"Kau langsung tidur?" tanya Zian merasa aneh.
Tapi Zian juga sedikit lega karena tidak ada hal-hal aneh yang akan di lakuan oelh Pangeran.
"Lalu?" kata Pangeran yang juga tidak nyaman dengan adanya orang lain di dalam kamarnya.
Pengeran sendiri merasa kecewa dengan apa yang dilakuan Zian saat upacara pernikahan, ia juga tahu hubungan putri Zian dan pangeran pertama, meskipun ia pernah menaruh rasa tapi setelah tahu jika putri Zina menyukai pangeran pertama dan tudak serius dalama upacara pernikahan, jelas semua itu sudah jelas bagi pangeran untuk tidak terlalu memikirkannya.
Zian yang tahu hal itu langsung bangun menganti bajunya, karena baju yang ia gunakan sangat tidak nyaman.
Awalnya Zian merasa ketakutan dan berniat untuk melarikan diri jika Pangeran macam-macam maka ia siap untuk membunuh pangeran.
Tapi tanpa di duga dan luar perkiraan Pangeran tidak melakukan apa-apa dan langsung tidur, jelas hal itu membuat Zian senang, ia tidak harus terlalu memikirkan Pangeran sekarang.
Tapi masalahnya ia tidak bisa tidur dia satu ranjang dengan pangeran dan Zian berniat pergi ke tempat Aida.
Karena ia sendiri juga merasa sesak satu kamar bersama pangeran yang dingin itu dengan diam-diam ia ingin membuka pintu tapi ia ditahan oleh pangeran.
"Apa yang kau lakukan?" tanya Pangeran membuat Zian ketakutan.
Apa lagi sosok yang tinggi besar itu ada didekatnya, dengan gelagapan Zian menjawab.
"Aku ingin keluar," jawab Zian yang merasa jika ia akan mendapatkan masalah setelah apa yang dilakukannya ternyata membangunkan Pangeran yang sedang tidur.
Pangeran menahan pintu yang akan di buka oleh Zian saat itu, dengan posisi yabg begitu dekat jelas membuat Zian sangat gugup, Zian membalikkan badannya dan membuat dia melihat jelas pangeran yang ada dihadapannya.
Sosok yang begitu tegas dengan sedikit luka bekas sayatan pedang membuat dia terlihat menakutkan.
"Wajahnya begitu dekat, ada apa ini. Pasti dia akan marah," batin Zian yang sudah membaca situasinya.
"Kau tidak ada henti-hentinya mempermalukanku, jika kau tidak suka dengan kondisi ini lebih baik kau diam, dan tidak usah banyak bertingkah, kau keluar malam-malam kau ingin menunjukkan kepada semua orang jika kau tidak suka padaku, dan tidak menyetujui pernikahan ini, aku juga tidak suka dengan pernikahan ini. Kau mengerti apa tidak, hah!" Pangeran yang tidak tahan lagi akhir marah-marah diluar kendalinya.
Dia tahu jika semua yang ia katakan tidak akan merubah apapun apalagi, putri yang menyukai Pangeran Pertama tentu saja membuat Pangeran kedua tidak suka dengan situasinya.
Walaupun dulu dia pernah menyukai Putri Zian tapi tidak dengan sekarang.
"Iya, aku mengerti," jawab Zian sambil menundukkan kepalanya.
"Aku sudah merasa pasti dia akan marah, orang sedingin dia ternyata kalau marah banyak bicara juga," batin Zian yang merasa bersalah dan tidak bisa menjawab apa-apa.
"Dan ingat jangan pernah kau mendekati Pangeran pertama, aku tahu kau memiliki hub—" Pangeran kedua yang belum selesai bicara langsung di tahan oleh Zian dengan menutup mulut Pangeran dengan tangannya.
"Stop, aku jelaskan sebelum kau memarahi ku berlebihan seperti anak kecil, aku tidak memiliki hubungan apapun dengan pangeran pertama wajahnya saja aku tidak ingat. Dan lagi aku juga tidak bisa mengingat semua, jadi aku tidak tahu apa-apa tentang kerjaan ini, tidak tahu dengan kondisi, adat dan tradisi disini. Aku juga melupakan semua, setelah kecelakaan yang membuatku hampir saja mati. Jadi sudah jelas jadi jagan menyalahkan ku lagi, aku saja bingung," kata Zian yang terbawa emosi dan mengatakan semuanya dia hadapan Pangeran.
Pangeran kaget dengan apa yang dilakukan Putri Zian, "Apa-apaan wanita ini, benar-benar berbeda dari sebelumnya," batin Pangeran.
"Rasanya lega juga sudah mengatakan semua, jadi aku tidak perlu takut lagi berhadapan dengan pangeran kedua yang mudah marah. Aku kira dia dingin dan pendiam, ternyata kalau sudah marah membuat telinga berdenging, sungguh sulit diduga," batin Zian yang merasa lega saat itu.
Melihat wajah Pangeran yang diam saja dan kelihatan kaget dengan apa yang di lakuan oleh Zian. Jelas saja jauh dari kata elegan sebagai seorang orang putri yang terkenal lemah lembut.
"Maaf," kata Zian menurunkan tangannya karena lupa sedari tadi ternyata tangannya menyusup mulut sang Pangeran.
"Aku tidak percaya dengan perkataan wanita ini, kenapa dia harus berbohong, dia yang selama ini dekat. dengan pangeran pertama. Baiklah aku akan mengujinya," batin Pangeran yang tidak bisa percaya dengan perkataan Zian.
Pangeran berjalan kembali ke tempat tidur dan duduk di sisi ranjang.
Zian hanya menatap tak percaya jika Pangeran tidak marah dengan apa yang ia lakuan, padahal sedari tadi ia merasa ketakutan.
"Kenapa kau hanya berdiri di sana, kemarilah banyak hal yang harus kita bicarakan," kata Pangeran menyuruh Zian untuk kebali.
Zian melangkah dengan ragu-ragu, ia tidak begitu suka dengan suasananya, apalagi berada berdua dengan pangeran yang tidak ia sukai. Meski sekarang sudah menjadi suaminya tapi karena tidak terbiasa bersama dengan pangeran jelas membuat Zian merasa tidak nyaman.
"Apa lagi yang akan ia bicarakan," batin Zian yang menyeret kursi dan duduk di hadapan pangeran dengan jarak yang jauh.
Pangeran yang menatap itu tentu saja tahu jika Putri takut padanya dan menjauhinya. Walaupun diawal dia bilang tidak ingat apapun Pangeran masib tetap tidak oercaya.
"Ternyata kau berbohong, dengan kau menjauhiku saja kau sudah jelas tidak suka denganku dan masih menyukai Pangeran pertama, untuk apa kau membuat dalih jika kau hilang ingatan, ternyata kau licik juga, aku akan ikuti permainanmu," batin Pangeran yang tetap tidak percaya dengan putri Zian.
"Kenapa kau harus duduk begitu jauh dariku?" tanya Pangeran yang sengaja mengetes seberapa besar perkataan putri Zian bisa dipercaya.
Zian menatapnya dengan aneh.dan tidak berani mendekat, mana mungkin ia bisa sedekat itu dengan pangeran yang baru saja ia kenal dan memarahinya.
"Tidak aku disini saja, bicarakan apa yabg ingin kau bicarakan, agar kau tidak terus mencurigaiku," kata Zian masih tetap menjaga jarak agar tidak terlalu dekat.
Wajah Pangeran yang masih saja terlihat dingin, tegas dan pemarah menambah rasa tidak suka Zian pada Pangeran, Zian hanya ingin membuat Pangeran tidak salah paham padanya bukan berarti Zian menyukai Pangeran dingin itu.
Jadi Zian memilih untuk menjaga jarak dan bicara dari jarak jauh, karena ia juga takut melakukan malam pertama yang dilakukan pengantin pada umumnya karena ia sendiri tidak menyukai Pangeran.
Sikap Zian yang seperti itu membuat Pangeran yakin jika Putri Zian berbohong dengan apa yang sudah dikatakannya tadi, terbukti Sang Putri yang masih menjaga jarak padanya dan tidak mau mendekatinya.
"Percuma saja membohongiku, hapir saja aku percaya padanya," batin Pangeran yang tidak percaya dengan semua yang di katakan Zina dengan melihat sikap Zian.