Chereads / Diriku dan dirinya / Chapter 27 - ICE CREAM MENCAIRKAN SUASANA

Chapter 27 - ICE CREAM MENCAIRKAN SUASANA

Seina tak ingin berbicara dengan Elina dan Vino, bahkan saat Vino terus mendekati Seina. Seina mulai acuh dan cuek terhadap Vino.

Vino melayangkan kertas yang berbentuk pesawat, Seina tetap acuh tak memperdulikannya. Meskipun di kelasnya belum ada guru yang datang untuk mengajar, namun Seina tak ingin diganggu oleh Vino. Elina tak memberanikan dirinya untuk mendekati Seina, Elina terlalu takut Seina menjadi lebih membenci dirinya.

Dan besoknya lagi Vino kembali membuat pesawat dari kertas untuk ia layangkan hingga tertuju pada Seina. Seina tahu betul Vino melakukan itu supaya ia dapat berbicara dengan Seina.

Hingga pelajaran bu Lela, Vino masih terus memperhatikan Seina dan mencoba lagi membuat pesawat kertas, namun kali ini Vino sedang tak beruntung, pesawat kertas yang ia layangkan mendarat di rambut bu Lela. Bu Lela tak akan tinggal diam. dengan geramnya bu Lela mulai memanas memandangi dengan tatapan sinisnya pada semua siswa yang ada di kelasnya.

Siapa yang melempar kertas ini ke rambut saya! bentaknya hingga membuat seuluruh isi kelas tak berani berkutik.

Cepat angkat angan! Siapa! bu Lela semakin marah, tak ada seorangpun yang berani menunjuk Vino.

Seina tahu itu perbuatan Vino, bahkan semua siswa yang ada di kelasnya sudah mengetahuinya, namun mereka tetap diam saja.

"Seina," unjuk Vino mengangkat tangannya.

seina kaget bukan main, untuk apa Vino mengalihkan peratian bu Lela dan menuduh Seina, sedangkan bu Lela pasti menghukumnya tanpa minta ampun.

Kamu sudah berani ya sama saya! bentak bu Lela tanpa memikirkan perasaan Seina yang telah dimaki-maki olehnya.

Seina tak bisa protes atau menjawabnya, Seina hanya terima apa yang menjadi tuduhan Vino.

Seina masih berfikir kenapa Vino sampai setega itu padanya? Jelas-jelas Seina tak melakukanya, tapi kenapa? Seina hanya menundukkan kepalanya masih tak percaya Vino setega itu.

Keluar! betak bu Lela pada Seina, namun Seina tak ingin beranjak dari bangkunya, serasa semuanya tak adil.

Ada apa dengan Vino? apakah Vino marah saat aku selalu menilai berbicara dengan Vino? atau aku lebih banyak mengabaikannya? Sehingga ia begitu tega mengadu pada bu Lela yang jelas-jelas bukan ulahku,' gumam Seina dalam hatinya.

Bukan hanya Seina saja yang kaget, Elina dan teman-temannya yang lain semuanya menjadi terpaku kaget , ada beberapa yang melirik Vino dan menyalahkannya, namun Vino hanya tersenyum.

Saya yang keluar atau kamu yang keluar! bu Lela kembali membentak Seina.

bayak siswa lainnya supaya Seina keluar dari kelas itu, karena mereka tak ingin melewatkan pelajaran bu Lela, jika mereka melewatkannya begitu saja secara otomatis nilai pelajarannya akan menjadi jelek dan susah untuk remidial. Maka dari itulah banyak siswa yang berbisik pada Seina supaya iya keluar dari kelas itu.

Kini Seina merasakan dibuang oleh Vino dan teman-temannya. Dengan terpaksa Seina menuruti apa yang Vino dan teman-temannya inginkan.

Seina keluar dari kelas itu, rasanya seperti dibuang saja.

**

Vino mengangkat tanganya dengan santai tak merasa bersalah.

"Iya Vino. Ada apa? Kamu mau bertanya tentang apa yang saya ajarkan bukan?" pekik bu Lela pada Vino.

"Bukan bu."

"Lalu?"

"Aku hanya ingin ke toilet," ucapnya.

Bu Lela hanya menghembuskan nafasnya, dan nenggeleng-gelengkan kepalanya. Namun bu Lela mengijinkan Vino.

**

Seina duduk dikursi dekat kelasnya, Vino menghampiri Seina dan bertanya, "Sey maafkan aku ya, kalau aku nggak begini. Kamu nggak bakal mau bicara sama aku, bahkan kamu mendekati aku pun kamu enggan."

"Aku tau teman-teman yang lain pada takut kalau nilai mereka menjadi jelek kalau aku tak keluar," Jawab Seina.

Meskipun Vino tak mempertanyakan itu, tetapi Seina masih terbawa suasana bahwa tidak ada seorangpun yang membelanya.

"Sey... Aku dan Elina tidak ada hubungan apa-apa, yang kamu lihat hanya kesalahpahaman," pekik Vino mengambil kerikil yang ia lempar kedepan. Seina melirik tingkah pola Vino dan mengikutinya.

"Aku nggak tahu kenapa aku begitu marah," pekik Seina.

"Aku yang salah dan aku menyesal. Aku nggak sengaja Sey, waktu itu Elina... "

Belum selesai Vino mengatakannya, Seina memotong perkataan Vino.

"Ciuman kan?" Seina menyindir dengan tersenyum pelik.

"Bukan maksud aku begitu Sey, jangan salah paham dulu. Nggak sengaja, aku sungguh menyesal," ucap Vino.

Seina tersenyum dan menatap mata Vino, "Vin... Aku sudah biasa, jadi jangan menuduhku seperti tadi yang kamu lakukan."

"Iya aku juga minta maaf yang mengenai barusan," pekik Vino.

"Ya... " Seina hanya menjawabnya singkat, Vino mencoba memberi ruang untuk Seina.

"Kamu marah sama Elina?" pekik Vino.

"Entahlah sampai kapan aku melupakan kejadian itu," jawab Seina.

Meskipun Seina dan Vino tak ada ikatan, membuat Seina bingung ingin marah tapi pada siapa.

**

Hari yang mereka lalui tak ada yang berubah, Seina mengacak lacinya mencari balpoint, namun ada sebuah coklat, Seina bingung siapa pengirim coklat itu. Seina menatap Vino. Vino tersenyum.

"Dari kamu Vin?" seru Seina.

"Iya, semoga harimu menyenangkan," jawabnya.

Seina tak menanyakanya lagi, besok dan besoknya berlalu Vino terus memberikan Seina coklat.

Sampai Seina merasa bosan.

"Vin! Jangan kasih aku coklat terus."

"Loh kenapa? Bukannya kamu suka?"

Seina menghembuskan nafasnya dengan keras, "Mau coba ngerayu aku ya?"

Vino tersenyum manis, bahkan semakin lama dilihat semakin manis dan penampilannya mulai berubah rapi.

"Nanti gigiku rontok," pekik Seina meninggalkan Vino yang tertawa terbahak-bahak. Meskipun Seina tak menunjukkan gelak tawanya pada Vino, tetapi dalam hati kecil Seina, ia sudah merasa senang dan menahan tawanya supaya Vino tak merasa lebih percaya diri.

"Hampir saja aku tertawa depan Vino. Bisa gila kalau Vino tahu, kan sedang marahan, masa iya aku kalah," gerutu Seina tak hentinya mengomel pada diri sendiri.

Seina yakin besoknya Vino akan menaruh coklat lagi dilacinya, namun bayangannya meleset. Vino tak lagi memberinya kejutan.

Seina melirik Vino, Vino mulai berani mendekati Seina. Selama beberapa minggu terakhir, Vino tak berani mendekati Seina karena merasa enggan mengerti kalau Seina sedang tak ingin diganggu.

"Kamu nggak ngirimin aku coklat lagi?" pekik Seina bertanya tanpa malu pada Vino.

"Kenapa? Kamu mau?"

"Ng-nggak!" Seina mengalihkan pandangannya dari Vino.

"Aku beliin ice cream ya?" lirihnya.

Seina mengangguk, bak anak kucing yang nurut saat majikannya membelikan makanan kesukanannya.

"Tapi... Kamu sudah nggak marah kan sama aku?" Vino menantikan jawaban Seina setelah beribu abad tak mendekati Seina. Vino memperhatikan Seina dari jauh saat Seina berdiam tanpa penasaran dengna Vino tanpa mengatakan mengapa Vino terus memberikannya coklat.

Kini Seina mengumpulkan pertanyaannya sejak awal Vino memberikannya coklat, "Kamu memberiku coklat supaya aku tak marah lagi sama kamu kan?"

Vino tersenyum, "Pintar sekali Seina-ku," jawabnya.

"Seina-ku... Seina-ku... Dulu pasti Elina-ku... " gerutu Seina mencibir Vino.

**Bersambung...