Chereads / Diriku dan dirinya / Chapter 24 - PERASAAN YANG TAK TENTU

Chapter 24 - PERASAAN YANG TAK TENTU

Pikiran Seina sudah kacau, harusnya sekarang sudah masuk dan jam pelajaran dimulai. Vino berulang kali menghubunginya, namun Seina enggan untuk mengangkatnya.

Seina terdiam bersama gemuruhnya anak-anak bermain di taman.

Apa yang mau kamu sampaikan Lan? Seina menjaga ucapannya supaya Elan tak salah menilai bahwa Seina sudah tidak apa-apa. Meskipun dalam benak Seina ingin rasanya Elan menjelaskan lebih detail, namun Seina juga tak bisa memaksa Elan untuk menjelaskan secara rinci.

Aku dan Elina pacaran, ucap Elan membuka percakapannya.

Iya Lan, kalau itu aku juga tahu," jawab Seina tak tergoyahkan dengan kalimat awalan Elan yang sedari tadi Seina tunggu-tunggu.

Aku dan Elina kerabat jauh, ucap Elan.

Seina kaget dan tak menyangka Elan mengatakan hal itu, bahkan jika Elina dan Elan pacaran Seina masih memakluminya, tetapi Elina dan Elan adalah kerabat, pantas saja namanya hampir mirip. Seina berusaha tak memperlihatkan wajah paniknya.

Eli.. Na... E... Lan," ucap Seina dengan terbata-bata.

Seina kembali melanjutkan, Nama yang hampir mirip."

Elan mendekatkan diri pada Seina, menatap Seina meskipun wajah Seina lurus ke depan tak peduli dengan tatap Elan.

Iya Lan aku ngerti, ucap Seina mencoba untuk tak goyah.

Elan mengangguk, Tapi tentang kalung itu... Aku dulu tak berniat akan melupakan Elina, aku ingin menjalin terus hubungan dengannya, tapi saat ibun tak setuju dan kedua orangtua Elina tak setuju. Aku rasanya sudah diakhir perjuangan.

Oleh sebab itu kamu mutusin Elina? jawab Elan.

Elan menatap Elina tajam, Sekarang aku ingin memulai semuanya dengan kamu.

Seina tersenyum miris, bagaimana bisa hatinya yang sudah terpenuhi dunia Elan tetapi masih terasa berat olehnya saat Elan ingin beralih pada Seina?

Kamu suka aku kan? Elan menginginkan jawaban Elan yang sebelumnya tak Seina jawab ketika Elan mengatakan seluruh rasanya untuk Seina.

Iya Lan aku suka kamu, pekik Seina tanpa ragu.

Lalu? Tunggu apalagi?

Sepertinya masih tidak mengerti dengan situasi yang ada, kembali ponsel Seina bergetar. Sengaja Seina getarkan ponselnya tanpa suara supaya tak mengganggu siapapun yang berada di taman itu.

Seina menunjukkan ponselnya pada Elan.

Karena ini?" pekik Seina.

Elan masih tak menyangka Seina berpihak pada Vino.

Kamu suka sama Vino?

Seina menjawabnya sangat lama, Seina sendiri bingung dengan perasaannya pada Vino. Jelas-jelas Seina menyukai Elan, tetapi Seina masih tak ingin berstatus pacaran dengan Elan.

Sey aku tanya, kamu suka sama Vino? Elan terus bertanya sampai ia benar-benar menemukan jawabannya.

Aku nggak tahu Lan.

Dari jawaban Seina, Elan cukup kecewa dan patah hati.

Jangan paksa aku untuk memilih, kamu saja tak bisa memilih antara aku dan Elina, padahal kamu tahu kalau aku benar-benar menyukaimu. Sekarang aku nggak ngerti tentang perasaan aku Lan, gumam Seina.

Apalagi yang harus Elan tunjukan dan tanyakan, Elan ingin Seina seperti dulu yang terus mengejarnya.

Elan melirik tingkah Seina, ada yang aneh dan tak seperti Seina yang dulu.

Notebook kamu? Maksudku... Kamu sudah nggak nulis di notebook itu?

Hal sekecil apapun Elan sampai tahu dan memperhatikan Seina, ya benar Elan memperhatikan Seina dari dulu tanpa Seina sadari.

Oh... Udah kubuang," jawabnya singkat tanpa berbasa-basi.

Jika sebelumnya Seina tak pernah malu-malu pada Elan, kini Seina sangat menjaga jaraknya dan terlihat canggung.

Kenapa? Elan terus bertanya dengan pertanyaan yang sangat sulit untuk Seina jawab.

Dalam hati Seina, Jelas kubuanglah. Kan itu semua karena kamu!'

Ingin sekali rasanya Seina mengtakan hal itu, tetapi ia tak sanggup mengucapkan kata-kata itu.

Malah yang ada Seina mengalihkan pembicaraannya, Aku haus Lan.

Elan memesan minuman tanpa bertanya apa yang ingin Seina pesan.

Ponsel Seina terus bergetar, sudah banyak panggilan tak terjawab dari Vino.

Fokus Sey, jangan memikirkan apapun, gerutu Seina pelan.

Elan memberikan minuman milkshake strawberry pada Seina, entah mengapa Seina menjadi tak tenang dan merasa ada yang hilang, padahal Elan ada didepannya. Elan yang dulunya sudah masuk dan menetap ke dalam hati Seina. Tapi kenapa kini kehadirannya terasa berbeda?

Lan, kita pulang yuk, ajak Seina dengan terburu-buru.

Mau kemana Sey?

Aku nggak suka kmau yang bolos, tolong sebelum rasaku berubah. Aku suka kamu yang dingin tapi perhatian. Bukan kamu yang seperti ini!

Tiba-tiba saja amarah Seina tak bisa dibendung, apa yang membuatnya marah Seina pun tak tahu.

Galaunya pada dua lelaki yang ia suka da tak mengerti akan memilih siapa membuatnya terus berfikir dan lelah. Saat mencapai puncaknya Seina berdiri dan berjalan pergi.

"Sey tunggu," peluk Elan dari belakang.

Deg... Jantung Seina serasa berhenti dan tubuhnya lemas lunglai.

Lan? kenapa semua masalah menjadi sangat rumit? Disisi lain Seina senang, namun disisi lain pula Seina sangat ingin bertemu dengan Vino.

Jangan lepaskan aku Sey, aku suka kamu. Maafkan aku yang dulu pernah mencampakanmu, seru Ela semakin erat memeluk Seina.

Seina senang dengan pernyataan Elan, namun Seina masih ingin menganggap Elan sebagai sahabatnya.

Kamu sudah tahu jawaban aku apa kan Lan? Aku belum bisa memberi jawaban sekarang, ucap Seina tanpa memegang tangan Elan.

Tetap disini, jangan kemana-mana, hanya sebentar saja. Aku ingin seperti ini," pekik Elan semakin memeluknya erat.

Angin berhembus membelai rambut Seina, aroma shampo sampai kecium ke hidung Elan. Terdengar suara dengusan Elan yang mencium rambut Seina.

Wangi, gumamnya dan tak mau bergerak untuk melepaskan pelukannya.

Seina melirik tangan Elan, ada rasa ingin memegangnya namun Seina takut terhenyut oleh perasaannya kembali.

Dengan hati-hati dan pelan, Seina mencoba memegang tangan Elan, Setelah aku tahu rasaku ini dulu tidak ada artinya bagimu, aku membuang semua book kenangan kita. Aku luapkan semuanya tentang kamu, namun aku masih mengingat jelas kamu menyukai sepatu putih itu. Yang sekarang dipakainya, tanpa sadar Seina memperhatikan juga sepatu yang Elan kenakan.

Ini sudah aku ganti beberapa hari yang lalu, ucap Elan bermalasan dalam pelukan Seina.

Ganti? Kamu beli lagi? Ko warnanya sama dan model yang sama pula, pekik Seina terkejut.

Padahal jika Elan membelinya bisa dengan model dan warna lain, tetapi Elan tak merubahnya. Ia membelinya sama persis dengan yang dipakainya dulu.

Iya, sengaja. Biar kamu inget aku, terus kamu nulis di notebook kamu tentang aku, jadi ini mengingatkan aku tentangmu, hal kecil yang ada pada dirimu, tukas Elan dengan santai.

Seina terdiam mendengar ucapan Elan. Sebegitu Elan ingin diperhatikan olehnya, sebegitu Elan tak mencoba perubahan yang ada dirinya, meskipun menurut Seina, Elan berubah bukan karena benda yang ia pakai, melainkan sifatnya dan perilaku Elan yang bukan lagi seperti dulu.

Ada kalanya Seina kangen dengan Elan yang dulu.

**Bersambung...