Wanita yang sedari bersikap sinis pada Zian kini ada di hadapannya, mendengar nama pangeran pertama di sebut, jelas sekali membuat ia paham jika wanita itu adalah Putri Meimei.
"Sial! kenapa aku sampai tidak mengenal mereka, menyebalkan sekali," batin Zian yang jelas tidak suka dengan perkataan dari Putri Meimei.
Zian yang jelas tidak mengingat wajah Pangeran pertama, karena tidak ada ingatan sedikitpun milik Putri Zian yang masih berada dalam dirinya.
Karena hal tersebut membuat ia tidak sengaja memperhatikan Pangeran pertama, ia merasa familiar dan dia terus memperhatikannya, tanpa disadari jika putri Meimei langsung menegur apa yang dilakukan oleh Zian.
Yang Zian tidak tahu jika dirinya sedang memperhatikan Pangeran pertama, hal itu membuat ia kesal dengan apa yang dilakukan oleh Putri Meimei yang langsung menegur dirinya.
"Siapa juga yang melihat suamimu, kau ini percaya diri sekali," kata Zain malas menanggapi Putri Meimei yang jelas membuat ia tidak suka.
Zian langsung menjawab perkataan Putri Meimei, karena dia merasa dirinya tidak melakukan apapun, yang dituduhkan kepadanya, dan juga tidak tahu menahu tentang apa yang sedang terjadi, antara pangeran pertama dan Putri Meimei sebenarnya.
Putri Zian juga dulu memiliki hubungan dengan pangeran pertama, dan hal itu yang membuat Zian ingin menghindar dari mereka berdua, yang mana akan menjadi masalah jika harus bertemu mereka berdua.
Tapi sayang bukan menghindar malah bertemu dengan mereka berdua, sedari awal Zian juga sudah merasa aneh dengan keberadaan Putri Meimei, yang seakan-akan memusuhi dirinya sekarang, dia sadar kenapa Putri Meimei membenci dirinya sejak pertama dia bertemu dengan ibunda Ratu.
Zian sadar tatap-tatapan apa yang diberikan oleh Putri Meimei, karena dia merasa saingan, jelas Putri Meimei merupakan saingan terbesarnya, apalagi hubungan asmara dengan Pangeran Pertama dulu.
Yang juga diketahui banyak orang, hal itu jelas membuat Putri Meimei juga terancam, maka dari itu keberadaan putri kerajaan Azera pun menjadi ancaman besar bagi Putri Meimei.
Hal itu membuat Putri Meimei mulai membuat batasan dan mengakui semua kepemilikannya. Menganggap Putri Zian adalah musuhnya.
Padahal Zian tidak ingin melakukan hal itu, tapi dengan apa yang dilakukan oleh Putri Meimei membuat Zian terpancing, dan ingin melakukan hal yang sama dengan Putri Meimei.
Karena dia seperti itu sudah menyatakan bersaing dengannya, maka dari itu pun ingin menunjukkan bagaimana persaingan itu bisa dilakukan.
Zian menganggap semua itu adalah hal yang biasa, bersaing dengan Putri Meimei, yang merupakan putri dari kerajaan lain, yang mana kerjanya lebih besar daripada kerajaan Azera.
Zian juga tidak tahu jika dirinya dijadikan musuh oleh Putri Meimei, sekarang dia berusaha untuk menempatkan dirinya di mana tidak menjadi masalah untuk Putri Meimei, dan juga tidak menjadi gosip dikalangan para pelayan yang mana dia dekat Pangeran pertama, maka dari itu yang harus dilakukan oleh Zian sekarang adalah menjauhi mereka berdua, agar tidak timbul gosip yang membuat ia kesulitan nenti.
Melihat keributan itu membuat Pangeran pertama menghampiri mereka, karena penasaran apa yang sedang terjadi.
"Kau-" kata Putri Meimei yang marah membuat Pangeran pertan yang dengar hal itu pun menanyakan masalahnya.
"Ada apa ini?" tanya Pangeran pertama yang datang menghampiri mereka berdua, yang sedang bersitegang.
Putri Meimei langsung mendekati pangeran pertama dan menempel pada pangeran, jelas membuat Zian makin tahu apa maksud putri Meimei.
Ia yang jelas sekali menunjukkan jika pangeran pertama miliknya, membuat Zian gerah dengan melihatnya saja sudah membuat Zian tahu maksud Putri Meimei.
"Dia mencari masalah denganku," kata Putri Meimei mengadu pada pangeran pertama.
Pangeran Pertama hanya diam karena dia yang masih memiliki rasa kepada Putri Zian, apalagi dia yang memiliki janji untuk menikahi Putri Zian dan menceraikan Putri Meimei tersebut, tapi Zian yang tidak ingat apapun, tidak merasa tidak merasakan hal apapun dan merasa biasa-biasa saja serta tidak merasa canggung sama sekali.
"Ais, siapa bilang? orang sedang lewat. Siapa juga yang mencari masalah denganmu," kata Zian yang jelas langsung pergi begitu saja meninggalkan mereka berdua.
Hal itu membuat Pangeran pertama kaget, karena berbeda dengan Putri Zian yang seperti biasanya, sifat dan perilaku Putri Zian sekarang benar-benar berbeda.
"Ada apa dengan Putri Zian sekarang? kenapa dia begitu kasar dan acuh terhadapku?" batin pangeran yang masih memiliki rasa kepada Putri Zian.
Mereka juga sudah berjanji untuk bersama, tapi ternyata Zian yang tidak ingat apapun mengabaikan itu semua, walaupun sebenarnya ia yang sudah membaca surat dari pangeran pertama dan mengetahui bagaimana perasaan Putri Zian yang sebenarnya. Zian memilih mencari aman dan mengabaikan surat itu, karena dia bukan putri Zian yang sebenarnya.
Zian berjalan kembali ke kediamannya dengan kesal, setelah apa yang terjadi membuat moodnya rusak.
Apalagi pagi hari saat terbangun ia tidak melihat suaminya, padahla ia yang masih baru di kerajaan Aozora tentu akan kesulitan untuk beradaptasi.
Untungnya Aida cepat memberitahu apa yang harus ia lakukan, jika tidak maka kesan menantu pertama akan hilang.
Zian tahu ia harus berjuang untuk mendapatkan hati Ratu, agar posisinya kuat, tapi ia juga tidak mungkin bisa mencintai Pangeran Kedua dengan mudah.
"Aida, tolong ambilkan aku cemilan. Kepalaku pusing saat bertemu mereka berdua," kata Zian yang ingin menenangkan diri dengan duduk di bawah pohon yang ada di depan kediaman.
Tempat yang nyaman untuk bersantai, dengan cemilan nikmat, pikir Zian yang sedang kacau akibat bertemu dengan pangeran pertama dan istrinya.
Baru pertama berada di istana Aozora membuat ia harus bertemu dengan pangeran pertama dan juga Putri Meimei, yang membuatnya kehilangan mood padahal dua orang tersebut adalah orang yang harus dihindari.
Apalagi hubungannya dengan pangeran kedua, yang tidak baik-baik saja dan dia juga berusaha untuk sebisa mungkin tidak terlalu menunjukkan rasa bencinya kepada Pangeran kedua. Karena dia tahu hal itu pasti akan sangat berbahaya untuk dirinya, Zian pun berusaha untuk menutupi rasa bencinya tersebut.
Tapi sepandai-pandainya Zian menutupi tetap saja Pangeran kedua mencurigainya, maka dari itu pangeran lebih memilih untuk menghindari Zian.
Aida datang dan saatnya Zian menikmati kesenangannya, cemilan yang dia tunggu akhirnya tiba.
"Silahkan, Putri." Aida meletakkan nampan berisi cemilan lengkap dengan teh hangat.
Tapi belum sempat cemilan itu dinikmati, ada orang tak dikenal yang datang dan tiba-tiba langsung memakan cemilan ini tanpa tahu malu.
"Kakak ipar kenapa sendirian disini?" tanya orang yang memang terlihat lebih muda darinya dan dengan pakainya itu jelas ia seorang pangeran.
"Siapa lagi ini, aku tidak mengingatnya, tapi kelakuanya bikin kesal," batin Zian tidak suka