Chereads / Andai Kau Takdirku / Chapter 16 - Chapter 16 : Kumohon Bertahanlah Luna

Chapter 16 - Chapter 16 : Kumohon Bertahanlah Luna

"Baby? Siapa yang menelfon?" Clarissa merengkuh lengan kekasihnya. Ia bergalut manja disana, seraya mengusap lembut dada sang pria dengan sensual.

"Bukan siapa-siapa baby. Kenapa kau disini? Udara sangat dingin. Ayo masuk."

Daniel segera memasukkan kembali ponselnya, agar Clarissa tak mengetahui bahwa Luna yang telah menelfonnya tadi.

Clarissa memanyunkan bibirnya. Namun ia menurut dan berjalan masuk ke dalam rumahnya.

*

*

"Baby, kenapa kau begitu tampan hm? Aku bahkan tak bisa berhenti memikirkanmu."

Clarissa tak henti-hentinya menghirup aroma maskulin di ceruk leher kekasihnya. Jemarinya yanh lentik, menari-nari di pucuk dada sang pria. Bahkan ia tak malu untuk sesekali memilin pucuk dada kekasihnya.

Clarissa, wanita cantik dengan tubuh indahnya itu tengah mengenakan lingering berwarna soft pink yang sedikit transparan.

Bahkan Daniel dapat dengan jelas melihat lekukan tubuh kekasih gelapnya. Pinggangnya yang ramping, lekukannya yang indah, dan sepasang buah kembar berbentuk bulat padat dengan pucuknya yang menegang. Tentu keindahan yang didambakan semua pria.

Saat ini, Clarissa tengah duduk diatas pangkuan Daniel. Pria itu duduk diatas sofa biru yang terletak di kamar Clarissa. Tiga kancing baju dari atas, telah dibuka. Menampilkan dada bidangnya yang seksi dengan pahatan otot yang mengembang.

Clarissa duduk menyamping di pangkuan Daniel. Membiarkan tangan sang pria melingkar di pinggangnya yang ramping. Clarissa terus mengendus pada ceruk leher kekasihnya. Lalu pinggulnya perlahan bergerak, memancing hasrat agar milik Daniel di bawah sana terbangun.

Jemarinya yang lentik memilin pucuk dada kekasihnya. Lalu perlahan naik, mengusap nakal ceruk leher hingga rahang sang pria.

"Baby, do you love me?" bisik Clarissa dengan suara seraknya yang begitu sensual.

Namun Daniel tak menjawab. Ia justru menarik wajah Clarissa. Membawanya dalam pangutan yang basah dan sedikit menuntut. Ia menarik kaki Clarissa. Membuat wanita itu kini membuka kakinya, lalu duduk menghadap dada Daniel.

Daniel mengarahkan lengan Clarissa untuk melingkar di lehernya. Lalu tangan Daniel merayap naik, meremat pelan rambut Clarissa hingga wanita itu mengeram dalam lumatan mereka.

Clarissa terbawa hasrat yang meledak-ledak. Ia menggerakkan pinggulnya semakin cepat. Merasakan sesuatu yang menegang di bawah sana bergesekan dengan liang kewanitaannya yang masih terbalut kain renda berwarna soft pink di bawah sana.

Daniel menurunkan jemarinya, bergerak pelan menuju area kewanitaan kekasihnya. Perlahan, telunjuknya meraba area intim Clarissa. Dan ia dapat merasakan kain renda yang telah basah.

Daniel tersenyum puas. Kekasihnya telah terbawa nafsu. Daniel pun segera memainkan jarinya di bawah sana. Memberi rangsangan pada kekasihnya. Clarissa tak dapat menahan erangannya. Ia memeluk Daniel dengan erat. Menempelkan tubuh mereka, hingga terdengar suara gesekan dari kain yang mereka kenakan.

Daniel tak dapat menahan hasratnya lagi. Ia mengangkat tubuh Clarissa ke ranjang. Dan melanjutkan aksinya untuk mencari peluh di atas ranjang bersama kekasih gelapnya.

*

*

"Daniel tak dapat dihubungi lagi, Na?"

Luna menoleh pada sahabatnya. Ia menggigit jari telunjuknya seraya terus menekan layar ponselnya. Memanggil kontak yang telah ia panggil belasan kali. Namun tak ada jawaban.

"Ini sudah dua minggu Na. Daniel sangat keterlaluan!"

Rosa begitu marah pada kelakuan pria yang berstatus tunangan sahabatnya. Sudah dua minggu Daniel menghilang. Dan selama itu juga Daniel tak pernah menghubungi Luna lebih dulu. Selalu Luna yang menelfonnya lebih dulu. Bahkan itupun hanya sekali dua kali diangkat oleh Daniel. Sisanya, panggilan Daniel ditolak. Atau tak diangkat olehnya. Puluhan pesan yang dikirim Luna, selalu diabaikan. Tak sekalipun Luna mendapat balasan dari pesan-pesan yang ia kirim melalui pesan Whatsapp.

"Sial! Tak diangkat lagi! Bajingan itu, kemana dia sebenarnya." Luna sudah kehilangan kesabarannya. Selain dia harus menutupi keretakan hubungannya pada orang di sekitarnya. Luna juga harus bersikap baik-baik saja pada calon mertuanya. Ia bahkan harus berbohong, mengatakan bahwa Daniel sedang dinas keluar kota. Ia tak mau, orang tuanya ikut campur dalam urusan pribadinya dengan kekasihnya sendiri. Ia yakin, bahwa bisa mengatasi masalah ini berdua dengan Daniel. Tanpa ada campur tangan orang tua mereka. Karena hal itu akan menimbulkan masalah yang lebih parah lagi. Luna tak mau hal itu terjadi.

"Kita susul saja ke Phuket." Usul Rosa yang sudah berapi-api karena amarah yang meledak.

"Kita sudah melakukannya Ros! Kau lupa? Bahkan kita sudah mencari ke semua hotel dan villa di sana. Tapi tak ada satupun nama Daniel tertera dalam daftar inap mereka. "

"Kau benar. Lalu sebenarnya dimana dia berada?"

"Akupun tak tau. Bahkan Anji saja tak tau dimana keberadaan Daniel."

"Dia tau. Tapi tak mau memberitau kita." Ketus Rosa.

"Tidak Ros. Anji orang yang baik. Dia tau kelakuan Daniel kali ini kelewatan. Dan Anji juga membantu kita. Dia akan mengatakan pada kita, kalau tau dimana keberadaan Daniel. Tapi sampai saat ini, Anji masih yakin kalau Daniel berada di Phuket. Meski tak tau dimana tepatnya dia berada."

"Arrghh!! Aku pusing. Kenapa kau harus berakhir dengan pria bajingan itu Na? Aku tak habis pikir. Dia bisa setega itu padamu. Calon istrinya sendiri."

"Entahlah Ros. Aku juga tak menyangka dia melakukan ini. Sikapnya berubah setelah pergi ke Phuket sebulan lalu. Awalnya kupikir Daniel menjaga jarak denganku agar aku bisa beristirahat dan fokus pada kesehatanku. Lalu pertengkaran kecil kami karena penundaan pernikahan itu. Kupikir Daniel akan mengalah seperti sebelum-sebelumnya. Dan akan tetap melangsungkan pernikahan sesuai tanggal yang kami tentukan setelah hasil lab ku keluar. Tapi nyatanya tidak. Semuanya justru semakin buruk."

"Luna, tenang okay?" Rosa mengusap punggung temannya yang kini mulai menangis.

"Kupikir semuanya akan membaik setelah hasil rontgenku keluar. Kupikir sikap Daniel akan kembali hangat seperti sebelumnya. Kecurigaanku padanya, tentang kejadian di ruang kerjanya. Kupikir itu hanyalah kesalah pahaman. Dan Daniel akan menjelaskan padaku yang terjadi sebenarnya. Tapi Daniel selalu mengelak pertanyaanku saat kutanya kejadian malam itu. Daniel hanya mengatakan ia sedang menonton film dewasa dan tak pernah menyebut nama Baby. Dia mengatakan aku hanya salah dengar. Lalu saat aku menanyakan keseriusannya padaku. Tentang perasaan cintanya padaku. Daniel menjadi sosok yang tak pernah aku kenal. Dia menakutkan. Dia mengerikan. Dia bukanlah Daniel yang kukenal. Dia bahkan menyakitiku! Menodai harga diriku! Dia—"

"Sudah Na! Jangan teruskan. Kau hanya akan menyakiti dirimu sendiri." Rosa memeluk sahabatnya erat. Mengelus punggungnya berkali-kali dan membiarkan bahunya basah karena linangan air mata sahabatnya.

"Tidurlah, kau telah menguras banyak tenagamu hari ini. Aku akan menginap disini."

Rosa pun memapah Luna menuju kamarnya. Namun saat mereka hampir sampai di pintu kamar. Luna meringis kesakitan, ia meremat perutnya kuat. Bahkan kakinya lemas hingga jatuh terperosot ke lantai.

"Akh..."

"Luna!" Rosa menahan tubuh Luna yang telah jatuh ke lantai.

"Luna! Kau kenapa?" Rosa begitu panik melihat tubuh sahabatnya meringkuk dengan tangan yang terus meremas perutnya.

"Akh...Sa-kit...Sakit!!!" rintih Luna.

Dengan Panik, Rosa berusaha memapah tubuh Luna. Namun tubuh Luna terlalu lemas dan kakinya tak bisa berdiri.

Rosa dengan panik mengambil ponselnya. Menelfon ambulans.

"Tolong tahan sebentar lagi. Ambulan akan segera datang." Ujar Rosa panik.

"Na? LUNA!!!" Rosa mendapati Luna telah pingsan tak sadarkan diri. Ia menepuk-nepuk pipi sahabatnya yang telah pucat pasi. Bibirnya putih bagai tak tersentuh darah.

"LUNA BANGUN! LUNA!" teriak Rosa panik.

Dengan susah payah Rosa berusaha mengangkat tubuh Luna. Namun ia tak bisa. Rosa bahkan sampai menangis karena panik. Tubuh sahabatnya sudah seperti mayat hidup. Pucat, namun suhu tubuhnya sangat panas.

Selang beberapa menit akhirnya ambulan datang. Tim medis telah berlari ke unit apartemennya dan menggedor pintu apartemen Luna dengan kencang. Rosa berlari ke arah pintu dan membiarkan tim medis masuk dengan tergesa.

Luna segera diangkat ke tandu dan dibawa masuk ke dalam mobil ambulans. Rosa pun ikut masuk ke dalam sana.

Ia menggenggam erat tangan sahabatnya sembari terus merapalkan doa. "Kumohon bertahanlah Na. Kumohon. Kau bisa Na, kau kuat. Please jangan tinggalkan aku."

Rosa terus terisak di samping tubuh Luna yang sedang diperiksa oleh dokter.

*

*

Bersambung