Chereads / Andai Kau Takdirku / Chapter 20 - Chapter 20 : Clarissa tau siapa Luna

Chapter 20 - Chapter 20 : Clarissa tau siapa Luna

"Saya kekasihnya." Sahut wanita itu tanpa merasa bersalah sedikitpun.

Luna tertegun mendengar jawaban dari wanita itu. Bukankah dirinya sendiri yang menjadi kekasih Daniel. Lalu kenapa waniya itu mengaku sebagai kekasih Daniel juga? Ada yang tidak beres. Batin Luna.

"Ah, begitu. Silahkan masuk." Ujar Luna bersikap sewajarnya.

**

Luna mendudukkan diri di atas sofa, di depan wanita yang mengaku kekasih Daniel.

"Maaf, tapi boleh saya tau siapa nama anda? Ini agar saya lebih mudah mengatakan pada Daniel."

"Saya Clarissa Azalea Corolline. Panggil saja Clarissa atau Rissa. Biasanya Daniel memanggil saya Rissa."

Luna mengangguk-ngangguk dengan senyum palsu. "Sebentar saya ambilkan minum dulu. Anda ingin meminum apa Nyonya?"

"Panggil saja Clarissa. Nyonya terlalu tua untuk saya."

"Ah maaf? Anda mau minum apa Clarissa?"

"Apa saja tak masalah. Ngomong-ngomong nomor telfon Daniel bermasalah ya? Kenapa saya tak bisa menelfonnya beberapa hari ini?"

"Tentang hal itu, saya tidak tau. Nanti akan saya telfon Daniel."

"Oh baiklah."

Luna pun berlalu begitu saja. Bukannya ke dapur. Luna justru masuk ke dalam kamarnya. Ia bergegas mengambil ponselnya di atas nakas. Lalu menelfon kekasihnya.

Amarahnya sudah meledak-ledak sejak wanita itu mengaku sebagai kekasih Daniel. Dan bagaimana sikap angkuh wanita itu saat melirik Luna. Rasanya Luna ingin menjambaknya saat itu juga. Namun dia harus tetap dewasa dan bersikap sopan pada tamu.

Luna masih berharap, agar ucapan wanita itu hanyalah kebohongan. Dan semua ini hanyalah salah paham.

"Hallo, honey? Ada apa menelfonku? Aku sedang sibuk rapat sayang."

"Siapa Clarissa?"

Seketika Daniel menegang. Bagaimana Luna bisa tau nama Wanita simpanannya?

"Cla-clarissa? Siapa honey? Aku tak mengenalnya. Dia siapa?"

"Jangan pura-pura Daniel! Katakan siapa Clarissa!"

"Honey, aku berkata dengan jujur. Aku tak tau nama yang kau sebutkan. Memangnya dia siapa? Kenapa kau menanyakannya padaku?"

"Kuulang sekali lagi DANIEL! SIAPA CLARISSA?"

"Aku tidak tau honey."

"Baik, kalau begitu biar kuulang lagi. Siapa Clarissa Azalea Corolline? Wanita yang mengaku sebagai KEKASIHMU!"

DEG!

Daniel benar-benar tertangkap basah. Ia tak bisa mengelak lagi. Kekasihnya, telah mengetahui hubungan gelapnya dengan wanita lain di belakangnya.

"Kau bahkan tak bisa menjawab pertanyaanku. Baik! Aku tak akan bertanya lagi. Karena diammu, telah menjawab semuanya."

"Sekarang juga, KAU PULANG DANIEL! Wanita itu telah menunggumu di RUMAH KITA! Dan aku masih menunggu penjelasan darimu!"

Bip.

"Luna Tungg—"

"Arrghhhhhh!!!" Daniel membanting ponselnya dengan kuat ke lantai. Hingga telfon genggam itu hancur.

"Sial! Sial! Sial! Kenapa dia bisa tau rumahku! Sial!" Daniel dengan kacau berlari menuju elevator. Ia bergegas menuju basement. Dan melaju kencang menuju apartemennya.

**

"Silahkan. Maaf saya tak punya banyak persediaan camilan di rumah." Ujar Luna dengan senyuman palsu.

"Terimakasih." Clarissa mengambil gelas minuman yang berisi minuman jeruk yang menyegarkan.

"Saya sudah menelfon Daniel. Sepertinya dia begitu senang mendengar kedatangan anda disini. Dia bergegas pulang setelah saya mengatakan anda menunggunya di sini."

"Ah benarkah? Aku jadi tidak sabat bertemu dengannya." Ujar Wanita itu riang.

"Boleh saya tau, sudah berapa lama anda dan Tuan Daniel berpacaran?"

"Belum lama."

"Lalu bagaimana kalian bisa bertemu? Apakah kalian rekan di kantor? Atau rekan bisnis ?"

"Tidak sama sekali. Aku dan Daniel baru pertama kali bertemu di salah satu pantai di Puket. Saat itu keadaanku tidak cukup baik. Dan pertemuan kami pun dalam keadaan yang tidak cukup baik untuk dikatakan sebagai pertemuan pertama."

"Kenapa?" tanya Luna penasaran.

"Aku sedang patah hati dan ingin mengakhiri hidupku dengan menenggelamkan diri di laut. Tapi Daniel dengan gagahnya menolongku. Dia membawaku ke kamar hotel tempat dia menginap. Dan..." Clarissa melirik malu-malu pada Luna.

"Dan apa? Daniel memanggil dokter untukmu?"

"Tidak. Dia tak memanggil siapapun. Tapi aku yang memanggilnya."

"Maksud anda?"

Clarissa terkikik setengah malu. Ia melirik sedikit raut Luna yang begitu penasaran dengan ceritanya. Lalu ia kembali melanjutkan ceritanya.

"Dan malam itu, untuk pertama kalinya. Di saat pertemuan pertama kami. Kami melakukan sesuatu yang menyenangkan. Kau pasti tau apa yang kumaksud."

Luna mengernyit tak paham. "Melakukan apa?"

"Kemarilah." Clarissa menggerakkan jarinya, memberi isyarat agar Luna mendekat padanya. Lalu perlahan Clarissa berbisik di telinga Luna.

"Kami melakukan hubungan intim di atas ranjang." Bisik Clarissa di telinga Luna.

DEG!

Seketika tubuh Luna menegang. Hatinya remuk, sakit, bagai disayat puluhan belati panas. Matanya memerah, dan terlihat embun air di pelupuk matanya yang siap tumpah kapanpun.

"Ma-maksudmu. Kalian melakukan... Melakukan hubungan selayaknya suami istri di atas ranjang? Semalaman? Dan Daniel tak menolak?"

Clarissa menggeleng dengan tenang. "Yups! Untuk apa Daniel menolak? Dia bahkan sangat bersemangat. Aku masih bisa merasakan gairah panasnya yang menggebu-gebu. Suara beratnya, desahan nikmatnya, dan hentakannya. Ugh! Aku bahkan masih bisa merasakan nikmatnya hentakan Daniel yang begitu kuat. Miliknya yang besar dan perkasa. Astaga, aku bahkan dengan mudah bergairah hanya dengan memikirkannya."

Clarissa begitu semangat menuturkan kejadian malam itu tanpa menyadari raut wajah Luna telah berubah masam. Luna mengepalkan tangannya kuat. Hatinya terasa tercabik-cabik. Belum lagi raut wajah Clarissa yang terlihat begitu mendamba tiap kali bibirnya mengucapkan nama Daniel. Lelaki yang telah bercinta dengannya di atas ranjang panas.

"Ah, benar aku sampai lupa. Siapa nama anda? Aku dari tadi terus mengatakan tentang Daniel, sampai lupa menanyakan namamu."

"A-aku Luna." Sahut Luna terbata.

"Luna?" Clarissa mengernyit, seolah tak asing dengan nama itu.

"Ya Luna. Apa Daniel tak pernah menceritakan tentangku padamu nona?" Luna mulai tak bisa mengendalikan amarahnya.

"Tunggu." Sergah Clarissa.

"Jangan katakan, kalau kau adalah Luna. Luna yang sebentar lagi akan menikah dengan Daniel? Kekasihku?" tebak Clarissa.

"Lebih tepatnya, Tunanganku." Sahut Luna dengan nada begitu dalam.

Kedua wanita itu diam di tempatnya, tak berkutik sedikitpun. Mereka beradu tatajam begitu tajam. Dengan tangan yang sama-sama mengepal.

"Rupanya kau mengetahui bahwa Daniel telah memiliki tunangan? Tapi kau masih saja menggodanya!" sengit Luna dengan nada meninggi.

Clarissa bukannya takut, ia justru menyeringai licik. Membalas tatapan Luna tak kalah tajam.

"Tentu saja aku tau. Bahkan aku juga mengetahui kalau Daniel sengaja menunda pernikahan kalian. Karena dia ragu padamu, Luna Calista." Ujarnya menyeringai, tangannya dengan santai mengibas-ngibaskan rambutnya yang terurai panjang.

Luna mengeram kesal. Ia mengepalkan tangannya kuat, berusaha menahan diri untuk tindak menjambak wanita tak tau diri di depannya.

"DASAR JALANG! BERANINYA KAU MENGGODA CALON SUAMIKU!"

"JAGA UCAPANMU NONA! Aku tak menggodanya. Daniel sendiri yang terpikat padaku. Harusnya kau sadar diri! Kenapa Daniel lebih memilihku dan meninggalkanmu tanpa kabar."

Clarissa beranjak dari duduknya lalu melangkah pelan menuju tempat duduk Luna.

Clarissa sedikit membungkuk untuk mensejajarkan wajahnya dengan Luna. Dia menatap manik mata gadis itu dengan sinis.

"Bisa saja, kau tak cukup pantas untuk menjadi istrinya."

PLAK!

"DIAM! JAGA UCAPANMU JALANG!" Luna menampar Clarissa dengan kuat. Bahkan bekas tamparannya tercetak jelas di pipi kiri Clarissa.

"Sialan! Kau berani menamparku!" Clarissa menerjang tubuh Luna, lalu kedua tangannya menjambak rambut Luna. Clarissa mendorong tubuh Luna hingga terjatuh ke atas sofa. Lalu Clarissa menindihnya dari atas. Tangannya semakin kuat menjambak rambut Luna.

Luna tak tinggal diam. Dia membalas jambakam Clarissa. Tangannya dengan brutal menjambak rambut Clarissa. Lalu kakinya meronta-ronta, hingga..

"Akh!"

Tubuh Clarissa terjungkal ke lantai. Luna berhasil menendang perut Clarissa hingga tubuhnya terjungkal.

"Dasar jalang sialan! Berani sekali kau mengoda tunanganku!" maki Luna yang segera beranjak berdiri.

Namun hal tak terduga terjadi. Ia melihat Clarissa merintih kesakitan memegang perutnya.

"Akh...sakit... sakitt!!!!"

"Hei! Kau kenapa?"

Luna segera menghampiri Clarissa yang terbaring di lantai. Wanita itu merintih kesakitan memegangi perutnya.

Luna sangat panik, ia segera mengambil ponselnya hendak memanggil ambulans. Namun saat yang bersamaan pintu apartemen terbuka, dan Daniel muncul dari balik pintu.

"Daniel!" pekik Luna.

"Luna?" Daniel melihat kekasihnya, lalu ia menolah ke arah sofa dan melihat Clarissa tengah merintih disana.

"Rissa! Apa yang terjadi."

"Daniel cepat bawa dia!"

Daniel pun mengangkat tubuh Clarissa. Lalu mereka berlari menuju basement.

Daniel melajukan mobil dengan kencang, sedangkan Luna menjaga Clarissa di jok belakang.

"Sakittt!!!!" teriak Clarissa sembari menangis tak henti-henti.

"Sebentar lagi. Sebentar lagi kita sampai." Gumam Luna seraya menggenggam tangan Clarissa erat-erat.

**

"Bagaimana keadaannya dok?" Daniel menghampiri dokter yang menangani Clarissa.

"Tenang tuan, pasien hanya mengalami kontraksi di perutnya. Anda tidak usah khawatir, karena janin dalam kandungannya baik-baik saja. Beruntung kontraksi yang terjadi tidak begitu kuat. Sehingga janin masih dapat diselamatkan."

"Apa? Janin? Maksud dokter?" Ujar Daniel tak mengerti.

Luna yang mendengar penjelasan dokter pun mendekat. "Janin siapa dokter? Siapa yang mengandung?" tanya Luna yang tak kalah penasarannya dengan Daniel.

Dokter pun merasa ada yang aneh. Ia melirik dua orang di depannya yang kebingungan.

"Jadi kalian tidak tau?" tanya dokter dan dijawab gelengan oleh dua orang di depannya.

"Baik,biar saya jelaskan. Pasien atas nama Clarissa Azalea Corolline, saat ini tengah mengandung. Dan usia kandungannya sudah 21 hari atau 3 minggu."

Dan seketika tubuh Daniel dan Luna membeku di tempat.

**

Bersambung