Aera sedang sibuk melihat-lihat koleksi film yang Hyungtae punya. Sepertinya Hyungtae merupakan seorang pecinta film, lihat saja dua baris lemari besar ini diisi penuh oleh jejeran kaset miliknya.
Ketika lima belas menit berlalu, Aera masih belum menentukan film mana yang harus ia pilih untuk di tonton. Ternyata masih sama sulitnya memilih film seperti saat ia akan menonton dengan Hyungtae.
Padahal sudah semangat sekali ketika melihat jajaran koleksi kaset milik Hyungtae dan ternyata ia harus dilema pilih yang sebelah kanan atau sebelah kiri, bagus yang itu atau yang ini. Pertanyaan-pertanyaan semacam itu terus saja bergelantungan di pikiran Aera, sampai pada akhirnya ia menemukan satu buku tebal berada di tengah-tengah barisan film milik Hyungtae.
"Kim, ini apa?" tanya Aera spontan ketika melihat benda yang terlihat berbeda dari yang lain. Tangannya lebih dulu mengambil buku itu sebelum mendengar jawaban dari Hyungtae. "Apa ra, coba lihat. Kau menutupinya dengan badanmu." Hyungtae penasaran apa yang ditemukan oleh Aera, kepalanya mendongak ke kanan dan ke kiri ingin melihat benda yang sekarang berada di tangan Aera.
Aera berbalik badan dan membawanya mendekat ke arah Hyungtae begitu saja. "Ah.. itu album foto." ujar Hyungtae, ia mengira Aera telah menemukan hal yang menakuti atau membahayakan gadis itu.
"Benarkah? aku pinjam ya." Aera tampak sumringah setelah mendengar jawaban Hyungtae, muka lesunya tiba-tiba luntur tergantikan dengan kebahagiaan ia selalu menyukai hal-hal seperti ini. Foto masa kecil, sejarah barang atau apapun itu.
Hyungtae terkejut dengan perubahan ekspresi Aera, setau Hyungtae wajah Aera terlihat kusut dan ditekuk seharian ini. Ia tidak sempat menghibur bahkan menanyakan apakah ada masalah yang Aera pikirkan sebab terlalu sibuk mengurusi pekerjaan. Namun, syukurlah setelah Aera menemukan album foto miliknya air muka Aera terlihat kembali segar, membuat Hyungtae jadi lebih lega. Meskipun tidak terlalu banyak berinteraksi atau bahkan memperhatikan Aera, Hyungtae tetap tau gadis cantik itu sedang tidak memiliki mood yang baik.
Tangan cantik Aera perlahan membuka sampul dari album foto yang dengan semangat ia bawa ke mejanya. Hyungtae menyaksikan Aera berlari kecil dengan sedikit lompatan bahagia bersamaan dengan kedua tangan memeluk album foto miliknya. 'Astaga lucunya' begitu kata batin Hyungtae. Pria itu tidak memiliki banyak waktu untuk sekedar memperhatikan Aera, ia hanya memperhatikan gadis itu sesekali lalu berfokus lagi pada komputer di depannya.
Sungguh Hyungtae sangat menyesal akan hal itu, meskipun ia tau Aera tidak mengharapkan perhatian atau apapun darinya. Tapi tetap saja ia merasa bersalah karena membiarkan Aera dalam keadaan mood yang buruk hari ini.
Pada dasarnya tanpa sepengetahuan Hyungtae Aera juga mengharapkan perhatian darinya, Hyungtae tidak pernah setidak peduli ini padanya. Bukan maksud Aera merindukan perhatian dari pria tampan yang sedang berada di ruangan yang sama dengannya itu, tapi kebiasaan memang susah dihilangkan.
Siapa suruh Hyungtae selalu bersikap berlebihan padanya, seperti Aera yang selalu menjadi nomor satu baginya. Lalu hari ini Aera tidak merasa Hyungtae sedikitpun melirik padanya, dan itu sangat mengesalkan sampai rasanya ingin menghabiskan sebox besar es krim rasa coklat vanila.
Selembar dua lembar Aera membuka sampul dan beberapa kertas tidak penting sebagai pembuka halamab album. Ketika pada ahirnya halaman foto pertama muncul, Aera menyaksikan betapa lucunya bayi tanpa rambut dan kedua pipinya yang gembul sedang menatap semangat pada kamera. Kedua tangannya memegang mainan kecil lucu yang tidak terlalu jelas bentuknya, Itu foto pertama.
Foto kedua, masih di halaman yang sama seorang bayi menggemaskan sedang tersenyum manis dan memamerkan deretan gigi susunya yang rapih, Ia terlihat baru selesai mandi karena tubuhnya dibalut oleh sebuah handuk warna putih, dan juga kepalanya dililit dengan rapi yang menunjukkan bahwa ia juga habis keramas. "Lucu sekaliii.. aku ingin melihat anak kecil ini versi aslinya." ucap Aera gemas bukan main, tangannya mengepal, kakinya menendang-nendang udara saking gemasnya.
Tentu saja Hyungtae mendengar ucapan Aera, siapa yang bisa mengabaikan seorang gadis cantik tengah bersemangat dengan sesuatu, ia terlihat histeris sampai-sampai kakinya terlihat kegelian seperti itu. "Ini ra, orangnya disini. Kenapa kau mengharapkan bertemu seseorang yang sudah jelas-jelas ada di depanmu." ujar Hyungtae ikut gemas, ia tak kuasa untuk tidak ikut tersenyum melihat tingkah Aera. Sebab ia tau apa yang membuat gadisnya gemas yang tak lain adalah foto dirinya sewaktu masih kecil.
"Benar juga, tapi kau sudah tidak se-menggemaskan ini. Aku kan ingin melihat yang versi kecil." balas Aera kemudian, ia sampai lupa bahwa ia sedang melihat-lihat album foto milik Hyungtae. "Aku bisa menunjukkan ulang foto memakai handuk seperti itu, tapi tidak mungkin bisa kembali kecil seperti difoto." Jawab Hyungtae dengan santai, ia sadar sedang berucap nakal sekarang. Sudah bisa di prediksi bahwa Aera akan mencak-mencak padanya setelah ini.
Dan faktanya hal itu tidak terjadi, Aera hanya diam dan melanjutkan kegiatan mengagumi foto Hyungtae saat kecil. "Dasar, kau sekagum itu padaku ya." ucap Hyungtae lagi. Ternyata ia salah terlalu fokus pada kerjaannya hanya akan membuatnya bertambah setres, ia sampai lupa kebiasaannya menggoda Aera. Dan sekarang tanpa sadar ia sedang mempraktekkan lagi apa yang sudah menjadi kebiasaannya, dan itu malah membuat setres nya sedikit berkurang.
Sepertinya seberat apapun pekerjaan Hyungtae bila ditemani oleh Aera, itu tidak akan menjadi hal berat lagi untuknya, sekarang ia menyadari fakta itu. Keputusannya untuk selalu mengajak Aera kemanapun ia pergi memang tidak salah, Aera akan menjadi penyembuh rasa penat dirinya akan rumitnya pekerjaan. Seperti air yang selalu bisa memadamkan api, sebesar apapun apinya jika sudah berhadapan dengan air yang sama besarnya bukankah air akan selalu menang?
"Jadi ini Kim Hyungtae saat masih sekolah, terlihat nakal sekali." ucap Aera pada dirinya sendiri. Ia tidak mengharapkan jawaban dari Hyungtae, karena masih kesal karena ia dibiarkan bosan selama seharian. "Bukan nakal ra, aku itu aktif." jawab Hyungtae dari kejauhan, ia tidak setuju dengan perkataan Aera mengenai dirinya yang dicap nakal. "Sudahlah kau diam saja, urus saja pekerjaan kesukaan mu itu." balas Aera sensi, kenapa sekarang sering kali menjawab perkataan dirinya sedangkan sedari siang hanya diam dan terus menatap komputer saja.
"Kau marah ya? jangan begitu dong ra, aku kan sedang menyelesaikan tugas yang rumit demi perusahaan." ujar Hyungtae berusaha menenangkan Aera. "Aku tidak marah, memangnya aku terlihat sedang marah? aku kan hanya menyuruhmu fokus menyelesaikan tugas rumit mu itu." sarkas Aera. Tanpa disadari Aera memang sedang marah pada Hyungtae, lihat saja diatas kepalanya terlihat ada dua sungu yang bertengger disana.