Hingga tidak berlangsung lama, di sudut sana nampak Enzo Tolya yang terlihat beranjak dari duduknya sambil sedikit menjauh dari mereka untuk menerima sebuah panggilan telfon yang ternyata itu dari Hanna Eldora.
📞 "Kak Enzo."
📞 "Anna.. Bukankah kau sedang berada di Caffe saat ini? Di mana kau sekarang? Kakak bahkan tidak melihatmu sejak tadi." Tanya Enzo Tolya.
📞 "Aku sedang berada di luar sekarang,"
📞 "Di luar? Haruskah kakak menjemputmu Dear?" Tanya Enzo Tolya.
📞 "Aku rasa tidak perlu. Lagi pula aku akan ke Restaurant sebentar lagi."
📞 "Apa kau yakin dear?"
📞 "Yah, sebenarnya ada yang ingin aku katakan kepada kak Enzo, apa aku boleh minta sesuatu dari kakak?" Tanya Hanna Eldora terdengar sedikit ragu.
📞 "Sesuatu? Katakanlah.."
📞 "Bisakah kakak berpura-pura untuk tidak mengenalku saja?"
📞 "A-pa??! Hei... Permintaan macam apa itu?" Tanya Enzo Tolya dengan suara sedikit meninggi bersamaan dengan Hanna Eldora yang langsung menjauhkan ponsel dari daun telinganya.
📞 "Tolonglah.. Kali ini saja."
📞 "Anna, apa kau tidak memiliki permintaan lain dear? Kau sangat konyol.."
📞 "Aku akan menjelaskannya, tapi tidak sekarang." Balas Hanna Eldora.
📞 "Oh Tuhan, sebenarnya apa yang akan kau lakukan?"
📞 "Kak, ini darurat. Bisakah kakak melakukannya? Aku akan menjelaskannya saat di rumah nanti."
📞 "Kau serius? Bukankah kau sedikit keterlaluan kepada kakak? Di luar sana bahkan kakak selalu.... "
📞 "Ayolah kak, sekarang bukan waktunya untuk memamerkan ketampanan kakak, aku rasa semua orang juga tau akan hal itu."
📞 "Aish dasar anak ini. Baiklah, kau utang makan malam."
📞 "Setuju, terimakasih kak Enzo." Balas Hanna Eldora tersenyum menatap layar ponselnya usai memutuskan sambungan telfon dengan tarikan nafas lega.
"Sebenarnya ini takdir seperti apa? Kenapa aku harus bertemu dengannya di tempat seperti ini." Ucap Hanna Eldora yang langsung beranjak dari duduknya, sebelum menguncir rambutnya ke atas, meski masih terlihat berantakan dengan di biarkan beberapa helai rambut terurai di leher jenjangnya yang putih. Dan setelah di rasa cukup ia pun melangkah dengan santai, seolah telah melupakan kejadian tiga bukan lalu, di mana ia sempat berdebat dengan seorang pria yang sekarang kembali berada di sekitarnya.
Dengan memasang senyum termanis untuk menutupi perasaan kesalnya, Hanna Eldora terus melangkahkan kaki melewati tiga sosok yang masih asik dengan obrolan mereka, yang sebenarnya ada sepasang mata yang sempat menatapnya. Tatapan yang meski tidak berlangsung lama namun cukup intens itu cukup membuat Hanna Eldora sedikit merasa tidak karuan sebab ada rasa gugup yang tiba-tiba saja hinggap di hatinya. Satu reaksi yang sungguh membuatnya merasa membenci dirinya sendiri.
Seharusnya aku tidak melihatnya, beraninya dia membuat jantungku berdebar tanpa seizinku. Batin Hanna Eldora. Dengan sedikit was-was berdiri tepat di meja kasir sambil mengawasi Enzo Tolya yang dengan asiknya mengobrol, hingga tanpa ia sadari ada sosok Alfie Glad yang entah sejak kapan sudah berdiri tepat di balik punggungnya dan ikut mengawasi, meski Alfie Glad sendiri tidak tahu dengan apa yang di lihatnya di depan sana.
"Heii... Kau mengejutkan ku, apa itu sudah menjadi hoby barumu?" Omel Hanna Eldora yang sudah di anggap biasa oleh Alfie Glad, bahkan pria itu hanya membalasnya dengan senyum selebar mungkin, hingga deretan gigi kelincinya terlihat jelas.
"Apa saja yang kau lakukan sejak tadi?" Tanya Alfie Glad kembali menatap Hanna Eldora yang kembali berdiri membelakanginya.
"Tidak banyak, aku hanya mengerjakan beberapa tugas kampus di perpustakaan, jadi aku datang sedikit terlambat hari ini." Jawab Hanna Eldora.
"Apa? Di perpustakaan? Bukankah sejak tadi kau sudah di sana?" Tanya Alfie Glad sambil menunnjuk sebuah kursi yang tadi di duduki Hanna Eldora. Bahkan pertanyaan Alfie Glad barusan cukup mengejutkan, bahkan membuatnya tersedak liur sendiri dengan tangan yang reflek menempel di mulut Alfie Glad sambil melihat sekelilingnya.
"Bisakah kau diam saja?" Tanya Hanna Eldora.
"Heeii. Apa yang kau lakukan? Kau membuatku sesak, atau kau mau jarimu aku jadikan makan siang?" Seru Alfie Glad yang masih memegang telapak tangan Hanna Eldora yang masih menempel di bibirnya. Bahkan ia sengaja membuka lebar mulutnya dan siap untuk memasukkan jari telunjuk gadis itu.
"Kau gila??!" Ucap Hanna Eldora lekas menarik tangannya.
"Tidak, aku hanya lapar, dan telunjukmu cukup enak di jadikan makan siang." Balas Alfie Glad mengusap bibirnya.
"Apa barusan kau melihatku?" Tanya Hanna Eldora dengan wajah polosnya sambil sedikit berbisik seolah takut suaranya terdengar oleh karyawan lain, terutama pada ketiga orang pria yang kebetulan posisi tempat duduk mereka tidak jauh darinya dan Alfie Glad sekarang.
"Aku jelas melihatmu. Apa kau sedang membunyikan sesuatu Anna?" Tanya Alfie Glad memicingkan mata.
"Tidak."
"Jangan bohong, aku sangat mengenalmu Anna, bahkan sejak kau masih ingusan hingga sekarang. Aku tau kau sedang menyembunyikan sesuatu. Sekarang katakan, apa yang sudah kau sembunyikan?" Tanya Alfie Glad bersedekap di hadapan Hanna Eldora yang seketika gugup.
"Anna... kau mendengarku? Apa yang kau sembunyikan?"
Sesuatu yang pasti akan membuatmu marah, di tambah lagi jika kau mengetahui aku yang pernah mengantar seorang pria dalam kondisi mabok ke sebuah kamar hotel. Entah kau akan semarah apa. Jawab Hanna Eldora dalam hati, seraya menatap Alfie Glad.
"Aku sedang tidak menyembunyikan apapun Glad, percayalah. Jadi aku mohon kepada anda Tuan Alfie Glad, bisakah kau menutup mulutmu sebentar saja?"
"Heeii.. Kau ini!"
"Baiklah.. Aku minta maaf." Balas Hanna Eldora mengulas senyum manis meski hanya sekilas.
"Tadi Kak Enzo mencarimu."
"Benarkah?"
"Hm," Angguk Alfie Glad.
"Ada apa kakak mencariku?"
"Entahlah." Balas Alfie Glad mengedikkan bahu sambil merapikan beberapa cangkir untuk di masukkan kedalam lemari.
Sedang Hanna Eldora yang masih terdiam di samping Alfie Glad tanpa sengaja memalingkan pandangannya ke arah Aiden Alves yang masih asik mengobrol di depan sana, entah kenapa, pria berwajah datar dan kasar itu tiba-tiba membuat Hanna Eldora sulit untuk memalingkan pandangan, ada senyum yang seolah menghipnotisnya, senyum yang mampu mengikis rasa marahnya saat ini. Dan yang lebih tidak masuk akal lagi baginya saat ini adalah, perasaan yang sangat menyukai senyum tersebut.
Bahkan kau bisa tersenyum dengan sangat manis sekarang. Batin Hanna Eldora yang terus menatap Aiden Alves, hingga akhirnya ia tersadar jika sosok yang sejak tadi di pandangnya ternyata tengah balas menatapnya. Dan saat menyadari hal tersebut, seketika di palingkan pandangannya dari pria itu, bahkan dengan tak sadar mengacak-acak semua cangkir yang sudah di rapikan Alfie Glad tadi. Sungguh suatu respon yang berlebihan dan cukup memalukan baginya, hingga tanpa sadar ia terus mengutuk dirinya sendiri dan ingin menghilang sekarang juga.
* * * * * *
Bersambung...