"Maafkan pimpinan saya Nona, dia memang seperti itu. Tapi sebenarnya dia adalah pria yang baik..."
"Apa? Pimpinan? Jadi pria kasar itu pimpinan Anda? Wwuaaa.. Luar biasa, ternyata ada juga pimpinan yang memiliki tabiat buruk seperti dia. Dan kenapa anda begitu betah selama ini berada di samping orang seperti dia?" Potong Hanna Eldora cukup kesal dan tersulut amarah.
"Maaf Nona, jika kejadian ini membuat Nona tidak nyaman." Balas Lucas yang hanya tersenyum sambil sedikit membungkuk. Tak mampu mengatakan apapun lagi, sebab sadar jika sikap Aiden Alves memang sedikit membuat gadis di hadapannya saat ini merasa tak nyaman. Tepatnya kesal, dan mungkin marah.
"Tidak apa-apa." Balas Hanna Eldora berhasil mengontrol emosinya sendiri.
"Baiklah, Saya permisi dulu Nona, selamat siang." Ucap Lucas yang kembali membungkuk dan langsung berlalu dari hadapan Hanna Eldora yang hanya mengangguk.
"Maaf Nona, sepertinya kami tidak menemukan anting yang sama persis seperti punya anda." Ucap karyawan toko tersebut.
"Apa? Tapi tadi... bukankah anda mengatakan jika memiliki anting yang sama persis dengan anting milik saya." Tanya Hanna Eldora memalingkan pandangan, penetapan sang karyawan.
"Maaf Nona, kami pikir anting ini hanya anting biasa. Tapi sepertinya ini hanya bisa di dapat jika melakukan pesanan khusus." Balas karyawan itu lagi sambil membungkuk.
"Baiklah.. Terimakasih" Balas Hanna Eldora kembali menghela nafas panjang sambil mengulas senyum untuk menutupi kekecewaan.
Ternyata tidak mudah untuk mencari yang sama persis dengan antingnya yang hilang. Bahkan hari ini ia sudah keliling hampir semua toko di kota ini untuk mencari anting yang sama. Namun hasilnya tetap saja nihil.
"Ah... ini cukup melelahkan.. " Kelu Hanna Eldora memutuskan untuk pulang. Mungkin ia akan sedikit terhibur jika kembali ke restaurant dan bertemu Alfie Glad di sana, dan tidak bisa ia pungkiri jika selama ini hanya pria itu yang selalu menjadi mood booster-nya selama ini. Dan seolah saling memiliki ikatan batin, ponsel Hanna Eldora tiba tiba berdering dan nama Alfie Glad nampak di layar ponselnya.
📞 "You are okay?" Tanya Alfie Glad terdengar khawatir di sebrang sana.
📞 "No. this is bad. I didn't get the earrings." Kelu Hanna Eldora melangkah perlahan keluar dari toko, berjalan lambat mengintari trotoar dan duduk di sebuah kursi di pinggiran taman sambil meluruskan kedua kaki yang ia rasakan keram.
📞 "Lalu di mana kau sekarang?" Tanya Alfie Glad.
📞 "Taman,"
📞 "Tunggulah... aku akan menjemputmu." Balas Alfie Glad yang langsung mengakhiri panggilan telepon.
Sedang Hanna Eldora kembali menarik nafas berat, memangku kedua tangan sambil menengada. Mengabaikan dedaunan maple yang berguguran oleh angin dan mengenai wajahnya. Terlihat memejam sambil menikmati hembusan angin menyapa wajahnya yang nampak bercahaya saat terkena pantulan sinar matahari yang terkadang timbul dari balik dedaunan kala angin meniupnya.
Hingga di detik berikutnya, terlihat mobil yang melintas dengan perlahan melewatinya, bersamaan dengan tatapan mata tajam dari seseorang yang tengah duduk menyandarkan tubuh di jok depan, dengan pandangan yang sekilas tertuju ke arah Hanna Eldora yang masih dengan posisinya.
"Apa kau sudah mendapatkan cincin yang sesuai dengan keinginanmu?" Tanya Lucas, sang pengendara mobil yang baru saja melintas tersebut.
"Tidak, aku akan kembali nanti." Jawab Aiden Alves menatap kaca spion yang masih memantulkan bayangan Hanna Eldora yang tengah melamun di sana. Hingga banyangan itu menghilang, dan Aiden Alves yang kembali memejam.
"Apa kau butuh bantuan?"
"Tidak Lucas, terima kasih." Jawab Aiden Alves kembali mengeluarkan benda mungil dari balik saku jas dan menatapnya.
"Apa kau masih memikirkan pemilik anting itu?" Tanya Lucas saat melirik sekilas ke arah Aiden Alves yang masih menatap benda tersebut.
"Yah, aku merasa... jika pernah melihat pemilik anting ini." Balas Aiden Alves kembali mengalihkan pandangannya ke luar jendela.
"Haruskah kita ke klub untuk memastikan?" Tanya Lucas.
"Apa kau masih mengira jika pemilik anting ini salah satu wanita di klub?" Tanya Aiden Alves.
"Yah, aku rasa begitu."
"Tapi aku pikir tidak." Balas Aiden Alves.
"Kenapa kau bisa berfikir demikian?" Tanya Lucas yang masih fokus dengan kemudinya.
"Entahlah... aku hanya merasa, jika pemilik anting ini adalah seorang yang berbeda, sangat menggambarkan sisi feminin, seorang yang sederhana, dan.... "
"Cantik! Berlian menggambarkan sosok yang cantik dan elegant. Sepertinya kau sudah mendapatkan gambaran tentang sosok sang pemilik anting." Balas Lucas mengangguk pelan, sekilas melirik Aiden Alves dan kembali fokus ke depan.
"Kapan kau akan melamar Luciane?" Tanya Lucas membuyarkan lamunan Aiden Alves.
"Akhir pekan ini," Jawab Aiden Alves.
"Apa kau sudah mempersiapkan semuanya?"
"Aku bahkan belum mendapatkan lokasi yang tepat." Balas Aiden Alves kembali memasukkan anting tersebut ke dalam saku jasnya.
"Bagaimana jika di Restaurant biasa? Aku akan mengurus semuanya."
"Ide yang bagus, aku serahkan pada mu." Angguk Aiden Alves.
"Baiklah, usai bertemu klien sore ini, aku akan mengurusnya."
"Hm, " Angguk Aiden Alves mengambil ponsel dan mulai memeriksa semua notifikasi yang masuk kedalam ponselnya. Bahkan sekilas pria itu terlihat tersenyum sambil menatap layar ponsel.
Sedang di pinggiran taman, tak jauh dari sana nampak mobil lain terparkir tepat depan Hanna Eldora yang langsung mengulas senyum, meski hanya sekilas, sebelum wajah kembali terlihat murung dan kembali menegadah ke atas.
"Apa yang kau lakukan di sana?" Tanya Alfie Glad berjalan menghampiri, bahkan langsung duduk di samping Hanna Eldora.
"Mengurangi sesak." Jawab Hanna Eldora.
"Sesak? Apa sesuatu telah terjadi?" Tanya Alfie Glad menatap wajah Hanna Eldora yang masih menatap ke atas, seolah langit yang mulai menggelap adalah hal yang paling menarik saat ini.
"Entahlah... Ada banyak hal yang terjadi hari ini, namun tak satupun yang menyenangkan bagiku." Balas Hanna Eldora.
"Bisa kau menceritakan salah satunya? Mungkin saja itu bisa mengurangi beban yang kau rasakan saat ini."
"Aku hanya ingin bersandar dan tak ingin bercerita," Balas Hanna Eldora yang bahkan langsung menyandarkan kepala tepat di bahu Alfie Glad.
"Baiklah, jika kau merasa itu lebih baik." Angguk Alfie Glad mengusap kepala Hanna Eldora yang seketika merasa nyaman.
"Glad... "
"Hm,"
"Apa kau pernah bertemu seseorang yang sangat menyebalkan?" Tanya Hanna Eldora masih menyadarkan kepalanya di bahu lebar Alfie Glad.
"Aku rasa sering," Jawab Alfie Glad.
"Lalu? Apa kau pernah berfikir untuk menghajar mereka?" Tanya Hanna Eldora yang membuat Alfie Glad tersenyum.
"Aku rasa iya,"
"Lalu?"
"Sayangnya aku belum pernah melakukannya."
"Ah... seharusnya kau menghajar saja mereka." Balas Hanna Eldora.
"Apa orang itu benar benar menyebalkan?" Tanya Alfie Glad
"Ha?"
"Orang yang sebenarnya sangat ingin kau hajar. Apa dia benar benar sangat menyebalkan?" Tanya Alfie Glad yang bisa menebak. Sedang Hanna Eldora masih terdiam, saat ingatannya kembali tertuju kepada sosok Aiden Alves yang beru saja di temuinya beberapa saat lalu.
"Yah, sangat menyebabkan." Jawab Hanna Eldora mengangkat kepala, dan memilih menyandarkan tubuhnya di sandaran kursi.
"Who's he?" Tanya Alfie Glad perlahan.
"Aku tak mengenalnya." Jawab Hanna Eldora, "Aku bahkan tidak tahu namanya."
* * * * *
Bersambung..