"HEII... TIDAK BISA KAH KAU TIDUR SAJA DENGAN TENANG DAN TIDAK PERLU MENGELUARKAN SUARA APAPUN?" Teriak Hannah Eldora kembali menghampiri pria tersebut yang masih tertidur dengan sangat pulas.
Bahkan dengan sedikit kasar langsung menarik selimut tebal yang berada di dalam dekapan pria tersebut dan langsung menutupi seluruh tubuh pria itu hingga tidak terlihat sedikitpun. Bahkan ia tidak memikirkan lagi apakah pria itu akan merasa sesak atau tidak di dalam sana.
"Apa itu keahlianmu, berbicara sambil tidur? Kau bahkan membuat punggungku hampir patah sekarang, ahh si brandal ini." Keluh Hannah Eldora yang langsung berbalik meninggalkan pria itu yang jelas-jelas tidak bisa mendengar omelannya saat ini.
Terus melangkah keluar kamar dangan kondisi yang terlihat sangat kacau, bahkan ia sampai lupa untuk membenarkan posisi tas yang masih menggantung di lehernya dan merapikan kunciran rambutnya yang sangat berantakan.
"Berdoa lah agar kita tidak bertemu lagi, sebab aku pasti akan membunuhmu jika kita bertemu lagi, dasar brandal." Keluh Hannah Eldora sambil menepuk-nepuk punggungnya yang di rasakan sangat sakit akibat beban berat yang di angkatnya tadi.
Dengan sedikit menyeret langkahnya Hannah Eldora terus berjalan menuju rumahnya yang kebetulan jaraknya tidak jauh dari hotel tersebut, mendorong pintu pagar yang menjulang tinggi, meski tak sampai menutupi rumah mewah berlantai dua dengan gaya klasik dan berkesan homey.
Warna krem natural, cokelat dan putih, juga ditemui sentuhan warna-warna muda di bangunan tersebut. Cornice dibuat lebih sederhana serta wallpaper yang dipakai berwarna cerah dengan motif cenderung polos. Ornamen interior didominasi dengan material kayu. Rumah yang menampilkan suasana elegan namun tetap terlihat kasual sebab minim detail-detail kompleks.
"Aku pulaaaaang.. " Teriak Hannah Eldora yang suaranya membuat Charlotte sang asisten rumah sedikit berlari menyambutnya yang sudah berbaring di atas sofa ruang keluarganya dengan posisi terlentang.
"Charlotte, aku.. Butuh air putih." Ucap Hannah Eldora masih tersengal.
"Tunggu sebentar Nona muda." Balas Charlotte kembali ke pantry untuk mengambil segelas air mineral juga susu hangat yang sengaja ia siapkan untuk Nona mudanya.
"Silahkan," Ucap wanita itu yang bahkan belum sempat meletakkan nampan berisi dua gelas air putih dan susu, namun sudah di sambar oleh Hannah Eldora.
"Terima kasih Charlotte." Ucap Hannah Eldora yang langsung meneguk air putih tersebut.
"Anda bisa tersedak nona, perlahanlah." Ucap Charlotte nampak melongo saat melihat Nona mudanya meminum air mineral hingga tandas, dan kembali meraih gelas yang berisi susu hangat untuk kembali di minumnya hingga benar-benar tidak tersisa sedikitpun.
"Nona baik-baik saja?" Tanya Charlotte.
"Hm," Angguk Hannah Eldora mengusap sisa susu di sudut bibirnya.
"Nona yakin?" Tanya Charlotte sekali lagi.
"Hm... Aku akan tidur sekarang, selamat malam Charlotte." Ucap Hannah Eldora beranjak dari duduknya saat merasakan perutnya yang kembali penuh.
"Apa Nona tidak akan makan malam? Aku sudah menyiapkan makan kesukaan anda."
"Aku rasa tidak Charlotte, aku sudah cukup kenyang dengan memaki seseorang malam ini." Jawab Hannah Eldora asal yang membuat Charlotte melongo.
"M-aksud Nona?"
"Tidak apa-apa Charlotte, istrahatlah, ini sudah larut. Terima kasih karena sudah menungguku." Balas Hannah Eldora yang kembali menyeret langkahnya menaiki anak tangga menuju kamar tidurnya.
* * * * *
GRAND CRAYON HOTEL.
KAMAR 1610.
Cuaca yang cukup cerah di awal bulan April. Ada Sinar yang menyelusup masuk melalui sela jendela sebuah kamar yang berukuran cukup luas dan elegan, dengan interiornya didominasi oleh warna biru tua dan putih. Pada beberapa bagian ada aksen warna emas sehingga terlihat mewah, denganย lampu gantung, kaki furnitur, serta garis sederhana di permukaan dinding.
Tirainya terbuka cukup lebar hingga cahaya matahari dengan leluasa bisa masuk kedalam ruangan tersebut. Dan cahaya yang mengganggu dan menyilaukan itu cukup membuat sosok yang sedang tidur pulas di atas tempat tidur itu terbangun.
Dengan perlahan pria tersebut membuka kelopak mata yang masih sangat mengantuk, di edarkan pandangannya ke seluruh ruangan, hingga beberapa detik kemudian ketika ia mulai tersadar jika saat ini ia tidak sedang berada di dalam kamarnya sendiri.
"Jadi aku berakhir di hotel lagi malam ini, bagus.. entah barang apa lagi yang hilang kali ini." Ucap pria tersebut sambil memijat tengkuk lehernya yang masih menegang, sebelum menghempaskan selimut yang menutupi seluruh tubuhnya, hingga sesaat ia bisa merasakan sesuatu yang perih di sudut bibir dan juga pelipisnya, bukan hanya itu, ia juga merasakan sakit yang teramat sangat di kepalanya.
"Ahkk... "Dengan sedikit meringis, pria tersebut menyandarkan tubuhnya di sandaran tempat tidur sambil terus memijit tengkuk lehernya untuk mengurangi rasa sakit di kepala, sambil meraih ponsel yang tergeletak di atas tempat tidur untuk menghubungi seseorang yang tentu saja sudah sangat khawatir karena mencarinya.
๐ "Jemput aku sekarang, Grand crayon, kamar nomor 1610." Ucap pria tersebut tanpa basa basi.
๐ "Apa yang sedang anda lakukan di hotel?"
๐ "Apa aku harus menjawab pertanyaanmu sekarang?" Tanya pria tersebut, kembali meringis sambil memegangi pelipisnya.
๐ "Baiklah, aku akan segera kesana."
๐ "Cepatlah. Jangan lupa, bawah baju ganti untukku." Jawab pria tersebut yang langsung mengakhiri panggilan telfonnya, dan beranjak dari duduknya untuk segera mengguyur tubuhnya yang sudah terasa lengket.
Namun belum sempat melangkahkan kaki, dengan tidak sengaja netranya menangkap sesuatu yang nampak berkilauan di atas lantai tidak jauh dari posisi duduknya saat ini. Perlahan pria itu mengambil benda berkilau yang cukup menarik perhatiannya, dengan sedikit mengernyit, terus mengamati benda mungil yang ternyata sebuah anting berbentuk semanggi berlapis berlian yang sangat indah.
"Milik siapa lagi ini?" Ucap pria itu yang dengan perlahan menggantungkan benda yang sejak tadi di pegang tepat di depan matanya sambil memiringkan kepalanya, hingga ia nampak seperti seorang anak kecil yang seolah baru saja mendapatkan benda asing.
Sambil terus mengingat kejadian semalam dan apa saja yang sudah ia lakukan, sehingga benda tersebut bisa berada di dalam kamar hotelnya sekarang ini. Meski semuanya percuma, sebab ia benar-benar tidak mengingat apapun selain perkelahiannya dengan salah satu pengunjung Club malam tempat yang ia kunjungi semalam dan berakhir dengan ia tidak sadarkan diri karena mabuk berat. Dan tentu saja kondisi lupa ingatan setelah mabuk yang sering terjadi pada pria itu membuatnya kesulitan untuk mengingat semuanya.
"Ahk sial!! Aku bahkan tidak mengingat apapun." Umpat pria itu meletakkan benda mungil tersebut di atas nakas.
Seolah tidak ingin mengingat hal yang membuat kepalanya semakin pusing, pria itu bergegas masuk kedalam kamar mandi untuk membersihkan dirinya, sebab berendam di bhatup cukup membuat tubuhnya merasa rileks juga mengurangi pusing di kepal yang ia rasa akan meledak.
* * * * *
Bersambung...