... Jangan sentuh dia, berani sentuh ... hmm tinggal memilih kanan atau kiri," terang Saiful.
"Hah ... Kamu mengancam saya, kamu sendirian sedangkan saya punya teman empat," terang Hendra sambil menaruh kedua tangan di pinggangnya dan kedua matanya terlihat melotot.
"Walaupun kalian sepuluh saya tidak mundur setapak," tutur Saiful.
"Dasar bocah kemaren sore aja sok hebat, ... Hei kalian dekati gadis itu saya ingin tahu seberapa dia berani dengan kita, ha ... ha ... ha," ujar Hendra pada temannya.
Maka Rahel di dekati empat seorang laki-laki yang terlihat bertubuh kekar, Rahel bersikap biasa seoalah-olah tidak bisa apa-apa.
"Hei ... Stop ! ... Jangan," teriak Saiful pada teman-temannya Hendra, "Kamu juga ... apa salah saya ... saya saja belum pernah ketemu kamu," kata Saiful yang terlihat wajahnya memerah.
Tiba-tiba tangan Saiful melayang ke wajah Hendra ...
West ...
Secepat kilat juga Hendra menangkis pukulannya, sehingga pukulan Saiful mengenahi ruangan kosong.
Cepat-cepat Saiful membalikkan badan dan kemudian langsung melepaskan pukulan keduanya, Hendra kembali lagi menghindar sehingga Saiful memukul ruang kosong lagi dan terjungkal ke tanah, dia menjadi tambah marah seraya berkata, "Hei ... beraninya kamu cumak menghindar saja, mari kita buktikan siapa yang lebih laki-laki."
"Hmm ... begitu saja kamu sudah terjungkal apalagi saya ladeni, lihat saya ajari cara memukul dengan benar," terang Hendra yang terlihat tenang tetapi menyimpan rasa marah.
Pleng ...
Satu tonjokan mengenahi hidung Saiful hingga terlihat mengeluarkan darah dan terjungkal.
"Segitukah kelakianmu ... lihat siapa yang lebih laki-laki," kata Hendra kemudian mendekati Rahel sambil memperhatikan Saiful.
Saiful haya bisa berteriak sambil menjulurkan tangan kirinya "Jangan ... Jangan," tubuhnya sulit dibangunkan.
"Hai gadis manis!" sapa Hendra sambil melemparkan tangannya untuk melepas hijabnya.
Tidak disangka dengan cepat tangan Rahel nenepisnya kemudian menunjuk kemuka Hendra sambil berkata, "Tak kan saya biarkan kamu ... kamu ... dan kamu menyentuh tubuhku, walaupun saya perempuan juga tidak takut."
"Oh ... ternyata kamu berani juga ... baik sebenarnya saya enggan berkelahi sama perempuan ... tetapi berhubung kamu berani menepis tanganku maka jangan salahkan saya jika berbuat kasar," terang Hendra.
Rahel mundur satu langkah dan tubuhnya sudah mempersiapkan kuda-kuda terlihat kedua tangannya mengepal siap melumpuhkan lawannya.
"Oh ... ternyata kamu seorang pendekar, baik semakin berani untuk bermain-main denganmu hai gadis manis," terang Hendra.
"Sudah jangan omong kosong, kebanyakan omong, buktikan kalau kamu benar laki-laki, palingnya kamu banci, waria ..." ledek Rahel.
Barulah Hendra menyerang Rahel duluan, dengan lincahnya Rahel menepis serangan Hendra berkali-kali Hendra menghantam ruang kosong, tidak lama mereka sudah meningkat kejurus ke sembilan seperti imbang antara Rahel dan Hendra.
Saiful yang masih diposisi yang awal merasakan darah yang masih keluar dari hidungnya merasa sangat geram dan sedih mengapa tidak bisa membantu Rahel yang berkelahi, dia berkata pada hatinya, "Ya Allah ... ternyata dia seorang pendekar ... apalah artinya diriku tidak bisa apa-apa malah istri yang menolong saya, seharusnya saya membantu dia tapi bagaimana lagi saya hanya bisa menonton."
Teman Hendra yang berjumlah empat mundur dan juga memasang kuda-kuda menunggu aba-aba BoS memerintahkan untuk membantu.
Sementara itu perkelahian masih berlangsung walau Rahel perempuan tetapi dia sangat bertenaga sedang Hendra mulai kehabisan tenaga, saat Rahel mendapatkan kesempatan Hendra lengah baru dia meluncurkan pukulannya mengenai pipi, bibir dan hidung Hendra sehingga darah segar muncrat dari hidungnya dan bibirnya terlihat bengkak dan mengalir darah sedikit.
Maka Hendra menghentikan perkelahiannya sebentar sambil mengusap darahnya dengan tangannya serta berkata pada temannya, "Kalian diam saja! Hajar dia jangan biarkan dia lolos, dia harus membayarnya."
Dengan cepat Rahel memasang kuda-kuda serta kedua matanya melihat kesana kemari seakan-akan membaca pergerakan lawan.
Terlihat keempat pemuda itu menyerang bersamaan, Rahel dengan cepat berlari menuju lawan yang berada di depan akan tetapi saat sudah hampir dekat dia merubah haluan, tidak di sangka dia meluncurkan pukulan pada lawan yang berada di belakangnya yang persiapannya kurang begitu matang, maka dengan sekali pukul langsung tersungkur di bawah pohon sarden dan terlihat darah juga mengalir dari mulutnya karena hantaman pukulan Rahel.
Kini tinggal tiga yang harus di kalahkannya, dengan menggunakan taktik berlari menjauh, tiba-tiba dia berlari menjauh maka ketiganya dengan cepat menyusulnya, baru dia membalikkan tubuhnya dan kemudian siap menghadang mereka yang paling depan sendiri.
Tidak disangka tiba-tiba Rahel meluncurkan tangan kanannya akan tetapi kakinya terlibih dahulu menendang malang kedua kaki musuhnya sehingga tersungkur duluan, dan kepalanya menghantam pohon sehingga pusing seperti tidak sadar.
Rahel kembali berlari menghadang mereka berdua tiba-tiba mereka lari menjauh takut dan tidak memperdulikan teman-temannya.
Baru Rahel mendekati Hendra seraya berkata, "Hai banci! Lihat anak buahmu mau apa kamu? Apa juga mau menyusul seperti mereka."
"Awas mungkin sekarang saya kalah tetapi besok lihat akan ku balas semua ini ... ingat! Kamu harus membayar mahal semua ini," terang Hendra yang kemudian pergi menjauh dari hadapan Rahel.
Cepat-cepat Rahel mendekati Saiful seraya berkata, "Mas! Kamu tidak apa-apakan? Tenang mereka sudah pergi, mari berdiri."
"Sayang! Maafkan saya tidak bisa membantu kamu, seharusnya saya yang melindungimu, ini masih terasa sakit," terang Saiful yang mulai berdiri.
"Sudah, jangan bicara seperti itu kita saling melindungi, mari kita pulang," ajak Rahel.
Tidak jauh dari situ Sabil merasa sangat geram karena rencananya gagal.
Nah, Bagaimana kisah selanjutnya.
Mari ikuti kisahnya.