Chereads / Queen of Azera / Chapter 7 - Malam Pertama

Chapter 7 - Malam Pertama

Pengeran kedua masuk ke dalam kamar pengantin, Zian menunggu dengan takut karena kesalahannya. Ia yang takut mati pun hanya bisa pasrah dengan keadaan.

Zian yang tahu dirinya melakukan sebuah kesalahan, yang mana tidak hafal gerakan pernikahan jelas hal itu akan membuat Pangeran merasa tidak suka pada dirinya.

Walaupun ia tahu jika mereka menikah tanpa rasa cinta dan mereka pun dijodohkan oleh kedua orang tuanya, tapi hal itu sudah membuat ia benar-benar takut akan apa yang terjadi nanti, apalagi ia yang tidak mengenal sama sekali Pangeran membuat dia terus merasa dirinya tidak baik-baik saja. Walaupun diam di kamar dan tanpa melakukan gerakan apapun tapi dalam hatinya ia membayangkan hal apa saja yang akan terjadi.

"Apa yang harus aku lakuan karena kesalahanku dia kan mengacungkan pedang dan langsung menebas leherku, aku tahu itu bisa saja terjadi. Bagaimana ini apa aku melarikan diri saja, sebelum aku mati," batin Zian merasa nyawanya dalam bahaya.

Zian yang membayangkan Pangeran kedua datang dengan membawa pedang dan langsung menebas lehernya tanpa ampun, darah yang keluar di mana-mana membuat malam pertama yang penuh tragedi. Ia pasti akan mati untuk yang kedua kalinya. Arwahnya tidakan bisa tenang jika semua itu terjadi.

Zian segera memegang kepalanya dan merasa takut jika apa yang ia banyangkan terjadi tamatlah riwayatnya. Ia harus merasa mati untuk yang kedua kalinya.

"Pasti ia akan melakukan hal-hal aneh, seperti malam pertama seorang pengantin, atau ia akan membunuh ku karena aku melakuan kesalahan," batin Zian tidak tenang.

Dua pertanyaan yang terus ada di dalam benaknya, tak tahu apa yang akan terjadi nantinya, tapi ia juga tidak ingin pasrah begitu saja, saat nyawanya dalam bahaya nanti. Ia berencana akan menyerang balik jika sampai Pangeran menyerangnya, ia juga merasa jika ia memiliki hak untuk membela diri.

"Jika ia masuk langsung melakukan malam pertama, apa yang akan aku lakukan, apa aku harus diam dan mengikuti semuanya?" batin Zian lagi memikirkan segala kemungkinan yang akan terjadi.

Zian yang membayangkan Pangeran datang kearahnya dengan penuh kemesraan Pangeran menariknya kedalam pelukan hangat sang Pangeran. Bibir Pangeran mulai menempel pada bibir Zian dengan gerakan yang lembut melumat bibirnya penuh dengan kemesraan dan turun ke leher dan membuat tanda merah di sana.

Tangan Pangeran yang sudah mulai bergerilya masuk ke dalam pakaian yang ia kenakan mengelus dengan lembut dan meremas dan mengelusnya yang membuatnya makin terbuai. Pangeran membuka pakaian yang ia kenakan, dengan penuh gairah berusaha mengecup semua bagian tubuhnya.

Pangeran mengelus lembut bagian sensitif pada dirinya membuat gerakan lebut dan pelan, jari Pangeran yang mulai masuk dan bermain disana cukup lama hingga membuatnya basah. Pangeran memasukan miliknya dengan lembut ke dalam, membuat penyatuan di malam pertama yang penuh gairah.

"Ah, sial apa yang sedang aku pikirkan, tidak mungkin Pangeran akan melakuan hal-hal seperti itu, dilihat dari wajahnya yang begitu dingin, pergilah pikiran kotorku, bisa-bisa aku memikikan hal seperti itu," batin Zian yang tidak tenang memikirkan segala kemungkinan yang akan terjadi.

Haruskah dia mati di tangan Pangeran karena Pangeran marah, ataukah ia akan menghabiskan malam panas bersama sang Pangeran, semua itu jelas membuat ia gelisah dan tidak tahu apa yang akan terjadi nanti pada hidupnya.

Zian yang terus membayangkan hal-hal buruk yang akan menimpanya, Pangeran bisa saja membunuhnya. Apalagi Pangeran yang sering pergi ke medan perang, membunuh dan melenyapkan nyawa orang pasti tidak masalah.

"Apa aku harus memohon padanya agar dia tidak membunuhku dan mengakui semua yang terjadi, aku yang bukan putri yang sebenarnya dan tidak memiliki hubungan dengan kerjaan, apa dia kana melepaskan ku jika aku berkata demikian, Aku tidak tahu isinya hatinya dia marah atau benci aku tidak mengetahuinya sama sekali." Zian yang mulai khawatir dan panik jelas membuatnya tidak tenang.

Pangeran masuk mengganti pakaian, dia yang berjalan kearah Zian jelas membuatnya berdebar-debar. Hidup dan matinya kini ada di tangan Pangeran.

Tapi tanpa berkata-kata apa pangeran kedua langsung tidur begitu saja, hal itu jelas membuat Zian kaget.

Zian langsung membuka penutup kepala yang membuatnya tidak nyaman dan melepaskan sendiri riasannya.

Tak di sangka setelah banyak hal yang Zian banyangkan tidak ada satupun yang sesuai dengan bayangannya.

"Pangeran seperti apa sebenarnya dia," batin Zian sambil memperhatikan wajah Pangeran dengan mata terpejam.

Ada sedikit bekas luka diwajahnya, walau tidak banyak tapi bekas luka itu jelas membuatnya terlihat tegas dan menakutkan. Sekarang Zian sudah puas bisa melihat suaminya dengan jelas tanpa penutup yang terus menghalanginya sedari tadi.

siang tidak menyangka jika tidak ada satu pun yang ia bayangkan yang terjadi dan tidak mengira jika parkiran langsung tertulis gitu saja Siantar jl Pangeran memang membenci dirinya tanpa berkata-kata Pangeran langsung tidur tanpa memperdulikan nya dan sehat tahu hal itu adalah tanda jika panggilan tidak menemukannya.

hal itu jelas membuat dia merasa lebih tenang karena tidak melakukan hal-hal yang ia bayangkan sedari tadi karena dari tadi yang selalu merasa nyawanya akan melayang dan selalu merasa Jika ada hal-hal yang tidak diinginkan terjadi tapi ternyata semua itu hanya bayangan isian dan tidak ada satupun dari itu semua yang terjadi.

Saya tidak tahu jika Pangeran begitu membencinya hingga tidak berkata satu patah katapun dan langsung tidur tanpa memperdulikannya dan tanpa menghiraukan nya bahwa dia ada di dalam sana dan tidak juga menyapa dirinya.

"Orang macam apa yang begitu dingin kepada istrinya sendiri, walaupun dia sudah menikah setidaknya harus bertanya sedikit, tapi dia malah tidak begitu saja tanpa berkata apapun. Menyebalkan sekali, kenapa aku menunggunya untuk untuk bicara padaku, itu tidak akan terjadi aku tidak menyukainya untuk apa aku berharap. Mengharapkan hal yang tidak akan pernah terjadi," kata Zian terus berbicara sendiri sambil menghapus riasan yang menempel di wajahnya.

Zian menganti pakaian yang dia kenakan, yang mana sangat mengganggunya, sedari awal jika bukan karena pesta pernikahan ia tidak akan memakai memakai pakaian berat itu dan memakai tutup kepala hingga membuatnya tidak bebas melihat apapun.

Sekarang ia harus membersihkan riasannya dan mengganti pakaiannya sendiri tanpa seorang pelayan. Padahal dia tidak begitu paham dengan pakaian pada zaman kerajaan dan mencoba untuk bisa harus dirinya sendiri tanpa Aida yang selalu membantunya.

Meski Pangeran hanya pura-pura tidur dan mendengar semua ocehan Zian karena terdengar begitu jelas.

"Berisik sekali wanita ini, benar-benar wanita yang tidak terduga," batin Pangeran yang jelas merasa terganggu dengan suara Zian.