Zian mendapatkan sambutan yang luar biasa dari sang Ratu, yang sangat senang dengan kedatangan Zian.
Setelah memberi hormat pada sang Ratu, Zian pun akan duduk dengan yang lain tapi hal itu dilarang oleh Ratu dan menyuruhnya duduk di samping kanan Ratu padahal di samping kiri Sang Ratu sudah ada seorang wanita dengan tatapan ganas yang mengintimidasi seolah berkata "Kau tidak boleh dekat-dekat dengan Ratu, karena dia milikku"
Zian dengan sopan dan anggun duduk di dekat Sang Ratu.
"Siapa wanita itu, membuat ku kesal saja," batin Zian saat melihat wanita yang ada di sebelah kiri Ratu.
Yang terlihat jelas sekali jika wanita itu membenci dirinya, yang mana memang seperti saingan saja. Padahal Zian baru masuk istana sudah ada musuh yang siap membuatnya kesulitan.
Zian mengikuti acara pagi itu dengan minum teh bersama, karena ini baru pertama kalinya membuat Zian agak sedikit canggung, apalagi yang melihat Ratu begitu senang dengan keberadaan dirinya padahal ia baru datang ke istana.
Walau diperlakukan berbeda, tapi ia tetap merasa tidak enak dengan yang lain, karena ia yang merupakan pendatang baru, jadi ia pun harus bersikap baik dihadapan mereka semua.
Zian tidak sadar jika ada persaingan diantara para Putri raja yang ingin dekat dengan Ratu, jika sang Ratu sudah mempercayainya maka jalannya di istana pasti dipermudah dan di perhatikan tidak kekurangan apapun.
Setelah acara selesai satu persatu para putri berpamitan untuk pergi, melihat hal itu membuat Zian pun ingin berpamitan, karena jelas kakinya yang sangat pegal harus duduk lama membuat ia pamit bersama yang lain.
Tapi Ratu melarangnya untuk pergi.
"Tinggalah sebentar," kata Ratu membuat Zian mengurungkan Niatnya.
Walau semua sudah pergi tinggal Ratu dan wanita tadi serta para pelayan, setia Putri memiliki satu pelayan begitu juga sang ratu yang memiliki satu pelayan, yang selalu mengikuti mereka kemanapun mereka pergi.
Mendengar permintaan dari sang ratu, pembuat Zain menghentikan langkahnya dan kembali duduk.
"Ini hari pertama kau di sini, jangan sungkan anggap saja aku ibumu,"
"Baik Ratu," jawab Zian yang belum berani bersikap dekat dengan ratu dan masih merasa menjadi orang asing, jadi membuatnya canggung saat berada di dekat sang Ratu.
Bagaimana tidak dia Ratu di kerajaan Aozora, yang merupakan ibu dari Pangeran sekaligus istri dari seorang Raja. Jelas saja hal itu membuat Zian harus menghormatinya dan tidak berani melakukan kesalahan lagi. Apalagi setelah acara kemarin.
"Jangan Panggil Ratu tapi ibunda," kata sang Ratu yang merupakan ibunda dari pangeran kedua.
Pangeran kedua merupakan pangeran yang paling ia sayangi, hingga membuat sang ratu juga menyukai Zian yang merupakan menantunya, apalagi Pangeran kedua yang memilih putri Zian langsung sebagai istrinya setelah sang ratu memberikan empat orang putri untuk dipilih, sebagai istrinya hal tersebut membuatnya tentu sangat menyukai Zian, yang merupakan pilihan dari anak kesayangan.
"Baik, ibunda ratu," kata Zian membuat Ratu tersenyum dan merasa senang dengan sikap sopan santun yang dimiliki oleh Putri Zian, yang mana membuat Ratu jadi langsung memihak dan mendukungnya.
Tapi berbeda dengan tatapan gadis di samping sang Ratu, yang jelas tidak suka dengan keberada Zian, yang mana sangat mengganggu Zain dan membuatnya sangat terganggu.
"Siapa sebenarnya wanita itu, jelas sekali dia tidak suka dengan ku, tapi kenapa sejak tadi ia berada di samping ratu, apa aku mengenalnya," batin Zain yang tidak mengenal sama sakali perempuan yang ada di samping sang Ratu, yang sedari tadi menatanya dengan sinis.
"Bagaimana hari mu disana apakah menyenangkan, kamu baru pertama kali tinggal di sini jadi kau ingin ,mendengar pendapatmu?" tanya sang ratu pada Zian jelas membuat Zain tidak bisa menolak untuk menjawab pertanyaan itu.
"Aku baik-baik saja dan merasa senang bisa berada disini," jawab Zian yang saat itu senang dengan sambutan dari sang Ratu, yang begitu baik dan membuatnya nyaman.
"Bagaimana dengan perlakuan pangeran kedua padamu, kalian baik-baik saja?" tanya Ratu yang ingin tahu kondisi dan kabar mereka langsung dari menantu barunya itu.
Sang Ratu juga mengetahui jika dulu pangeran pertama pernah mengakui putri Zian juga, tapi pangeran pertama sengaja memilih puri Meimei untuk memperkuat kedudukannya di kerajaan Aozora.
Maka dari itu sang Ratu ingin mengetahui pendapat Putri Zian setelah ia menikah, dan Ratu juga berharap jika pilihan nya itu tidak salah, walaupun pangeran kedua saat itu sempat menolak, tapi pada akhirnya ia pun memilih menikah dengan Putri Zian,
"Aku baik-baik saja, dan merasa senang bisa bersama pangeran, apalagi pangeran sangat baik pada ku," kata Zain berbohong, walau sebenarnya ia tidak begitu suka dan masih merasa takut dengan Pangeran kedua.
"Aku juga ikut senang, jika kau senang bersama pangeran kedua, besok akan diadakan lomba memanah untuk para pangeran, aku harap kalian berdua bisa meneaniku," kata Ratu pada dua orang putri yang ada bersamanya sekarang.
"Baik, Ratu," kata mereka bersamaan dan mengakhiri pertemuan itu Zian bersama Ratu.
Setelah Ratu mengizinkan Zian untuk kembali ke kediaman, ia pun kembali dan merasa senang karena pertemuan itu sudah selesai. Zain sudah merasa tidak nyaman sedari awal ia berada di sana dan sekarang ia harus berpura-pura untuk menunjukan rasa suka pada pangeran.
Putri Zian berjalan kembali ke kediaman kediaman pangeran kedua, sambil merasakan perasaan lega, saat sudah menjawab semua pertanyaan dari ratu meski harus berbohong.
"Menyebalkan sekali, untuk apa aku berbohong kalau kau menyukai pengerang berdua, kalau aku tidak sayang nyawaku dan posisiku sekarang aku lebih baik jujur, untuk apa aku menyukai pangeran buruk rupa itu, di wajahnya saja banyak bekas luka pedang betapa mengerikanya dia," batin Zain yang merasa tidak suka dengan pangeran kedua.
Bukan karena ia menyukai pangeran pertama, tapi karena ia tidak menyukai fisik pangeran kedua, yang sering pergi berperang dan banyak bekas luka yang meninggalkan kesan mengerikan, walau pangeran terlihat tegas dan kuat, tetapi tetap saja tidak seperti apa yang di banyakan oleh Zian, jika pangeran itu sangatlah tampan.
"Untuk apa aku bertahan disini menyebalkan sekali," gerutu Zain dengan suara pelan selama perjalanannya kembali ke kediamannya.
Dengan melewati jalan yang dia lewati tadi pagi,
ia berjalan dengan langkah yang pelan dan menunjukan pesona seorang Putri, dia harus bersabar dengan itu semua, selama ia berada di luar kediamannya. Karena banyak pelayan dan penjaga yang ia temui selama perjalanan, jelas menjaga image itu lebih penting sebagai seorang istri pengeran.
Dari kejauhan Zian melihat sosok yang tidak asing baginya, hal itu membuatnya berhenti berjalan dan memperhatikan sosok itu.
"Siapa laki-laki itu kenapa aku tidak asing," batin Zian memperhatikan dengan seksama.
Tiba-tiba saja seorang wanita datang menghampirinya dengan marah.
"Apa yang kau lakukan hah! kau memperhatikan suami orang, bilang saja jika kau masih menyukai pangeran pertama, dasar wanita bermuka dua," kata wanita itu yang jelas membuat Zian marah atas tuduhan tersebut.