Chereads / Your Ayes Tell / Chapter 2 - SEMOGA TIDAK BERTEMU LAGI.

Chapter 2 - SEMOGA TIDAK BERTEMU LAGI.

"Sungguh, aku tidak apa apa paman, percepat saja laju mobil ini, kerana aku sudah sangat terlambat pulang ke rumah. Kita bawah saja pria ini okey." Jawab Hannah Eldora tegas namun terdengar sedikit lemas, dan meskipun ia memang sangat ingin melakukannya, namun untuk saat ini ia cukup lelah untuk menunggu lagi.

Ia merasa sudah cukup di bingungkan oleh situasinya saat ini, bahkan ia harus berusaha sebisa mungkin untuk bersikap tenang, meski perasaan takut dan was was sejak tadi mengusik pikirannya.

Situasi seperti apa ini? Bahkan di dalam mimpi pun aku tidak pernah menginginkan untuk berada di dalam situasi seperti ini. Batin Hannah Eldora yang terus menarik nafas panjang. Bagaimana tidak, jika saat ini ia sedang berada di dalam sebuah taksi bersama pria asing yang sama sekali tidak di kenalnya.

Dengan sedikit menepikan tubuhnya kesamping, Hannah Eldora terus menatap pria asing tersebut, sosok yang tengah duduk tepat di sampingnya, seorang yang terlihat sangat kacau dan berantakan, dengan sedikit luka lebam di pelipis dan sudut bibirnya. Namun ada sesuatu yang sedikit menarik perhatiannya, yaitu hidung mancung, dengan garis tegas di pipinya, bersurai hitam legam yang sedikit menutupi matanya. 'Tampan' Satu kata dari Hannah Eldora untuk mendeskripsikan pria yang tengah terlelap dengan sangat pulas di sampingnya.

Sebelum akhirnya Hannah Eldora tiba-tiba mencium bau alkohol yang menyeruak dan cukup menyengat, bahkan dengan reflek langsung menutupi hidung dengan telapak tangannya, sambil menurunkan kaca jendela mobil dan membiarkan udara masuk kedalam untuk mengurangi bau yang cukup mengganggu indra penciumannya itu.

Aku tidak pernah berharap akan berurusan dengan seorang pemabuk. Batin Hannah Eldora menyipit, masih terlihat waspada, bahkan sudah menyiapkan kepalan tinju, jika saja pria itu berani menyentuhnya. Hingga di menit berikutnya, ia bisa sedikit bernafas dengan lega, sebab pria itu benar benar pulas di sana, entah tidur atau pingsan, Hannah Eldora sungguh tak perduli. Ia hanya akan membawa pria itu ke hotel lalu pergi, dan berharap tak bertemu lagi.

Angin malam yang cukup menyegarkan, seketika masuk menyapa mereka, dengan perlahan Hanna Eldora menyandarkan kepalanya di pinggir jendela dan di biarkannya angin tersebut menyapa wajah ovalnya yang nampak terlihat kelelahan, setidaknya jalan sepi dengan cahaya lampu jalanan yang sebagian sisinya di penuhi oleh dedaunan maple berwarna oranye cukup membuat suasana hatinya membaik, sungguh mudah untuk membuat hati Hannah Eldora bahagia, bahkan hanya dengan pemandangan sesederhana itu saja sudah cukup baginya. Ia bahkan sangat menikmati, sampai akhir lamunannya terhenti pada satu suara yang stengah berbisik dan kedengeran parau dari pria di sampingnya.

"Ini terlalu dingin." Keluh pria tersebut sambil meringkuk. Bahkan sekarang posisi pria itu sudah berubah, yang tadinya duduk bersandar di sandaran kursi penumpang kini berpindah posisi jadi berbaring tepat di atas pangkuan Hanna Eldora, seolah kedua paha Hanna Eldora sudah menjadi bantal ternyamannya saat ini.

"Ahh... Jangan buat aku membangunkanmu dengan satu pukukan tuan, bangunlah.. " Ucap Hannah Eldora, sedang sang pria nampak tak mendengar dan semakin pulas di atas pangkuannya.

"Tuan... bangun sekarang juga, jika tidak aku akan benar benar memukulmu, percayalah. Kepalan tanganku bisa membuatmu kesakitan."

"Ada apa nona?" Tanya supir taksi sambil melirik ke arah Hannah Eldora yang kembali memejam,

"Tidak apa apa paman, apa kita masih jauh?"

"Kita hampir sampai nona,"

"Ah... baiklah," Balas Hannah Eldora menarik nafas kasar sambil mengepalkan tangannya kesal. Berusaha untuk tenang kali ini agar emosinya tidak sampai meledak. Sebab jika itu terjadi, akan ada yang berakhir dengan tidur di tepi jalan malam ini. Hingga tidak berselang lama, Hanna Eldora pun menepuk kursi belakang kemudi untuk menghentikan laju taksi itu.

"Berhenti di sini," Ucap Hannah Eldora.

"Di hotel ini?" Tanya supir taksi dengan pandangan yang langsung tertuju kesebuah hotel mewah di sana.

"Ada apa paman?" Tanya Hannah Eldora keheranan, sambil berusaha menyingkirkan tubuh pria itu dari atas pangkuannya.

"Kenapa tidak di bawah ke Motel saja, berandal pemabuk ini tidak pantas di bawah ke hotel." Jawab supir taksi tersebut, kembali mengamati pria di samping Hannah Eldora.

"Aku tidak punya banyak waktu, lagi pula tempat tinggalku tak jauh dari sini," Jawab Hannah Eldora mengeluarkan uang selembaran dari dalam tasnya sebagai ongkos.

"Ah, baiklah. Ini uang kembalian anda nona," Balas supir taksi tersebut memberikan beberapa uang kembalian.

"Tidak perlu. Itu ongkos untuk berdua dengan pria ini,"

"Bukankah anda hanya harus mengambil uang pria itu di saku celananya?"

"Aku rasa itu ide yang bagus, merampok di brandal ini. Tapi aku cukup lelah untuk melakukannya." Balas Hannah Eldora menaikan kedua lengan hoodie-nya hingga ke sikut dan mulai menarik jaket pria tersebut untuk mengeluarkan dari dalam taksi.

"Apa anda baik baik saja nona?" Tanya supir taksi tersebut.

"Yah, ini tidak buruk!" Balas Hannah Eldora, bersamaan dengan taksi yang bergerak pergi meninggalkannya yang mulai berjuang, mempertahankan tubuh pria itu agar tak jatuh ke atas aspal.

Dengan kedua lutut yang terlihat gemetar, Hannah Eldora melangkahkan kakinya memasuki sebuah hotel. Menuju meja resepsionis untuk Chek-in dan kembali menyeret langkahnya untuk membawa pria itu menuju kamar hotel yang sudah ia pesan.

"Sebenarnya kau pingsan atau mati? Bahkan kau bukan adikku yang harus aku gendong, tunggu saja sampai kau sadar, aku pastikan akan.... Ahk punggungku..." Keluh Hannah Eldora sambil meringis, dan menyandarkan tubuh pria itu kedinding sambil menunggu.

Hingga akhirnya ia bisa bernafas lega saat pintu lift berhenti tepat di lantai 016. Dengan Hanna Eldora yang sudah berdiri tepat di depan pintu kamar nomor 1610. Perlahan di geseknya pintu tersebut dengan menggunakan kartu, bahkan dengan kekuatan ekstra menendang pintu kamar tersebut agar terbuka lebih lebar, sebab kedua tangannya telah ia gunakan untuk memegangi pria yang posisinya sekarang tengah berada di atas punggung sempitnya.

"Kau... akan membayarnya brandal... " Umpat Hannah Eldora sesak nafas oleh rasa capek, hingga dengan kasar menghempaskan tubuh pria itu ke atas tempat tidur, dan membuat pria tersebut tersungkur.

"Bermimpilah dengan indah tuan..." Ucap Hannah Eldora meluruskan pinggang dengan nafas yang masih tersengal. Bahkan tidak ingin membuang waktunya lebih lama lagi, Hanna Eldora langsung melangkahkan kaki, menjauh dari tempat tidur. Namun belum sempat tangannya menyentuh knop pintu, lagi-lagi ia kembali mendengar suara keluhan dari pria tersebut.

"Aku haus... Berikan aku air putih..." Gumaman kecil pria itu yang bahkan masih memejamkan mata. Sedang Hannah Eldora hanya bisa memijat pangkal hidungnya, sambil berusaha untuk mengumpulkan kesabaran ekstra, sebab ia benar benar memburuknya saat ini.

"Aku haus... Lucasss.... di mana selimutku..."

"HEII... TIDAK BISA KAH KAU TIDUR SAJA DENGAN TENANG DAN TIDAK PERLU MENGELUARKAN SUARA APAPUN?" Teriak Hannah Eldora kembali menghampiri pria tersebut yang masih tertidur dengan sangat pulas.

* * * * *

Bersambung...