Chereads / Your Ayes Tell / Chapter 4 - SOSOK MISTERIUS.

Chapter 4 - SOSOK MISTERIUS.

Seolah tidak ingin mengingat hal yang membuat kepalanya semakin pusing, pria itu bergegas masuk kedalam kamar mandi untuk membersihkan dirinya, sebab berendam di bhatup cukup membuat tubuhnya merasa rileks juga mengurangi pusing di kepala yang ia rasa akan meledak.

Hingga 20 menit berlalu, pria itu keluar dari dalam kamar mandi dengan handuk putih yang menutupi tubuh bagian bawahnya, sambil mengeringkan rambutnya. Melangkahkan perlahan mendekati tempat tidur sambil mengamati kondisi seperei yang masih tertata rapi, pertanda jika tidak ada aktifitas apapun yang sudah terjadi di sana, dan hal itu cukup membuatnya lega, sebab tidak melakukan apapun, meskipun ia masih kurang yakin. Hingga pandangannya kembali tertuju ke atas nakas, langsung meraih benda kecil berkilau itu dan duduk di atas sofa, hingga suara ketukan pintu dari luar kamar mengalihkan pandangannya.

"Wanita seperti apa lagi kali ini, Tuan Aiden Elves?" Tanya seorang pria yang terus melangkah masuk menghampiri Aiden Elves yang sejak tadi terdiam mengamati benda temuannya itu.

"Entahlah.. Aku tidak mengingat semuanya." Jawab Aiden tanpa mengalihkan pandangannya sedikitpun.

"Anda yakin tuan?"

"Kau tak percaya padaku?" Tanya Aiden Elves melipat kening.

"Aku mempercayaimu, tapi tidak dengan blackout-mu." Jawab pria tersebut.

"Aku tidak melakukan apapun, bahkan seprei masih terlihat rapi di sana, aku juga terbangun dengan pakaian lengkap, bahkan masih mengenakan sepatu. Bagaimana caraku melakukannya?"

"Benarkah?"

"Hm.. Aku hanya terbangun dan sudah berada di sini dengan barang-barang yang masih utuh." Jawab Aiden Elves.

"Waaooww.. Setidaknya hari ini anda masih beruntung, sebab tidak kehilangan apapun." Balas pria itu.

"Mungkin.. Tapi sepertinya ada yang sudah terjadi di sini." Balas Aiden yang akhirnya mengalihkan pandangannya, menatap sahabat sekaligus Asistennya Lucas yang terlihat nampak kebingungan.

"Maksudnya? Bukankah kau tidak mengingat apa-apa?" Tanya Lucas

"Memang tidak. sedikitpun aku tidak mengingat kejadian semalam, tapi aku menemukan sesuatu." Balas Aiden Elves sambil menunjukkan benda kecil berkilau itu kepada Lucas.

"Anting? Apa kau berfikir anting itu milik seseorang yang sudah membantumu semalam?" Tanya Lucas yang ikut mengamati benda berkilau yang masih berada di ujung telunjuk Aiden Elves.

"Bisa jadi, bukankah dia seorang yang cukup baik? Aku akan mencari tau siapa pemilik anting ini." Balas Aiden Elves yang langsung memasukkan benda mungil tersebut di saku jasnya.

"Apakah kau akan melakukan sayembara tuan?" Goda Lucas yang membuat Aiden Elves menarik nafas kasar.

"Kamu fikir kita sedang berada di dalam negri dongeng?" Tanya Aiden Elves memijat tengkuk leher.

"Yah, dan anda adalah seorang pangeran yang sudah menemukan anting dari sang penyelamat. Apa anda berencana menikahi pemilik anting ini?" Balas Lucas yang terus menggoda Aiden Elves.

"Sebaiknya kau diam, kau membuatku semakin mual Lucas."

"Bagaimana jika yang menolongmu semalam bukan seorang wanita? Sebab jika di pikir lagi, wanita mana yang memiliki tenaga extra sampai bisa mengangkat tubuh berukuran besar sepertimu."

"Sebenarnya apa yang ada di dalam pikiranmu sekarang?" Tanya Aiden Elves.

"Aku hanya berfikir, bisa jadi yang menolongmu semalam adalah seorang pria, dan anting itu kau dapatkan dari seorang wanita di Club." Balas Lucas.

"Terserahlah.. " Balas Aiden Elves yang langsung beranjak dari duduknya dan mulai menggenakan baju yang di bawah oleh Lucas.

"Bukankah investor dari Jerman itu sudah berada di sini? Segera buat janji, dan pekan ini kita bisa langsung bertemu dengannya." Sambung Aiden Elves yang langsung melangkahkan kakinya keluar dari kamar hotel tersebut.

"Baiklah, aku akan mengatur pertemuan kalian secepatnya." Balas Lucas sambil terus mengikuti langkah lebar CEO-nya meninggalkan kamar hotel tersebut.

Mobil melaju dengan kecepatan sedang, melintasi jalan kota. Tak ada pembahasan yang penting di sana, bahkan suasana di dalam mobil nampak hening, dan hanya deru mesin mobil yang terdengar halus menyapa pendengaran mereka, juga suara mobil lainnya yang melintasi dan berpapasan dengan mobil mereka.

Aiden Elves menyandarkan tubuh di jok mobil, sambil terus memejam. Meski tak tidur, bahkan terlihat sedang memikirkan sesuatu. Sebab sesekali Lucas mendapatinya tengah menarik nafas panjang dan menghela nafas berat.

"Berhenti melamun.. "

"Aku tak melamun."

"Yah, kau hanya sedang memikirkan sesuatu." Balas Lucas yang masih fokus dengan kemudinya, sedang Aiden Elves kembali terdiam, dan mengalihkan pandangan keluar jendela.

"Apa hubunganmu dengan Luciane baik baik saja?" Tanya Lucas.

"Yah, cukup baik. Aku akan melamarnya." Jawab Aiden Elves.

"Kau serius?"

"Hm, aku rasa sudah waktunya menjalin hubungan yang serius, kau tahu jika hubungan kami sudah berjalan lima tahun, aku juga sudah membicarakan masalah ini kepada ayah Luciane."

"Baguslah, setidaknya dengan menikah, kau bisa menghilangkan kebiasaanmu yang sering mabuk-mabukan. Sebenarnya ada apa denganmu? Sudah beberapa bulan terakhir ini kau selalu menghabiskan waktumu untuk mabuk."

"Aku hanya ingin melakukannya,"

"Hanya itu?" Tanya Lucas melirik Aiden Elves sekilas.

"Yah, dan itu cukup menyenangkan." Angguk Aiden Elves.

"Aku mengenalmu Aiden, aku tahu jika ada sesuatu yang mengganjal di pikiranmu saat ini, meskipun aku tidak tahu itu apa, kau mulai menyembunyikan banyak hal dariku." Balas Lucas.

"Aku hanya belum memastikan satu hal Lucas,"

"Satu hal? Apa ini ada hubungannya dengan Luciane?" Tebak Lucas.

"Hm,"

"Apa kau menemukan sesuatu?"

"Entahlah... aku hanya merasa jika akhir akhir ini Luciane nyaris tak punya waktu untukku."

"Apa hanya itu?"

"Yah, bukan hal yang serius."

"Tapi kau nampak tertekan. Sepertinya kau sangat terganggu."

"Kau benar, aku mencintai Luciane, dan wajar jika aku memikirkannya." Balas Aiden Elves.

"Baiklah, mungkin Luciane sibuk, kau juga demikian, kalian hanya butuh pengertian masing-masing."

"Yah, dan maka dari itu, aku akan melamarnya, tak ingin membiarkannya kerja keras. Dan menghabiskan waktu di Butik."

"Dia hanya perlu menghabiskan uangmu dan melayanimu. Apa itu yang kau inginkan tuan muda?" Goda Lucas.

"Itu bukan ide yang buruk, lagi pula semua harta yang aku kumpulkan selama ini hanya untuk membahagiakan istri dan anak-anakku kelak." Balas Aiden Elves nampak serius merancang masa depan dan kebahagiaannya.

"Siapapun wanita itu, pasti sangat beruntung mendapatkanmu."

"Apa menurutmu demikian Lucas?"

"Yah, kau bahkan sudah memikirkan kebahagiaan mereka," Balas Lucas kembali fokus dengan kemudinya. Dan Aiden Elves yang nampak tersenyum, membayangkan kebahagiaan dan hal hal indah lainnya bersama Luciane. Seorang gadis yang sudah di kenalnya selama 8 tahun terakhir ini, dan menjadi kekasihnya selama 5 tahun.

* * * * * *

Sedang di satu tempat terpisah di dalam sebuah kamar yang bernuansa biru muda yang sangat lembut, nampak sosok Hanna Eldora yang masih terlelap di balik selimut tebalnya. Sebab di liburan semester kali ini akan benar-benar di manfaatkan olehnya untuk bermalas malasan dan tidur sepuasnya.

Seolah sedang bermimpi indah, bahkan cahaya yang masuk lewat cela jendela dan menyapa wajah lelapnya sedikitpun tidak membuatnya terganggu, sampai akhirnya suara dering ponsel berhasil membuatnya terjaga karena sedikit terkejut.

* * * * *

Bersambung...