Chereads / Andai Kau Takdirku / Chapter 26 - Chapter 26 : Aku akan mengubahnya

Chapter 26 - Chapter 26 : Aku akan mengubahnya

"Daniel bisa jelaskan, kenapa kau membawa wanita itu kembali ke rumah kita?" tuntut Clarissa dengan wajah penuh amarah.

Daniel menaruh baskom berisi air es dengan kasar ke atas meja. Lalu ia menatap tajam wanita dengan rambut panjang yang tergerai hingga menyentuh pinggulnya. Daniel melangkah mendepat tanpa melepas tatapannya pada wanita itu.

"Dengar," Daniel berkata dengan suara yang berat.

"Pertama, ini adalah rumahku dengan Luna, tunanganku. Bukan rumah kita. Jangan pernah berpikir bahwa kau akan tinggal disini bersamaku dan menggantikan posisi Luna. Karena itu tidak akan pernah terjadi."

Clarissa mengepalkan tangannya geram, ia menatap Daniel tak kalah tajam. Giginya bergemelutuk dengan tatapan menusuk penuh amarah.

"Tapi kau yang membuatku mengambil posisinya."

"Kapan aku melakukannya?"

"Jangan menjadi bodoh Daniel. Kau sendiri yang membawaku kemari setelah mengetahui aku hamil anakmu. Jika kau mempertahankan Luna. Lalu bagaimana denganku? Dengan anak kita? Kau mau membuang kami begitu saja hah?"

"DIAM! Jangan gunakan anak yang bahkan belum lahir untuk menghancurkan hubunganku dengan Luna."

PLAK!

Clarissa menampar wajah Daniel begitu keras.

"Apa yang kau lakukan!" Bentak Daniel meremas pipinya yang perih akibat tamparan kuat dari Clarissa.

"Bukan aku yang menghancurkannya. Tapi kau sendiri Daniel! Kau yang menghancurkan hubungan kalian berdua. Aku tak tau bahwa kau sudah memiliki tunangan. Dan malam itu, saat kita melakukan untuk pertama kalinya. Aku tak pernah memaksamu, bahkan setelah malam itu. Tak sekalipun aku pernah memaksamu untuk berhubungan badan denganku. Kau sendiri yang menginginkannya. Kau sendiri yang mengkhianati kekasihmu. Kau bahkan tega meninggalkannya selama sebulan dan tinggal denganku di Phuket. Dan sekarang kau menyalahkanku?"

"Kuberitau satu hal Daniel. Kau tak akan pernah bisa bersatu lagi dengannya."

"Apa yang kau bicarakan?" Daniel terperangah, ia tak tau apa yang Clarissa maksud.

"Kau dan aku telah terikat oleh takdir yang dituliskan Mood Goddess kepada kita. Dan tak ada siapapun yang dapat menentangnya. Siapapun. Termasuk dirimu sendiri, Daniel."

"Kau membicarakan apa? Moon Goddess? Aku tak mengerti maksudmu? Jangan bicara omong kosong."

Clarissa menyeringai lirih. Lalu berjalan mendekat hingga wajah mereka hampir bersentuhan. Clarissa berjinjit, lalu berbisik di daun telinga Daniel.

"Ingatlah ini, Daniel. Kau adalah mateku. Takdir yang disiapkan untukku."

"M-Mate? Apa yang kau bicarakan?"

"Kau akan segera mengerti Daniel."

Clarissa beranjak pergi meninggalkan Daniel. Ia menghentikan langkahnya ketika sampai di depan pintu. Lalu Clarissa berbalik menatao Daniel.

"Teruslah menghindar, teruslah mengejarnya. Karena semua itu akan sia-sia. Kau akan terus kembali kepadaku. Apapun yang terjadi, pada ahirnya kau akan tetap menjadi milikku." Lalu Clarissa keluar dari unit apartemen itu dan meninggalkan rasa penasaran pada Daniel.

"Apa maksudmu, Clarissa?" gumam Daniel.

**

Luna mengerjap, merasakan denyutan nyeri di tulang selangka hingga lehernya. Bekas lebamnya belum pudar. Ia berusaha bangkit lalu duduk di sisi ranjang. Pandangannya menerawang ke segala arah. Ia baru teringat bahwa semalam ia dibawa pulang ke apartemennya dengan Daniel.

Cklek…

Pintu kamar terbuka, Luna menoleh dengan lemah dan ia melihat Daniel berjalan ke arahnya dengan membawa nampan berisi mangkuk dan segelas air putih.

"Honey? Kau sudah bangun?"

"Daniel,"

"Diamlah sayang, kamu harus beristirahat. Ini kubawakan bubur untukmu. Kau harus mengisi perutmu dulu, sayang."

"Daniel, maaf. Tapi aku harus pergi. Kurasa Clarissa marah karena melihatku kembali kesini."

"Jangan menyebutnya sayang. Fokuslah pada kesehatanmu. Sekarang kau makan dulu. Aku akan menyiapkan air untukmu mandi."

"Tapi Daniel—"

"Ssttt.. Makanlah sayang, jangan pikirkan apapun okey?"

Luna pun mengangguk dan memakan bubur yang telah disiapkan Daniel. Meskipun pikirannya bertanya-tanya bagaimana Clarissa diluar sana menanggapi keberadaannya di sini. Namun dia kembali bersikap acuh.

**

Luna menatap keluar jendela kamarnya. ia kembali teringat dengan kenangan indahnya bersama Daniel di apartemen ini. Rumah yang sudah mereka tinggali beberapa bulan belakangan selama mereka menjalin kasih.

Tiba-tiba sepasang lengan memeluknya dari belakang.

"Daniel?"

Cup.

Daniel mengecup bibir Luna singkat, lalu mengeratkan pelukannya pada pinggang ramping kekasihnya yang sebentar lagi akan mengikat janji suci pernikahan kepadanya.

"Maafkan aku untuk perbuatanku sebelumnya? Aku berjanji akan menyelesaikan semuanya dan memulai kembali denganmu sayang. Aku akan bicara dengan orang tuaku, agar pernikahan kita dimajukan. Aku tak mau kehilangan dirimu lagi. Never."

Luna melepaskan lengan Daniel dari pinggangnya lalu berbalik menatapnya. "Daniel, bagaimana kau akan mneyelesaikan masalah ini? Ini bukanlah masalah kecil yang bisa kau selesaikan dengan mudah. Ini bukan tentang perampokan yang mana kau bisa memenjarakan pelakunya. Ini bukan masalah finansial yang mana dengan mudah bisa kau selesaikan dengan segudang uangmu. Tapi ini tentang hubungan kita, hubunganmu dengan wanita lain. Dan juga," Luna terlihat murung.

"Anak yang dikandung wanita itu." Luna kembali menatap Daniel.

"Bagaimana kau akan menyelesaikannya, Daniel? Apa kau akan menikah denganku dan meninggalkan wanita itu? Atau justru sebaliknya? Aku yang akan kau tinggalkan?"

"TIDAK!" Daniel bergegas menghampiri Luna. Ia menggenggam kedua tangan Luna.

"Aku tidak akan pernah meninggalkanmu, sayang. Tidak akan pernah."

"Masalah ini, aku akan mencari solusinya. Kau tak perlu khawatir. Aku akan segera menyelesaikannya."

"Ya kuharap kau mengambil keputusan yang terbaik. Aku tak ingin semuanya tersakiti, cukup aku saja."

**

"Ck! Clarissa, bagaimana kau bisa berhubungan dengan tunangan orang lain? Apa kau gila? Setelah putus dengannya, sekarang kau beralih menjadi pelakor?" kesal Rendy.

"Aku bukan pelakor!" tukas Clarissa tak kalah kesalnya.

"Lalu apa? Kekasih yang tersakiti? Oh ayolah, Sa. Wanit tersakiti tidaklah cocok dengan karaktermu. Aku tau dirimu lebih dari siapapun. Kecuali orang tuamu, mungkin."

"Hentikan ucapanmu Rendy. Kau tak tau apapun tentangku."

"Maaf, maaf? Aku tak bermaksud menyinggung orang tuamu. Tapi Clarissa, tidakkah kau merasa menjadi orang jahat? Dulu kau wanita yang hanya mencintai satu pria, dan kata selingkuh tak pernah ada dalam kamusmu. Apalagi merebut kekasih pria lain. Kenapa kau berubah, Sa?"

"Aku tak pernah berubah. Aku tidak merebut pria dari kekasihnya. Daniel adalah milikku Ren. Dia adalah mateku. Takdir yang disiapkan oleh Moon Goddess untukku."

"APA?!" pekik Rendy terkejut.

"Ya, Daniel adalah mateku. Dengan kata lain, dia memang terlahir untukku dan menjadi milikku."

"Tapi bagaimana bisa? Daniel adalah manusia, sedangkan kau adalah werewolf. Dunia kita berbeda."

Clarissa menatap tajam manik mata Rendy yang terlihat kebingungan.

"Memang kenapa jika dia manusia? Moon Goddess telah menyiapkan dia untukku. Lalu apa aku harus menolaknya? Tentu saja tidak. Bukankah ini yang dia mau? Pria yang begitu aku cintai, rela membuangku dengan alasan dia ingin mencari soulmatenya. Dia juga menyuruhku untuk mencari soulmateku sendiri. Dan sekarang aku sudah bertemu dengannya. Maka aku tak akan pernah melepaskannya, meskipun dia tidak sama denganku."

"Tapi, Sa. Ini sangat berbahaya dan melanggar kodrat kita sebagai werewolf. Bagaimana bisa kaum werewolf menikah dengan manusia? Hal itu akan membuat kaum kita marah dan menciptakan peperangan lagi antara manusia dengan werewolf."

Clarissa mengerling, dia menatap mata Rendy dengan santai. "Tenanglah Ren. Kenapa kau begitu panik? Bukankah kita werewolf? Mahkluk yang lebih kuat daripada manusia. Dan jangan lupakan kita memiliki keistimewaan yang tak dimiliki manusia."

"Apa itu? Astaga! Jangan bilang—"

"Ya, kau benar. Aku bisa mengubahkan menjadi seperti kita."

"Clarissa jangan gila!"

"Aku tidak gila. Tapi jika memang itu diperlukan, maka aku tak akan berpikir duakali untuk mengubahkan menjadi sama dengan kita."

Bersambung.