Chereads / Andai Kau Takdirku / Chapter 19 - Chapter 19 : Tetaplah disisiku

Chapter 19 - Chapter 19 : Tetaplah disisiku

Daniel membuka pintu ruangan rawat inap kekasihnya dengan begitu pelan. Daniel dapat melihat punggung ringkih kekasihnya yang terbaring menyamping di atas ranjang pasien.

Seketika hatinya merasa pedih, melihat keadaan kekasihnya yang kesakitan. Terlebih, semua ini karena ulah dirinya. Yang tiba-tiba menghilang tanpa kabar.

Daniel melangkah pelan, ia tak mau Luna terbangun karena mendengar langkah kakinya. Namun Luna begitu peka. Ia merasakan kehadiran orang lain di dekatnya. Dengan pelan, Luna berbalik. Dan pandangan mereka bertemu.

Hati Daniel terenyuh, melihat bagaimana pucatnya wajah Luna. Matanya sembab, dapat ia lihat dengan jelas kantung mata kebiruan yang begitu tebal di bawah mata.

"Honey?" panggil Daniel parau.

Namun Luna tak bergeming. Ia memalingkan wajahnya dan kembali memilih menutup mata.

Hati Daniel begitu sakit. Ia tau, Luna menolaknya. Menolak kehadirannya, setelah berhari-hari ia menghilang dan membuat kekasihnya jatuh sakit, lagi.

"Honey... Aku datang. Aku sudah pulang untukmu. Maafkan aku yang tak bisa menjagamu?"

"Pergilah." gumam Luna lirih.

Daniel mengernyit. "Honey? Kamu marah padaku?"

"Pergilah, aku ingin sendiri." Ujar Luna lagi.

Daniel meneguk ludahnya kasar. Tanpa menghiraukan ucapan Luna. Ia berjalan mendekat, lalu meraih tangan Luna.

Tanpa diduga, Luna menepis kasar tangan Daniel. "Sudah kubilang pergi! Aku ingin sendiri!"

Daniel tersentak. Ia tak pernah melihat Luna berteriak kepadanya. "Hei? Honey? Kau kenapa? Kenapa kau membentakku?"

"Kumohon pergi dari sini! Tak bisakah kau mendengarku? Pergi! Pergi cari wanita itu!"

"Honey?"

"JANGAN MEMANGGILKU HONEY! KAU KEPARAT SIALAN! Setelah berminggu-minggu kau menghilang. Dan sekarang kau kembali setelah membuatku seperti ini. Kau puas ? Kau senang kan melihatku lemah terbaring di ranjang rumah sakit dengan pakaian pasien? Kau senang kan melihatku sakit? Kenapa tak sekalian kau bunuh aku? Kenapa kau menyiksaku seperti ini! Kau tau aku sangat mencintaimu Daniel! Apa kurangnya aku? Sampai kau tega mencari perempuan lain dan menghilang dariku!"

Daniel tak berkutik. Ia benar-benar telah tertangkap basah. Daniel terheran kenapa Luna bisa mengetahui kalau dia pergi menemui wanita lain?

"Anji?" batin Daniel.

"Apakah Anji memberitau semuanya pada Luna? Tapi tidak mungkin. Tak ada yang tau tentang hubungannya dengan Clarissa. Bahkan Anji." Batinnya berkecamuk.

"Honey,"

"JANGAN MEMANGGILKU ITU SIALAN!" Teriak Luna.

"Oke. Oke. Aku tak akan memanggilmu itu. Tolong tenang dulu oke? Kita bicarakan semuanya baik-baik." Daniel menghampiri Luna dengan hati-hati. Perlahan ia menaruh bantal yang hendak Luna lempar padanya. Lalu Daniel membaringkan Luna diatas ranjang.

Luna menangis tersedu-sedu. Membuat Hati Daniel semakin sakit. Ia mengelus surai kekasihnya. Berusaha menenangkan Luna yang masih dikuasai amarah.

"Luna, maafkan aku Sayang? Aku benar-benar minta maaf karena telah pergi meninggalkanmu. Aku terlalu cepat mengambil keputusan dan memilih pergi. Kupikir itu akan meredam amarah kita berdua. Tapi tak kusangka hal itu malah memperburuk keadaan."

"Kemana?" gumam Luna.

"Kemana kau selama ini? Aku mencarimu kemana-mana tapi kau tak ada? Kenapa tak mengabariku? Kau tau aku sangat khawatir. Kupikir.... Kupikir kau..." Luna kembali terisak. Tubuh ringkihnya yang semakin kurus itu terlihat gemetar.

Daniel segera memeluk kekasihnya. Lalu perlahan Daniel naik ke ranjang Luna. Ia memeluk tubuh Luna, lalu membenamkan wajah Luna di dadanya.

Luna terus terisak, sembari memeluk Daniel. Pria yang begitu ia cintai. Pria yang membuatnya gelisah belakangan ini. Kini telah kembali kedalam pelukannya.

"Ssst.. Tenanglah Honey. Aku di sini. Aku bersamamu. Maafkan aku. Aku janji tak akan meninggalkanmu lagi. I Love You." Ucap Daniel tulus. Ia mengelus surai hitam kekasihnya yang telah kusut. Lalu mengecup kening Luna.

**

Tiga hari telah berlalu. Luna akhirnya dinyatakan sembuh. Ia telah keluar dari rumah sakit. Dokter mengatakan kondisinya telah membaik, dan tidak ada sesuatu yang perlu dikhawatirkan dalam tubuh Luna. Karena kondisi tubuhnya semuanya baik.

"Luna!"

Luna menoleh, saat mendengar suara bariton dari pria yang mengenakan jas dokter dari arah barat.

"Dokter Altheo?" seru Luna riang.

Dokter yang bernama Altheo itu berlari ke arah Luna seraya membawa buket bunga mawar merah di tangannya.

"Hati-hati dokter. Nanti anda jatuh."

Altheo pun tertawa mendengar Luna. "Aku tak akan jatuh. Tapi mungkin saja aku jatuh." Altheo mengedipkan sebelah matanya.

"Karena aku melihat wanita secantik bidadari di depanku." Godanya pada Luna.

Sontak Luna bergelak tawa, ia memukul pelan lengan sang dokter.

"Apasih dok. Hm... Kemampuan gombalmu sudah meningkat rupanya? Belajar dari siapa?" tanya Luna.

"Hm..." Altheo berpura-pura sedang berpikir. "Kurasa, nona cantik di depanku yang telah menjadi guruku."

Lalu keduanya terbahak riang.

"Oh ya, ini bunga untukmu. Sebagai ucapan selamat karena telah keluar dari rumah sakit."

"Wow! Terimakasih dokter. Kau sangat baik. Bagaimana kau tau aku menyukai bunga mawar?"

"Itu... Rahasia." Ujar Altheo.

Daniel yang baru saja selesai dengan urusan administrasi berjalan mencari Luna. Saat ia berada di jarak 10 meter dari kekasihnya. Ia melihat Luna sedang bercengkrama dengan seorang dokter pria. Bahkan Luna terlihat sangat bahagia bersama dokter itu. Seketika amarah Daniel terpancing. Ia dengan cepat menghampiri kedua orang itu.

"LUNA!"

Sontak Luna dan Altheo menoleh.

"Maaf dokter, kami harus segera pulang. Tunangan saya butuh istirahat." Ujar Daniel seraya merangkul pinggang kekasihnya.

Daniel melayangkan tatapan sengit pada sang dokter yang tak atau apa-apa. Lalu ia memberi senyuman palsu, sebelum menarik Luna pergi dari sana.

"Dokter, terimakasih bunganya ya. Semoga kita bisa bertemu lagi." Ucap Luna seraya melambai pada sang dokter.

"Sama-sama. Sampai ketemu lagi.." balas Altheo yang ikut melambaikan tangannya.

Dokter Altheo terkekeh melihat kekasih Luna yang begitu posesif. Namun hal itu tak mengurungkan niat Altheo. Dia akan terus memdekati Luna.

"Kita pasti akan bertemu lagi, Luna." Gumam Altheo.

**

"Siapa dokter tadi?" Tanya Daniel.

Mereka saat ini sedang dalam perjalanan menuju apartemen mereka.

"Oh, itu dokter Altheo. Salah satu dokter yang pernah menanganiku saat kau belum kembali."

Daniel meneguk ludahnya kasar, karena merasa seperti penjahat yang telah pergi meninggalkan kekasihnya.

"O-oh... Lalu kenapa aku baru melihatnya? Jika dia memang dokter yang menanganimu?"  

"Dokter Altheo mendapat tugas ke luar Kota untuk beberapa hari. Jadi dokter lain yang menggantikan beliau."

"Oh..." gumam Daniel.

"Tapi kenapa kalian begitu dekat? Maksudku, kalian terlihat seperti bukan pasien dengan dokter. Tapi seperti teman?"

Luna mengangguk tanpa ragu. "Ya, kami memang berteman. Dokter Altheo sangat baik. Dia sering menghiburku. Membawakan aku coklat, buah-buahan dan bunga." Luna menatap buket bunga mawar di tangannya, lalu ia tersenyum manis.

"Bunga? Berlebihan sekali?" sengit Daniel.

"Ya, bunga. Setidaknya ada satu pria yang mengetahui bunga kesukaanku. Dan berusaha membuatku tersenyum, saat semuanya dirasa mustahil." Lirih Luna.

Seketika Daniel merasa tersindir dari ucapan kekasihnya.

"Nanti akan kubelikan pabrik bunga untukmu. Bunga yang jauh lebih indah dari bunga-bunga jelek itu." Ketus Daniel.

"Tak perlu. Yang kubutuhkan hanya kehadiranmu disisiku." Luna menatap Daniel di sampingnya.

"Jangan pergi lagi. Berjanjilah padaku. Kau akan selalu disisiku, Daniel."

"Tentu. Aku berjanji, sayang. Aku akan selalu disisimu."

**

Ting... Tong...

Suara bel berbunyi. Luna melangkah menuju pintu apartemenya.

Tak biasanya ada orang yang datang di siang hari. Jika Daniel, sepertinya tidak.

Karena Daniel bilang sedang ada meeting dengan para kolega. Jadi dia kemungkinan pulang sore.

Luna pun membuka pintu apartemennya. Dan dilihatnya ada seorang wanita berambut panjang menyentuh pinggang. Tubuhnya lebih tinggi darinya, dan wajahnya oval, dengan pipi tirus. Sangat cantik dan sempurna.

Luna tersenyum menyapa wanita itu. "Selamat siang, ada yang bisa saya bantu Nyonya?"

Wanita itu merasa aneh karena melihat orang lain yang membuka pintu apartemen itu.

"Apa benar ini kediaman Tuan Daniel Natael?" ucap wanita itu.

"Ya benar nyonya. Ada urusan apa ya mencari Daniel?"

"Ada hal penting yang mau saya bicarakan dengannya. Apakah dia ada di dalam?"

"Maaf, Daniel sedang bekerja. Jika anda mau, tunggulah di dalam."

"Oh, baiklah."

"Tapi, ada hubungan apa anda dengan Daniel?" tanya Luna.

"Saya kekasihnya." Sahut wanita itu tanpa merasa bersalah sedikitpun.

**

Bersambung