Chereads / Your Ayes Tell / Chapter 9 - ITU BUKAN CINTA.

Chapter 9 - ITU BUKAN CINTA.

"Namun ia sudah membuatmu kesal?" Tanya Alfie Glad yang bahkan langsung di balas anggukan oleh Hanna Eldora. "Sungguh?"

"Yah,"

"Apa yang terjadi?" Tanya Alfie Glad seketika penasaran.

"Maksudnya?"

"Mengapa ia menjadi sangat menyebalkan? Apa kalian berdebat? Atau.... ada hal lain?" Tanya Alfie Glad.

Aku bahkan tidak mengerti, kenapa aku jadi sangat sensitif, apa karena aku kesal sebab ia tak mengingatku? Lalu kenpa? Dia bukan orang penting juga, apa aku diam diam mengharapkan kata terima kasih darinya? Ahh... ini gila. Kenapa aku jadi sangat konyol. Batin Hanna Eldora

"Anna, apa benar kalian berdebat?" Tanya Alfie Glad membuyarkan lamunan Hanna Eldora.

"Hanya kesalahan pahaman aku rasa, tapi.... tetap saja, dia sangat menyebalkan." Balas Hanna Eldora.

"Apa dia seorang pria?"

"Yah," Angguk Hanna Eldora.

"Mungkin dia menyukaimu!"

"Aku rasa itu tidak masuk akal." Balas Hanna Eldora.

"Kenapa tidak?"

"Aku bahkan baru bertemu dengannya hari ini," Balas Hanna Eldora. Pertemuan pertama tak masuk hitungan, aku bahkan ingin melupakan jika pernah bertemu dengannya malam itu. Batin Hanna Eldora.

"Itu bisa saja terjadi, apa kau tidak pernah mendengar cinta pada pandangan pertama?" Tanya Alfie Glad.

"Aku tidak mempercayai itu." Jawab Hanna Eldora.

"Why?"

"Karena jatuh cinta pada pandangan pertama itu tidak pernah ada." Jawab Hanna Eldora.

"Apa menurutmu demikian? Bisa kau jelaskan?"

"Tentu saja, para ilmuwan menemukan bahwa fenomena cinta pada pandangan pertama terjadi karena adanya ketertarikan awal. Jadi, apa yang kamu anggap sebagai cinta pada pandangan pertama mungkin sebenarnya merupakan ketertarikan pada pandangan pertama, dan itu tidak bisa di cinta kerna keduanya memiliki makna yang berbeda!" Jelas Hanna Eldora yang bahkan lebih terlihat seperti seorang Dosen yang tengah memberikan pelajaran pada muridnya.

"Aku rasa tidak begitu,"

"Apa kau pernah jatuh cinta Glad?" Tanya Hanna Eldora menatap Alfie Glad dengan mata menyipit.

"Tidak, aku hanya merasa jika teorimu salah, sebab aku pernah melihat seorang teman yang bahkan hanya bertemu sekali, tapi esoknya sudah menjadi pasangan kekasih."

"Sampai saat ini?" Tanya Hanna Eldora.

"Aku rasa tidak, itu hanya berlangsung satu bulan... "

"Jadi menurutmu? Apa itu bisa di sebut dengan cinta?" Tanya Hanna Eldora.

"Yah... mungkin, mereka bahkan tidur bersama, dari awal bertemu pun mereka sudah melakukannya."

"One stand night?"

"Maybe."

"Aku rasa itu cinta pada pandangan pertama yang didasari oleh nafsu pandangan pertama karena yang pertama kali dilihat oleh mata adalah penampilan fisik."

"Yah, kau mungkin benar." Angguk Alfie Glad.

"Maka dari itu, bisa jadi ketertarikan fisiklah yang sebenarnya dapat muncul. Psikolog tersebut juga mengatakan bahwa cinta yang sebenarnya membutuhkan waktu lebih lama untuk tumbuh. Jadi, perlu waktu yang cukup untuk dapat menentukan apakah itu cinta atau hanya sekadar ketertarikan fisik semata."

"Alu rasa itu juga benar," Angguk Alfie Glad, dengan Hanna Eldora yang langsung memutar bola mata keatas.

"Dari itulah, aku tidak pernah percaya kepada cinta pada pandangan pertama, sebab bisa berakhir seperti teman yang kau ceritakan padaku."

"Kau seperti ini bahkan lebih seperti seseorang yang takut untuk jatuh cinta, dan seorang pemilih Anna," Balas Alfie Glad.

"Mungkin kau benar, aku hanya takut jatuh cinta kepada orang yang salah, tapi bukan karena aku pemilih dan memiliki standar tinggi untuk seorang pria, aku hanya tidak ingin menyalah artikan perasaanku terhadap seseorang. Maka dari itu aku katakan. Cinta pandangan pertama pada seseorang hanyalah sebuah ketertarikan yang menggelora dalam hati saat itu, tetapi tidak mendalam. Oleh karena itu, selalu ada kemungkinan bahwa cinta ini tidak akan bisa dibawa ke arah hubungan yang lebih serius. Do you understand Glad?"

"Yah, kau benar. Hanya ketertarikan. Tapi bukankah ketertarikan itu bisa menimbulkan rasa cinta pada akhirnya?"

"Itu bisa terjadi, jika sering melakukan pertemuan, saling mendekatkan diri, dan mungkin sering bersama." Balas Hanna Eldora yang hanya di balas anggukan oleh Alfie Glad.

"Mungkin perasaan itu juga yang akan kau rasakan nantinya, jika kembali bertemu dengan pria itu lagi."

"Aku rasa tidak, aku bahkan tak berharap untuk bertemu dengannya lagi. Dan semoga saja tidak." Balas Hanna Eldora.

"Kau tidak akan pernah tahu jika pria itu yang akan menjadi jodohmu... "

"Haruskah kita membahas hal yang tidak masuk akal? Lagi pula aku tidak membutuhkan seseorang saat ini."

"Yah, karena kau milikku, kau hanya butuh aku, dan hanya aku yang bisa membahagiakanmu."

"Berhentilah berbicara omong kosong," Balas Hanna Eldora.

"Aku tidak sekedar berkata omong kosong, kau memang milikku, selama belum ada pria yang memilikimu."

"Yah... yah... aku tersanjung. Aku rasa siapa pun kekasih mu nanti, ia tidak akan menerima ini." Angguk Hanna Eldora beranjak dari duduknya. "Apa kau tidak akan pulang?"

"Di sini sangat menyenangkan." Balas Alfie Glad yang masih enggan untuk berdiri.

"Baiklah, teruslah di sana." Ucap Hanna Eldora yang langsung melangkah menuju mobil.

"Hei... wait for me," Seru Alfie Glad beranjak, dengan langkah lebar menyusul Hanna Eldora, dan kembali merangkul bahu gadis itu menuju ke mobil bersama.

"Kau banyak mengetahui soal teori cinta, kenapa kau tidak berkencan saja?" Tanya Alfie Glad di sela perjalanan mereka.

"Hentikan, bukankah aku milikmu? Kenapa kau menyuruhku mencari pria lagi?"

"Ah baiklah, kau milikku Anna, ingat itu." Balas Alfie Glad mengedipkan satu mata dan membuka pintu mobil untuk Hanna Eldora.

* * * * * *

KEDIAMAN AIDEN ALVES.

Naik ke atas pangkuan Aiden Alves yang tengah duduk menyenderkan tubuh ke sandaran sofa, wanita bertubuh langsing tersebut melingkarkan kedua lengannya keleher Aiden Alves yang langsung memegangi pinggulnya, bahkan tanpa aba aba langsung melumat bibir itu dengan sedikit liar, bahkan hanya menghirup oksigen beberapa detik saja, wanita itu kembali melumat bibir Aiden Alves sambil mencengkram kuat rambutnya kala merasakan gairah yang membuatnya terhanyut.

Tak dapat wanita itu pungkiri jika sentuhan Aiden Alves sungguh membuatnya mabuk, bahkan terhanyut hingga ingin menarik pria itu ke atas ranjang. Lucianne sangat menginginkan tidur bersama kekasihnya tersebut seperti pasangan lainnya, yang bahkan sudah naik ke atas ranjang bahkan tinggal bersama setelah satu tahun menjalin hubungan, namun itu tidak berlaku padanya yang bahkan belum di sentuh sekalipun oleh Aiden Alves meski hubungan mereka sudah berlangsung selama tujuh tahun.

"Aku sangat merindukanmu... " Bisik Lucianne saat melepaskan lumatannya.

"Begitupun denganku," Balas Aiden Alves dengan nafas yang memburu, bahkan kembali melumat bibir Lucianne yang mulai menjelajahi tubuh pria itu, meraba dada bidan itu dari balik kemeja putih. Sedang Aiden Alves masih betah bermain di bibir kekasihnya, sedikit menggigit, menyesap, dan menjilatinya, hingga membuat Lucianne mengerang oleh rasa nikmat.

"Apakah kita akan tidur bersama malam ini?" Tanya Lucianne sambil membuka kancing kemeja Aiden Alves yang langsung mengusap bibir wanita itu lembut.

* * * * *

Bersambung...