"No Luci," Telah Aiden Alves memegangi kedua tangan Lucianne yang bahkan sudah berhasil membuka seluruh kancing bajunya dan menampilkan tubuh sempurna penuh otot, hingga membuat jantung Lucianne semakin bergemuruh menahan hasrat.
"Tapi aku sangat menginginkanmu malam ini Aiden," Ucap Lucianne sedikit memohon bahkan mengecup dada pria itu sebelum menjilati niplle milik Aiden Alves, hingga terdengar suara desahan rendah dari Aiden Alves yang langsung meraih tengkuk leher Lucianne dan melumati bibir itu dengan sedikit kasar, hingga beberapa detik.
"Kita akan melakukannya nanti," Bisik Aiden Alves merapikan rambut Lucianne.
"But baby, I really want to make love to you,"
"Bisakah kau bersabar? Aku berjanji, kita akan melakukannya nanti. Setelah aku melamarmu." Jawab Aiden Alves.
"Melamarku?" Tanya Lucianne nampak berbinar.
"Yah, aku akan melamarmu secepatnya." Balas Aiden Alves kembali mengecup bibir Lucianne. "Dan kita akan tinggal bersama sambil menunggu hari pernikahan kita." Sambungnya.
"Kapan kau akan melamarku?"
"Secepatnya sayang."
"Baiklah, setelah aku kembali dari Swiss." Balas Lucianne yang membuat kening Aiden Alves mengernyit.
"Kau akan ke Swiss?" Tanya Aiden Alves sedikit terkejut, bahkan ia sudah merencanakan akan melamar Lucianne di akhir pekan ini.
"Yes Dear, aku tidak akan lama." Balas Lucianne memegangi kedua belah pipi Aiden Alves sebelum mengecup dahi itu lembut.
"Berapa lama?"
"Tiga bulan," Jawab Lucianne yang membuat Aiden Alves terdiam sesaat, menatap wanita di hadapannya sekarang. Bahkan Lucianne baru kembali dari Belanda beberapa hari lalu, dan sekarang akan pergi lagi dengan waktu yang cukup lama bagi Aiden Alves, namun hanya sebentar bagi Lucianne, seolah wanita itu betah menjalani hubungan jarak jauh dengannya.
"Luci, ada yang ingin aku tanyakan padamu."
"Ada apa?"
"Apa kau juga selalu merindukanku jika tak sedang berada di sampingku?" Tanya Aiden Alves yang menciptakan senyum di wajahmu Lucianne.
"Of course dear, tidak ada hari tanpa merindukanmu. Mengapa kau bertanya demikian?" Tanya Lucianne.
"Aku hanya merasa, kau lebih betah jika jauh dariku."
"Tidak seperti itu sayang, aku sungguh sibuk akhir akhir ini, dan sepertinya aku akan menyelesaikan semuanya sebelum kita menikah nanti, agar kita bisa menikmati hari hari berkualitas kita bersama." Balas Lucianne memeluk tubuh kekasihnya, menghirup aroma favoritnya di ceruk leher itu.
"Tapi tiga bulan bukanlah waktu yang singkat menurutku. Itu cukup lama Luci," Balas Aiden Alves.
"Sayang, bukankah selama ini kau sudah tahu, jika pekerjaan yang aku lakukan mengharuskanku untuk pergi, apa kau tidak percaya padaku?" Tanya Lucianne.
"Aku percaya padamu Luci, aku hanya tidak bisa menahan rinduku untukmu." Jawab Aiden Alves.
"Begitupun denganku sayang, tapi aku benar benar harus pergi, ini sangat penting bagiku juga kelangsungan Butikku."
"Baiklah, aku mengerti. Maafkan aku." Balas Aiden Alves balas memeluk Lucianne erat dan mengecup pucuk kepala itu lembut. "Kau tidak perlu bekerja keras seperti ini lagi jika sudah menikah nanti. Aku memiliki segalanya, dan itu hanya untukmu." Sambung Aiden Alves mengusap rambut Lucianne yang lekas tersenyum penuh bahagia.
"Terima kasih sayang," Balas Lucianne.
"Baiklah, aku akan mengantarmu untuk pulang."
"Aku pikir kita akan tidur bersama." Balas Lucianne mengerucutkan bibir.
"Sayang, ayolah... kita akan tinggal bersama nanti, dan kita bisa melakukan semuanya hingga kau puas, setidaknya kita sudah memiliki Ikatan untuk bisa saling memiliki. Aku tidak ingin kau hamil sedang hubungan kita masih berstatus kekasih.
"Bukankah itu hal yang biasa sayang? Bahkan mereka bisa memiliki anak meskipun belum menikah."
"Yah, aku tahu. Tapi itu tidak berlaku denganku sayang. Dan satu hal, ayah dan ibu tidak menyukai hubungan demikian. Kau mengerti kan maksudku?" Tanya Aiden Alves.
"Baiklah, aku mengerti." Angguk Lucianne yang langsung beranjak dari atas pangkuan Aiden Alves. Sedikit merapikan dressnya yang sedikit berantakan, begitu juga dengan Aiden Alves yang kembali mengancing kemejanya.
* * * * *
Alunan musik di dalam ruangan yang memiliki pencahayaan remang membuat Aiden Alves semakin terlarut dalam kegelisahan. Usai meneguk cocktail untuk gelas yang kesekian, pria itu kembali tertunduk dan larut dalam lamunannya. Sudah dua hari lepas kepergian Lucianne, dan seperti biasa, wanita itu tak pernah pernah memberi kabar di karenakkan satu kesibukkan, dan Aiden Alves sudah terbiasa dengan hal itu. Meski ia sendiri selalu merasakan kerinduan.
"Aiden... "
"Hei Lucas, kau menemukanku?"Tanya Aiden Alves tersenyum saat mengangkat wajah dan mendapati Lucas yang sudah duduk di sampingnya.
"Yah, aku tidak ingin kau berakhir di kamar hotel lagi dan di rampok oleh penyelamatmu sendiri." Balas Lucas, memesan satu minum bersoda.
"Kau tidak minum ini?" Tanya Aiden Alves meletakkan segelas cocktail di hadapan Lucas.
"Tidak Aiden," Tolak Lucas yang bahkan langsung menyingkirkan gelas tersebut, tak ingin melihat Aiden Alves minum lagi, sebab sudah terlihat mabuk.
"Seharusnya kau meminumnya Lucas, itu menyenangkan... setidaknya dengan mabuk kau bisa melupakan semua masalahmu."
"Yah, kau benar, dan akan sangat menyenangkan jika kita amnesia bersama," Balas Lucas yang langsung meneguk sodanya.
"Semabuk apapun kau, tidak mungkin amnesia."
"Oke, kita akan melakukannya lain waktu, di saat kau akan menikah. Bukankah kau akan menikah sebentar lagi?"
"Yah... " Angguk Aiden Alves memijat pangkal lehernya yang mulai menegang.
"Lalu? Ada apa lagi kali ini? Bukankah seharusnya malam ini kau melamar Lucianne?"
"Luci ke Swiss,"
"A-pa?"
"Luci berangkat ke Swiss."
"Lagi?"
"Hm,"
"Berapa lama?"
"Tiga bulan,"
"Ahh... waktu yang cukup singkat! Dan kau membiarkannya?"
"Memang apa yang harus aku lakukan? Mencegahnya? Aku bukan suaminya, aku masih pacarnya Lucas, aku rasa aku masih tak memiliki hak untuk itu."
"Yah, kau benar," Angguk Lucas. "Apa kau bahagia dengan hubungan seperti itu?" Tanya Lucas, sedang Aiden Alves hanya terdiam dan kembali meraih gelas cocktail yang kesekian untuk di minumnya, bahkan sampai berulang kali hingga membuatnya tak bisa mengangkat kepalanya lagi.
Sudah sangat jelas tidak Aiden Alves tidak bahagia, awal memulai hubungan, mereka nyaris tak pernah terpisah. Lucianne selalu menjadi wanita manis yang penurut, bahkan tak ingin jauh darinya meski hanya sehari. Namun seiring berjalannya waktu, Lucianne mulai berubah, meskipun demikian, Aiden Alves tidak pernah mempermasalahkan hal demikian, bahkan perasaan cintanya semakin besar kepada wanita itu, meski sudah hampir tiga tahun ini mereka sering terpisah dalam kurun waktu yang lama karena kesibukan Lucianne di Butik, dan terus melakukan perjalanan ke luar Negara. Dan semua itu berawal dari Aiden Alves yang menanamkan banyak saham di Butik Lucianne, hingga Butik tersebut berkembang menjadi Butik terkenal, bahkan terbesar di seluruh kota, yang awalnya hanya Butik biasa.
Tiga tahun menjalin hubungan yang tak lagi harmonis membuat Aiden Alves selalu menghabiskan waktu untuk meminum alkohol dan mabuk mabukkan, meskipun demikian, sedikitpun Aiden Alves tak punya niat untuk mengakhiri hubungan tersebut, sebab sudah sangat mencintai Lucianne.
* * * * *
Bersambung...