Chereads / dear my boy (Bahasa Indonesia) / Chapter 17 - 17. Lagu untuk Aera

Chapter 17 - 17. Lagu untuk Aera

••

Matahari mulai bergeser, senja pun mewarnai kegiatan semua orang di kota Seoul. Jam setengah tujuh Aera dan Hyungtae akhirnya bisa pulang dan mengistirahatkan diri mereka. Kaki dan tangan terasa lelah membutuhkan sandaran, perut pun terasa lapar.

Mengingat tentang lapar tiba-tiba terlintas di kepala Hyungtae untuk mengajak Aera makan di restoran. Tanpa bertanya Hyungtae mengarahkan setir mobilnya berlawanan arah, Aera tidak menyadari itu sebab ia tertidur sekarang. Aera juga sempat berpesan pada Hyungtae jika sudah sampai rumah tolong dibangunkan. Maka begitulah sekarang mobil mewah Hyungtae telah terparkir rapih di depan restoran mewah namun juga tempat yang minimalis, cocok untuk menjadi tempat berkencan para anak muda jaman sekarang.

Hyungtae sedikit tidak tega membangunkan Aera melihat gadis cantik itu terlihat menikmati tidurnya, bahkan tadi sesekali Hyungtae memergoki Aera tengah tersenyum saat tidur ketika Hyungtae menyetir. Membuatnya bertanys-tsnya apakah yang sedang di mimpikan oleh Aera, ia jadi iri terhadap mimpinya bisa mendapatkan senyuman Aera dengan mudah seperti itu.

"Aera, ayo turun. Kita akan makan malam dulu." Hyungtae memutuskan untuk tetap membangunkan Aera, karena memang tujuannya kemari adalah untuk makan. Masa iya mau makan tapi Aera masih tidur. Ketika di bangunkan Aera masih tetap tidak bergeming, mungkin tidurnya terlalu lelap karena merasa kelelahan. Entah pikiran dari mana Hyungtae berkeinginan untuk menggendong Aera ala bridal style, Hyungtae pun mulai memposisikan tubuhnya lebih membungkuk dan kedua tangannya ia arahkan ke belakang punggung dan juga kedua kaki Aera.

Namun dengan tiba-tiba Aera terbangun saat posisi mereka berdua terasa lumayan canggung, sebab wajah Hyungtae terlihat begitu dekat dengan wajah Aera. Tapi keduanya bukannya merasa kaget dan segera memalingkan pandangan , mereka malah stuck saling pandang dalam jarak sedekat sepuluh senti. Setelah beberapa detik Aera sadar bahwa apa yang mereka berdua lakukan itu ada yang salah, maka dengan cepat ia mendorong badan Hyungtae ke belakang, dan segera memalingkan mukanya ke kanan.

"Ah, kau sudah bangun. Maaf dari tadi aku sudah mencoba membangunkanmu tapi kau belum juga sadar." jelas Hyungtae, ia masih dalam keadaan canggung. Kedua telinganya memerah termasuk wajahnya juga. "Lalu karena tidak segera bangun kau mau menggendong ku begitu?" Aera tau posisi tangan Hyungtae tadi dimana makanya ia bisa mengambil spekulasi seperti itu. "Ti-tidak kok, aku masih akan membangunkan mu lagi tadi." muka Hyungtae semakin merah sebab merasa terpojok karena Aera telah memergokinya yang akan menggendong Aera.

Aera menyadari mereka tidak berada di lingkungan rumah Hyungtae, tapi kenapa mereka berhenti disini ia juga tidak tau. "Kita dimana Kim?" tanya Aera kemudian setelah keduanya sama-sam terdiam selama beberapa detik. "Kita akan makan malam sebentar, jadi aku mengajakmu ke restoran ini dulu sebelum pulang." balas Hyungtae, selain sudah merasa lapar ia ingin menunjukkan rasa bersalah nya karena sudah mendiamkan Aera seharian ini.

"Baiklah, tolong mundur sedikit aku mana bisa keluar kalau kau tetap disitu." ujar Aera. Hyungtae sedari tadi tetap berdiri di ambang pintu mobil tempat Aera akan keluar, padahal Hyungtae mengajaknya untuk makan bukan hanya untuk diam saja di mobil sambil melihat-lihat pemandangan.

Tapi mengenai pemandangan, pepohonan disini terlihat sangat indah mereka berbaris rapi dan disekitarnya terdapat tanaman-tanaman kecil berwarna hijau yang membuatnya semakin indah dan rindang. Daunnya melambai-lambai lembut ter-arak angin, bergerak pelan ke kanan dan ke kiri seakan mengikuti alunan musik dansa.

Sekarang mata Aera sudah terbuka lebar, rasa lelahnya telah ia tinggalkan didalam mobil saat ia tertidur tadi. Tidak buruk juga dibangunkan secara mendadak meskipun belum sampai rumah, nyatanya sekarang energinya sudah kembali terkumpul atas bantuan pemandangan menyegarkan di depan matanya. Mereka berdua menaiki anak tangga di restoran minimalis itu, Hyungtae mengajak Aera mencari tempat duduk dilantai dua, di tempat paling depan. Sebab disana terdapat ruangan outdoor dan bisa menikmati pemandangan paling depan.

Menarik sekali, di tengah ruangan yang tengah Aera pijak terdapat pohon besar yang tumbuh dari lantai bawah menembus lantai atasnya. Seperti sengaja tidak ingin menebang pohonnya, namun tetap ingin membangun bangunan disana. Dan beginilah hasilnya, sama sekali tidak mengganggu pandangan melainkan pohon itu malah menjadi hiasan unik interior disini.

Aera sangat menikmati waktunya ketika sedang menunggu pesanannya dengan Hyungtae datang. Ada seorang penyanyi juga disana, lengkap sudah hiburan Aera. Matanya dimanjakan oleh pemandangan dan telinganya dimanjakan oleh suara merdu dari sang penyanyi. Kemudian tidak lama setelah itu pelayan datang membawa semua pesanan Aera dan Hyungtae, setelah ini bahkan perut dan lidahnya juga dimanjakan oleh makanan. Astaga, Terimakasih kepada Tuhan, kenapa Aera hari ini banyak sekali bersyukur.

"Selamat makan." ucap Hyungtae pada Aera, ia berharap Aera menikmati makanannya hingga kenyang. Ahirnya merek mulai menyuapkan makanan masing-masing ke dalam mulut. Menu makanan hari ini tetap saja terasa terlalu mewah bagi Aera, meskipun Hyungtae selalu menekankan dirinya agar terbiasa dengan hal-hal berbau kemewahan, jika berasal dari orang rendah sepertinya bagaimana mungkin bisa terbiasa semudah itu.

Di pertengahan Aera menikmati makanannya, Hyungtae pamit sebentar padanya. Tidak bilang ingin kemana, hanya bilang pamit saja. Aera juga tidak mencurigai apapun yang sedang atau akan Hyungtae lakukan ia hanya perlu menikmati makanannya yang enak ini sekarang. Setelah sekian lama suara musik piano bergeming tanpa ada suara penyanyi, tiba-tiba suara seorang pria baru saja mengetes tenggorokan nya pada mikrofon.

Hal itu terdengar biasa bagi telinga Aera, mungkin setelah sekian lama si penyanyi istirahat sekarang inilah saatnya ia menyumbangkan suaranya lagi untuk menghibur para konsumen yang datang.

cek cek..

"Aera."

Tidak, Aera tidak salah dengar, ia mendengar dengan jelas namanya dipanggil dari arah tempat musik dimainkan. "Aera, lagu ini kusiapkan untukmu. Suasana malam ini terasa sangat indah sama seperti dirimu." Sekali lagi namanya dipanggil bersamaan dengan kalimat lainnya yang membuat Aera bingung dimana letak pria yang sedang bicara padanya. Ia tau seseorang sedang memanggilnya di mikrofon tapi ketika ia mengedarkan pandangan masih tidak terlihat juga batang hidung si pelaku.

Tapi Aera merasa tidak asing dengan suara pria itu, ia sangat mengenal suaranya. "Tidak, tidak mungkin dia kan."

Lalu mencoba memutar otak, mengingat Hyungtae yang memang izin pergi sebentar pada Aera tadi. Saat Aera sadar kembali dari lamunannya seorang pria tengah duduk di atas panggung dengan tongkat mikrofon di depannya. Ia mulai bernyanyi lagu berjudul 'just the way you are-Bruno Mars'

Kalian semua tau arti yang terkandung dalam lagu itu Hyungtae mendalami setiap liriknya. Dari atas panggung ia bernyanyi untuk Aera dan hanya menatapnya. Aera tidak tau Hyungtae memiliki suara yang luar biasa merdu, suara bariton nya yang rendah menyanyikan lagu sendu romantis. Wanita mana yang tidak gila diperlakukan seperti ini oleh Hyungtae, bahkan Hyungtae menunjukkan pada semua orang yang ada di restoran itu untuk siapa ia bernyanyi.

Sekali lagi pertahanan hati Aera dipaksa roboh oleh Hyungtae, ia sudah berusaha mati-matian menahan agar tidak terperangkap dalam ke gombalan Hyungtae. Tapi ia harus bagaimana sekarang, hatinya sudah jatuh, ia kehilangan bentengnya yang kuat. Tanpa sadar Aera menitikkan air mata di setiap sudutnya.

Terlepas dari Hyungtae mempermainkan dirinya, seumur hidup Aera ia belum pernah merasa sebahagia ini. Ia tidak pernah mendapatkan perlakuan khusus semacam ini, Hyungtae berhasil mengambil alih sisi kosong yang ada di dalam hati Aera. Rasa kesepian, rasa kurangnya kasih sayang terutama dari keluarga, semua perlahan luntur semenjak Aera mengenal Hyungtae. Ia bingung sekarang, apakah salah jika ia memasrahkan hatinya pada Hyungtae? sosok pria yang baru satu bulan ia kenal ini? mungkin Aera terdengar murahan, tapi ia sudah benar-benar berusaha menahan diri agar tidak jatuh pada Hyungtae. Dan sekarang? bagaimana hasilnya sekarang? apa hasil dari Aera memperkuat bentengnya selama ini?