JEWELRY STORE.
"Selamat siang Tuan, kami akan merekomendasikan barang baru untuk anda."
Sapa salah seorang karyawan toko perhiasan kepada seorang pria yang terlihat sedang mengamati beberapa cincin di hadapannya tanpa merespon ucapan karyawan tersebut.
"Aku akan keluar sebentar." Bisik seorang pria bertubuh tinggi kekar yang sejak tadi berdiri di samping sang pria berwajah datar yang hanya membalas perkataannya dengan sebuah anggukkan.
"Maaf, apakah anda memiliki anting yang mungkin sama persis seperti ini?" Tanya seorang pengunjung lain yang bahkan langsung berdiri sana.
Bahkan suara pengunjung tersebut sampai terdengar ke pendengaran sang pria datar. Suara yang membuat pria itu cukup terganggu hingga membuatnya melangkah sedikit menjauh. Sebab pria itu sepertinya terlalu malas untuk berada di tempat yang menurutnya sangat mengganggu. Dan sudah seperti itulah sifat dari seorang Aiden Alves, seorang CEO yang terkenal sangat ketus dan dingin dengan wajah datar yang selalu terlihat kaku namun juga sangat tampan.
"Sepertinya kami memiliki motif seperti ini Nona, tapi bisakah Nona menunggu sebentar?" Ucap karyawan Toko tersebut.
"Ah, baguslah."
"Dan sambil menunggu, bagaimana jika Nona melihat-lihat koleksi barang terbaru kami." Sambung karyawan tersebut yang terlihat sedikit kerepotan dan kewalahan saat melayani beberapa pengunjung dan pembeli seorang diri.
"Aku mohon, saat ini aku sedang terburu-buru. Bisakah anda mengambilkannya untukku segera?" Tanya gadis itu lagi uang tidak lain adalah Hanna Eldora. Gadis yang sejak tadi uring-uringan karena kehilangan benda berharga.
Dan dengan sedikit memohon, berharap ia bisa di layani terlebih dahulu. Sebab sudah lumayan lama ia meninggalkan restaurant hanya untuk berkeliling di setiap toko demi mendapatkan anting yang sama, meski sampai saat ini ia masih belum mendapatkannya, dan ini adalah toko terkahir di kota ini, dan hal itu cukup membuatnya merasa lelah sekaligus tidak nyaman sebab sudah pasti Alfie Glad akan mengkhawatirkannya. Ini bahkan sudah sore.
"Iya nona saya akan mencarikannya untuk anda, tapi sesudah pelanggan yang di sana."
"Oh ayolah, aku... "
"Bisakah Nona bersabar sebentar? Suara rengekan Nona cukup mengganggu."
Tiba-tiba terdengar suara bariton dari pria yang tepat berada di sampingnya itu. Suara yang terdengar ketus dan cukup membuat Hanna Eldora terkejut, bahkan dengan cepat membalikkan tubuhnya untuk mencari asal suara tersebut.
"Memang anda si.... "
Kalimat Hanna Eldora menggantung dengan mata yang tiba-tiba melebar sempurna saat menatap wajah pria yang sudah berdiri tepat di hadapannya itu, wajah yang terlihat tidak begitu asing baginya. Tapi kali ini wajah itu terlihat jauh lebih tampan dari sebelumnya, di mana pertama kali mereka bertemu. Kali ini pria yang tengah bersedekap di hadapannya benar-benar menunjukkan visualnya. Mata hazel yang tajam namun terlihat sangat indah dan tatapan itu sempat membuat Hanna Eldora terpaku untuk sesaat.
"Apa Nona mengenalku?"
Satu pertanyaan yang berhasil membuyarkan lamunan Hanna Eldora. Sungguh satu pertanyaan yang sebenarnya tidak ia harapkannya.
"Tidak." Jawab Hanna Eldora singkat.
"Maka berhentilah menatapku seperti itu." Balas Aiden Alves.
"A-pa?" Tanya Hanna Eldora sedikit tersentak dengan sikap dingin pria di hadapannya sekarang.
"Bukannya sejak tadi Nona terus menatapku? Apa kita pernah bertemu sebelumnya?" Tanya Aiden Alves sekali lagi, yang bahkan masih dengan posisinya, bersedekap dengan wajah datar yang terlihat angkuh, dan tentunya cukup menyebalakan.
"Aku sama sekali tidak menatapmu, dan ini pertemuan pertama kita. Aku rasa kau salah faham. Maaf." Jawab Hanna Eldora tidak kalah ketusnya.
"Tsk, salah faham? Lalu apa yang kau lakukan sejak tadi?"
"Ha? AKU HANYA INGIN MEMASTIKAN JIKA KAU ORANG.... "
"Apa kau barusan meneriaki ku? Apa yang ingin kau pastikan?" Balas Aiden Alves menyela, seolah tidak ingin memberi Hanna Eldora kesempatan untuk membela diri. Dan hal itu cukup membuat Hanna Eldora sedikit kesal.
Ternyata kau memang orang yang sangat menyebalkan, seharusnya malam itu aku meninggalkanmu saja di pinggir jalan. Batin Hanna Eldora menarik nafas panjang dan mencoba untuk berusaha bersikap tenang seperti biasa.
"Lupakan.. Aku hanya berfikir kau orang yang sama, ternyata berbeda. Ah... aku juga salah besar karena sempat berfikir jika kau orang yang baik. Ternyata aku benar-benar salah. Karena kau hanyalah seorang yang sangat menyebalkan." Balas Hanna Eldora dengan emosi yang nyaris tidak bisa ia kontrol lagi.
Di tambah lagi saat ia kembali mengingat kejadian tempo hari yang membuatnya terpaksa harus pulang larut malam karena membawa pria itu ke hotel. Dan tak hanya itu, ia juga harus merasakan sakit di area punggung karena harus menggendong seorang pria bertubuh besar di hadapannya saat ini, dan sekarang ia malah mendapatkan perlakuan dingin dari pria itu. Atau memang sudah seperti itu tabiat dari pria ini. Hal itulah yang membuat emosi Hanna Eldora jadi sedikit tidak terkontrol.
Bahkan perdebatan kecil mereka sudah menjadi tontonan dari beberapa pasang mata pengunjung di Toko itu. Hingga suasana yang tadinya mulai memanas mendadak sedikit dingin saat satu sosok datang dan langsung menengahi perdebatan keduanya.
"Apa yang terjadi? Kau bahkan sudah menjadi bahan tontonan di sini." Bisik Lucas yang mencoba menenangkan CEO-nya. "Maafkan kesalah pahaman ini Nona." Lanjut Lucas lagi sambil sedikit membungkuk dengan senyum yang terlihat begitu manis.
"Tidak apa-apa, seharusnya bukan Anda yang meminta maaf, tapi pria kasar itu." Balas Hanna Eldora balik tersenyum, namun seketika tatapannya berubah sinis saat pandangannya teralihkan ke arah Aiden Alves yang masih berdiri di belakang Asisten pribadinya itu.
"Tuan.. " Panggil Lucas perlahan, berharap Aiden Alves mau mengalah kali ini.
"Apa? Aku? Kenapa harus aku?" Tanya Aiden Alves yang masih tetap dengan ekspresi dinginnya.
"Sebaiinya tenangkan dirimu, kita masih di tempat keramaian." Bisik Lucas.
Ia bahkan sempat merasa bingung dengan reaksi CEO-nya sekarang yang dinilainya cukup sensitif hari ini. Sebab yang ia tau selama ini Aiden Alves tidak akan pernah meladeni seseorang yang tidak di kenalnya sama sekali. Siapapun itu. Sebab pada dasarnya seorang Aiden Alves memang sosok yang tidak banyak bicara. Namun kali ini Lucas benar-benar melihat ada yang sedikit berbeda.
"Dasar pria buruk." Gumam Hanna Eldora mengumpat. Namun entah bagaimana umpatan kecil itu sangat terdengar jelas di pendengaran Aiden Alves yang selalu memiliki pendengaran yang tajam.
"A-pa? Pria buruk? Heii.." Sentak Aiden Alves yang membuat Lucas hanya bisa menghela nafas panjang dengan sedikit menggeleng sambil menangkap lengan Aiden Alves yang sudah selangkah mendekati Hanna Eldora yang sejak tadi menatapnya sinis.
"Sebaiknya kita pergi dari sini, gadis ini sepertinya tidak waras." Ucap Aiden Alves seraya melangkahkan kakinya meninggalkan Lucas dan juga Hanna Eldora yang masih menahan emosi.
"Ahh... pria itu, apakah dia terbuat dari batu? Apa dia tidak memiliki hati? Kenapa dia sangat menyebalkan." Umpat Hanna Eldora yang terlihat sudah sangat jengah dengan sikap pria yang baru saja mengatainya gila. Bahkan bayangan Aiden Alves sudah menghilang sebelum Hanna Eldora mengeluarkan sumpah serapahnya.
* * * * *
Bersambung...